Kisah Darwis Yang Mengetuk Pintu Rumah Si Kikir

Kisah Darwis Yang Mengetuk Pintu Rumah Si Kikir
Darwis itu berkata, karena tak ada seorang pun atau apa pun yang ada di sini, tempat ini harus diberi pupuk agar menjadi subur. (Ilustrasi/Ist)
Seorang darwis mengetuk pintu sebuah rumah, meminta sepotong roti untuk ia makan. Roti kering atau roti basah, tak menjadi soal.

"Ini bukan Toko Roti," jawab pemilik rumah dengan ketus.

"Kalau begitu, apakah kau memiliki sedikit daging?" darwis itu masih memohon.

"Memangnya rumah ini kelihatan seperti tempat jagal?"

"Dapatkah kuminta sedikit tepung?"

"Memangnya kau dengar suara penggilingan dari rumah ini?"

"Kalau begitu, seteguk air saja...."

"Di sini tidak ada sumur!"

Apa pun yang diminta oleh darwis itu, selalu dijawab oleh pemilik rumah dengan ucapan yang melecehkan. Ia tak mau memberi apa pun untuk darwis itu.

Akhirnya darwis itu berlari masuk ke dalam rumah, mengangkat jubahnya, dan berjongkok seolah-olah hendak membuang hajat.

"Hei, hei! Apa yang kau lakukan?" teriak sang pemilik rumah heran.

"Diam kau, orang yang menyedihkan! Tempat kosong seperti ini hanya pantas untuk menjadi tempat buang hajat. Karena tak ada seorang pun atau apa pun yang ada di sini, tempat ini harus diberi pupuk agar menjadi subur," jawab darwis itu serius.

Selanjutnya darwis itu berkata, "Jika kau burung, jenis apa kau? Kau bukanlah elang yang dilatih untuk menjadi peliharaan bangsawan. Bukan pula merak yang memesona setiap yang memandangnya. Bukan pula Kakaktua yang berkisah lucu. Dan bukan pula Kutilang yang bernyanyi kasmaran.

Kau bukan Hudhud yang membawa pesan untuk Sulaiman , atau Bangau yang membangun sarang di tepi tebing.

Apakah kau ini? Kau spesies tak dikenal. Kau berdalih dan bercanda untuk mempertahankan harta milikmu. Kau telah melupakan Dia yang tak peduli akan harta benda, Yang tak mengambil keuntungan dari setiap hubungan-Nya dengan manusia...."

(mhy) 
Miftah H. Yusufpati

No comments: