8 Sosok Pahlawan Nasional Asal Aceh Dalam Memperingati Hari Pahlawan 10 November
Pertempuran 10 November 1945 merupakan perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Bangsa Indonesia setiap tanggal 10 November akan memperingati Hari Pahlawan.
Tahun 2021, tanggal 10 November jatuh pada hari Rabu.
Peringatan Hari Pahlawan 10 November didasarkan pada Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tentang Hari-hari Nasional yang Bukan Hari Libur dan ditandatangani oleh Presiden Soekarno.
Keputusan ini untuk mengenang jasa pahlawan dan tragedi 10 November 1945 di Surabaya.
Pertempuran 10 November 1945 merupakan perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Hingga tahun 2020, Indonesia sudah memiliki 191 Pahlawan Nasional.
Data tersebut berdasarkan Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial (K2KRS) Kementerian Sosial RI.
Gelar Pahlawan Nasional ditetapkan oleh presiden.
Gelar pahlawan nasional adalah gelar yang diberikan pada warga negara Indonesia atau seseorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayan NKRI atau meninggal dunia karena membela bangsa dan negara.
Dari 191 Pahlawan Nasional tersebut, 8 sosok merupakan pahalawan asal Aceh.
Siapa sajakah mereka dan apa perannya? Simak daftar 8 Pahlawan Nasional asal Aceh berikut ini.
1. Cut Nyak Dhien
Cut Nyak Dhien ditetapkan sebagai pahlawan nasional tanggal 2 Mei 1964, berdasarkan Surat Keputusan No 106 Tahun 1964.
Cut Nyak Dhien lahir pada tahun1848 di Lampadang, Kerajaan Aceh (Aceh Besar, Wilayah VI Mukim) dan meninggal pada 6 November 1908 di Sumedang, Jawa Barat dalam usia 60 tahun.
Cut Nyak Dien adalah sosok pahlawan wanita dari Aceh yang mendapat julukan Srikandi Indonesia, melawan pasukan Belanda.
Cut Nyak Dien anak dari Teuku Nanta Setia, ibunya merupakan anak bangsawan dari Lampagar.
Sejak kecil Cut Nyak Dien mendapat pendidikan agama dari lingkungan bangsawan-bangsawan Aceh.
Cut Nyak Dien, ikut berperang langsung bersama para pejuang melawan penjajah.
Meski seorang wanita, Cut Nyak Dien tidak gentar dan terus memimpin perlawan melawan Belanda.
Cut Nyak Dien, merupakan sosok yang ditakuti oleh Belanda, karena mampu mengobarkan semangat perlawanan rakyat Aceh.
2. Cut Meutia
Cut Meutia ditetapkan sebagai pahlawan nasional tanggal 2 Mei 1964, berdasarkan Surat Keputusan No 107 Tahun 1964.
Cut Meutia lahir pada 1870 di Keureutoe, Pirak, Aceh Utara dan meninggal pada 24 Oktober 1910 di Alue Kurieng, Aceh Utara di usia 40 tahun.
Ia di makamkan di Pira Timur, Aceh Utara.
Cut Meutia turut mempertaruhkan nyawanya demi mengusir penjajah Belanda.
Bahkan, sejak kecil, ia sudah dididik untuk memahami soal agama dan ilmu berpedang.
Semasa hidup, Cut Meutia dikenal sebagai ahli pengatur strategi pertempuran. Taktiknya sering kali memporak-porandakan pertahanan militer Belanda.
Salah satu taktik yang pernah ia gunakan adalah taktik serang dan mundur, serta menggunakan prajurit memata-matai gerak gerik pasukan lawan.
Meski sempat dibujuk untuk menyerah, Cut Meutia tetap memilih berperang.
3. Teungku Chik Ditiro
Teungku Chik Ditiro ditetapkan sebagai pahlawan nasional tanggal 6 November1973, berdasarkan Surat Keputusan No 087/TK/ 1973.
Teungku Chik Ditiro lahir pada tahun 1836 di Dayah Jrueng kenegerian Cumbok Lam Lo, Tiro,Pidie, Aceh.
Ia meninggal dalam usia 55 tahun pada Januari 1891 di Benteng Aneuk Galong,Aceh Besar dan di makamkan Indrapura, Aceh Besar.
Teungku Chik Ditiro menjadi tokoh yang rela mengorbankan harta benda, kedudukan, serta nyawanya demi tegaknya agama dan bangsa.
Keyakinannya ini kemudian dibuktikan di kehidupan nyata melalui Perang Aceh, pada 1881.
Teungku Chik Ditiro berhasil merebut wilayah-wilayah yang selama ini sudah diduduki oleh Belanda.
4. Teuku Umar
Teuku Umar ditetapkan sebagai pahlawan nasional tanggal 6 November1973, berdasarkan Surat Keputusan No 087/TK/ 1973.
Teuku Umar lahir pada 1854 di Meulaboh, Aceh Barat, dan meninggal pada 11 Februari 1899 di Meulaboh,Aceh Barat dalam usia 45 tahun.
Teuku Umar di makamkan Meulaboh, Aceh Barat.
Teuku Umar sudah memanggul senjata dan bertempur melawan Belanda sejak usia 19 tahun, ketika dimulainya agresi Belanda pertama pada 1873.
Teuku Umar seorang yang sangat paham dengan kejiwaan orang Aceh, ia mampu menarik pengikutnya dengan sifat dermawan dan riang gembira, dan mampu memperoleh kerjasama mereka dengan mengobarkan perang sabil.
Teuku Umar sempat berdamai dengan Belanda tahun 1883. Namun satu tahun kemudian perang kembali tersulut di antara keduanya.
9 tahun kemudian tepatnya 1893, Teuku Umar mulai menemukan cara untuk mengalahkan Belanda dari ‘dalam’. Ia lantas berpura-pura menjadi antek Belanda.
Atas jasanya menundukkan beberapa pos pertahanan di Aceh, Teuku Umar mendapat kepercayaan dari Belanda.
30 Maret 1896, Teuku Umar keluar dari dinas militer Belanda. Di sinilah ia kemudian melancarkan serangan berdasarkan siasat dan strategi perang miliknya.
Bersama pasukan yang sudah dilengkapi 800 pucuk senjata, 25.000 peluru, 500 kg amunisi dan uang 18 ribu dolar, Teuku Umar yang dibantu Teuku Panglima Polem Muhammad Daud dan 400 orang pengikutnya membantai Belanda.
5. Teuku Nyak Arief
Teuku Nyak Arief ditetapkan sebagai pahlawan nasional tanggal 9 November1974, berdasarkan Surat Keputusan No 071/TK/ 1974.
Teuku Nyak Arief lahir pada 17 Juli 1899 di Ulee Lheue, Banda Aceh, Aceh dan meninggal pada 4 Mei 1946 di Takengon, AcehTengah dalam usia 46 tahun.
Ia di makamkan di Aceh Besar.
Teuku Nyak Arief adalah Residen/Gubernur Aceh pertama pada periode 1945 sampai 1946.
Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, ia dipilih menjadi wakil pertama dari Aceh dalam Volksraad (Dewan Rakyat).
Sejak 1932, ia telah memimpin gerakan di bawah tanah untuk menentang penjajahan Belanda di Aceh.
6. Sultan Iskandar Muda
Sultan Iskandar Muda ditetapkan sebagai pahlawan nasional tanggal 14 September1993, berdasarkan Surat Keputusan No 077/TK/ 1993.
Sultan Iskandar Muda lahir tahun 1593 di Banda Aceh, dan meninggal pada 27 September 1636 di Banda Aceh, Aceh dalam usia 43 tahun.
Iskandar Muda sudah memimpin pasukan Aceh untuk memukul mundur pasukan Portugis yang mencoba mendarat di pantai Aceh.
Memang, bangsa Portugis sudah menjadi musuh utama sejak 1511.
Keberadaan Portugis menjadi ancaman Aceh. Sebaliknya, Portugis juga menganggap Aceh sebagai ancaman terhadap monopoli perdagangannya.
Untuk itu, keduanya sering terjadi bentrokan bersenjata. Kapal Portugis yang berlayar di Selat Malaka sering diserang oleh armada Aceh.
Iskandar Muda dinobatkan sebagai Sultan Aceh, yang menggantikan pendahulunya Sultan Ali Riayat Syah yang berkuasa dari tahun 1604-1607.
7. Dr. Mr. Teuku H. Moehammad Hasan
Teuku Moehammad Hasan ditetapkan sebagai pahlawan nasional tanggal 3 November 2006, berdasarkan Surat Keputusan No 085/TK/ 2006.
Teuku Moehammad Hasan lahir pada 4 April 1906 di Sigli, Kabupaten Pidie, Aceh dan meninggal dunia pada 21 September 1997 di Jakarta dalam usia 91 tahun.
Ia di makamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional (TMP) Kalibata, Jakarta.
Teuku Muhammad Hasan adalah Gubernur Wilayah Sumatera Pertama setelah Indonesia merdeka.
Ia juga dipercaya menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada tahun 1948 hingga tahun 1949 dalam Kabinet Darurat.
Selain itu ia adalah seorang pejuang kemerdekaan yang tergabung dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
8. Laksamana Keumalahayati
Laksamana Keumalahayati ditetapkan sebagai pahlawan nasional tanggal 6 November 2017, berdasarkan Surat Keputusan No 115/TK/ 2017.
Laksamana Keumalahayati lahir di Aceh Besar Tahun 1550 dan meninggal Tahun 1615 M di usia 64 tahun.
Ia di makamkan Desa Lamreh Kecamatan Krueng Raya Kabupaten Aceh Besar.
Keumalahayati merupakan laksamana laut perempuan pertama di dunia.
Dia adalah panglima perang Kesultanan Aceh yang tesohor berkat keberaniannya melawan armada angkatan laut Belanda dan Portugis abad ke-16 M.
Keberanian dan daya juang Malahayati tidak bisa dilepaskan dari keluarganya yang merupakan bangsawan Aceh. (Aceh Tribun/Agus Ramadhan)
No comments:
Post a Comment