Para Ulama Besar Sangat Tawadhu’ dan Saling Memuji

 

PARA
ulama besar yang alim sekelas mujtahid saling memuji dan saling memuliakan. Adalah dua ulama ahlus sunnah, Imam As Syafi’I dan Iman Ahmad bin Hanbal, yang tawadhu, saling menunjukkan kearifan.

Adalah Imam Ahmad, seorang faqih, muhadits dan pengasas kepada Mazhab Hanbali. Nama penuhnya Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris bin Abdullah bin Hayyain bin Abdullah bin Anas bin Auf bin Qasit bin Syaiban. Menurut riwayat yang masyhur, beliau dilahirkan di Kota Baghdad pada bulan Rabi’ul Awwal tahun 164 H. (Lihat Tabaqat al-Hanabilah, 1/4 dan Siyar A’lam al-Nubala, 11/179)

Beliau merupakan tokoh ulama hadis yang terkemuka baik semasa atau setelah zamannya. Musnad Ahmad Ibn Hanbal merupakan karya terbesarnya.I mam al-Zahabi menjelaskan tentang kitab al-Musnad sebagaimana dikatakan oleh Ibn al-Sammak: “Hanbal telah meriwayatkan kepada kami, dia berkata: Ahmad bin Hanbal mengumpulkan kami, yaitu saya, Sholeh dan Abdullah. Dia membacakan kitab al-Musnad kepada kami dan tidak ada yang mendengarkannya kecuali kami. Dia berkata, Kitab ini (al-Musnad), saya telah mengumpulkannya dan mengulasnya lebih dari 750.000 hadits Nabi ﷺ bahwa ada perbedaan di antara umat Islam dalam menilainya, maka kembalilah kamu kepadanya jika kamu temukan di dalamnya. Jika tidak kamu temukan (jawapan atas suatu persoalan), maka hadis tersebut tidak dapat dijadikan hujah.”(Lihat Siyar A’lam al-Nubala’, 11/329)

Imam Ahmad adalah murid Imam al-Safi’i ketika Imam al-Safi’i menetap di Iraq. Beliau merupakan salah seorang yang mendukung pandangan Imam al-Safi’i melalui kitab Imam al-Safi’i, al-Hujjah. Imam Ahmad Bin Hanbal pernah mengatakan, Imam Syafi’i bagaikan matahari yang menyinari dunia dan bagaikan kesehatan bagi setiap tubuh, maka apakah ada pengganti untuk kedua hal ini? Beliau berhujjah dengan hadits shahih dan pemahaman yang shahih (Siyar A’lamin An Nubala, jilid 8, 253)

Perginya Ulama Tawadhu

Meski terjadi perselisihan dalam beberapa masalah hukum, sebagai ulama Imam Ahmad tetap bersikap tawadhu’, bahkan banyak memuji gurunya, Imam Syafi’i. Berkata Ishaq bin Rahuyah: “Aku bersama Ahmad di Makkah, dia berkata: “Kemarilah! Aku tunjukkan kepadamu seorang lelaki yang kamu belum pernah melihat orang seperti dia!” Ternyata laki-laki tersebut adalah Imam Syafi’i. (dalam Shifatu As Shofwah, hal. 142, vol. 2).

Tidak sedikit perbedaan pendapat dalam hukum kedua ulama ini, namun keduanya selalu mengajarkan kita akhlak yang mulia. Di antaranya, Imam Ahmad selalu mendokan Imam Syafi’I hingga 40 tahun lamanya.

Berkata Ahmad bin Al Laits: “Aku mendengar Ahmad bin Hambal berkata: “Aku akan benar-benar mendo’akan Syafi’i dalam shalatku selama 40 tahun, aku berdoa: ”Ya Allah, ampunilah diriku dan orang tuaku, dan Muhammad bin Idris Asyafi’i.” (dalam Manaqib As Syafi’i lil Baihaqi, hal. 254, vol. 2).

Di sisi lain, banyak pujian Imam al-Safi’i kepada Imam Ahmad. “Ahmad adalah Imam dalam delapan perkara: beliau imam dalam hadis, fikih, al-Quran, lughah (bahasa arab), al-Sunnah, al-Zuhd, al-Warak, serta kemiskinan.”

Kata Imam as-Syafi’i lagi, ”Aku keluar dari Baghdad, dan tidak aku tinggalkan padanya seorang pun yang lebih wara’, paling bertakwa, paling faqih, dan paling berilmu daripada Ahmad bin Hanbal.” (lihat Tarikh an Dimashq, Ibn Asakir (5/272), Tabaqat al-Hanabilah (1/40), Tarikh Baghdad (6/99) dan Manaqib al-Imam Ahmad oleh Ibn al-Jauzi (1/143).

Imam al-Safi’i juga pernah berkata kepada Ahmad, ”Kamu lebih ‘alim tentang hadis berbanding kami. Sekiranya hadis itu berada di Kufah atau Syam maka beritahulah kepada aku sehingga aku pergi menuju kepadanya.” (dalam al-‘Ilal wa Ma’rifah al-Rijal (no. 1055), Abu Nu’aim dalam Hilyah al-Auliya’ (99/170) dan al-Zahabi dalam Siyar A’lam al-Nubala’ (11/213).)

Semoga Allah merahmati kedua-dua tokoh imam ini serta memberikan kepada kita petunjuk dan hidayah untuk mengikut Nabi Muhammad ﷺ, para sahabat, shalihin, sidhiqin dan tokoh-tokoh ulama yang menjadi bintang untuk umat.*

Rep: Ahmad
Editor: Bambang S

No comments: