Masjid, Sekolah Pertama dalam Peradaban Islam

 

ILUSTRASI SUNSET, MENARA MASJID, ILALANG, SILUET

ILUSTRASI SUNSET, MENARA MASJID, ILALANG, SILUET

Foto: Republika/Yogi Ardhi
Di masjid, umat Islam kala itu mendengar ceramah, baca buku, dan menuntut ilmu.
Setelah Rasulullah mengenalkan Islam, agama Islam berkembang pesat. Banyak orang yang menuntut ilmu, tepatnya belajar Alquran di masjid yang nantinya akan ada lembaga pendidikan formal.
Sejarawan Islam Ibnu Khaldun mengatakan dalam Muqaddimah, mengajarkan Alquran kepada anak-anak adalah simbol Islam. Muslim menerapkan kebijakan tersebut di semua kota untuk mendapat keyakinan yang kuat dari ayat Alquran dan hadits Nabi.
Lembaga pendidikan pertama di dunia Islam yang didirikan cukup informal. Masjid digunakan sebagai tempat pertemuan orang yang berkumpul dengan ulama. Mereka mendengar ceramah, membaca buku, dan menuntut ilmu. Beberapa ulama terbesar belajar dengan cara itu.

Keempat pendiri mazhab, yaitu Imam Abu Hanifah, Malik, Syafi’i, dan Ibnu Hanbali memperoleh pengetahuan mereka dengan duduk dalam pertemuan dengan ulama lain yang biasa dilakukan di masjid untuk membahas dan mempelajari hukum Islam.

Beberapa sekolah di seluruh dunia Muslim melanjutkan tradisi pendidikan informal ini. Di tiga tempat paling suci Islam, seperti Masjidil Haram di Makkah, Masjid Nabawi di Madinah, dan Masjid al-Aqsa di Yerusalem, para ulama secara teratur duduk dan memberikan ceramah bagi siapa saja yang ingin bergabung. Namun, seiring berjalannya waktu, umat Islam mulai membangun lembaga formal yang didedikasikan untuk pendidikan.

Dilansir About Islam, Ahad (24/10), sejak tahun 900-an, para siswa dididik di sekolah dasar yang disebut maktab. Umumnya, maktab dilekatkan di masjid sehingga para ulama dan imam akan mengadakan kelas untuk anak-anak. Kelas-kelas ini akan mencakup sejumlah topik, seperti membaca dan menulis bahasa Arab, aritmatika, dan hukum Islam.

Sebagian besar penduduk setempat dididik oleh sekolah dasar seperti itu selama masa kanak-kanak mereka. Setelah menyelesaikan kurikulum maktab, siswa dapat melanjutkan pendidikan tinggi di madrasah. Madrasah biasanya menyatu dengan masjid besar. Contohnya Universitas al-Azhar di Kairo, Mesir yang didirikan pada tahun 970.

Seiring berjalannya waktu, banyak madrasah yang didirikan di seluruh dunia Muslim oleh wazir Seljuk Nizal Al-Mulk. Di madrasah, siswa akan dididik dalam ilmu agama, bahasa Arab, dan studi sekuler seperti kedokteran, matematika, astronomi, sejarah, dan geografi. Pada tahun 1100-an, ada 75 madrasah di Kairo, 51 di Damaskus, dan 44 di Aleppo serta ratusan di Spanyol. 

Madrasah ini dapat dianggap sebagai universitas modern pertama. Mereka memiliki fakultas terpisah untuk mata pelajaran yang berbeda. Siswa akan memilih konsentrasi studi dan menghabiskan beberapa tahun belajar di bawah banyak profesor.  

Ibnu Khaldun mencatat di Maroko pada masanya, madrasah memiliki kurikulum yang berlangsung selama enam belas tahun. Ketika seorang siswa menyelesaikan program studi mereka, mereka akan diberikan ijazah atau lisensi yang menyatakan bahwa mereka telah menyelesaikan program studi dan memenuhi syarat untuk mengajarkannya juga. Ijazah dapat diberikan oleh seorang guru yang secara pribadi dapat membuktikan pengetahuan siswanya atau oleh lembaga seperti madrasah, sebagai pengakuan atas seorang siswa yang menyelesaikan studinya. n Meiliza Laveda.Rol

No comments: