Istri Nabi Ayyub, Laya Binti Ya'qub: Potret Perempuan yang Baik dan Sabar
Contoh istimewa dari sifat sabar yang dimiliki seorang istri adalah perempuan mulia istri Nabi Ayyub Alaihissalam yakni Laya binti Ya'qub. Siapa Laya binti Ya'qub ini? Apa saja keistimewaan sifatnya?
Nabi Ayyub adalah salah satu nabi yang dikaruniai Allah dengan kekayaan yang berlimpah. Nabi Ayyub orang yang sangat baik, bertakwa, penyanyang, berbuat baik kepada orang-orang miskin, menanggung anak-anak yatim dan para janda, memuliakan para tamu, memberikan bekal pada para musafir , merasakan seluruh nikmat Allah padanya dan melaksanakan hak Allah Ta'Ala.
Nabi Ayyub juga memiliki banyak anak dan keluarga. Laya binti Ya'qub berada dalam kenikmatan seperti itu. Laya paham betul bahwa rahasia awetnya sebuah nikmat ialah mensyukurinya. Oleh karena itu, ia selalu berzikir, memuji Allah, menunaikan hak kepada pemiliknya, membantu hamba-hamba Allah dan berbuat baik kepada mereka. Dalam semua hal, Laya bersinar dengan suaminya Nabi Ayyub Alaihissalam.
Kendati itu semua, Laya juga tunduk kepada ujian Rabbani yang diberikan Allah Ta'ala kepadanya dan kepada suaminya. Laya sukses dalam ujian tersebut berkat pertolongan Allah dan ia bisa membuktikan kejujurannya terhadap Allah dan kesetiaannya kepada suaminya yang disanjung Tuhannya dengan sanjungan terindah dan memberinya sifat sabar yang menjadikannya termasuk orang-orang yang masuk surga tanpa dihisab sebagai balasan yang pas dari Allah, seperti yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang sabar.
Sebagai istri nabi , Laya binti Ya'qub. menampaki tempat penuh berkah dan tinggi di kedudukan kejujuran. Ia duduk pada tempat tinggi di posisi orang yang baik-baik, karena ia hidup bersama suaminya dalam ujian yang terjadi padanya selama kurang lebih 18 tahun. Laya adalah contoh istri yang baik, sabar dan ridha kepada qadha dan qadar Allah Ta'ala.
Keadaan Nabi Ayyub Alaihisallam berubah total dari keadaan sebelumnya, karena seluruh kekayaan, sawah, dan asetnya ditarik Allah Ta'ala. Al-Hasan Rahimahullah berkata : "Ayyub diuji dengan cobaan lain, kemudian dengan cobaan lain setelah sebelumnya diuji dengan kematian anak-anak beliau dan harta beliau habis".
Nabi Ayyub diuji dengan tubuhnya. Beliau menderita sakit kulit yang sangat parah, hingga nyaris memutuskan hubungannya dengan manusia, tidak ada yang berbelas kasih kepadanya kecuali Laya seorang. Dengan keadaan seperti itu, Laya justru menunaikan hak suaminya, ingat kebaikan suaminya saat berjaya dan tetap sayang ketika suaminya berada dalam kelapangan hidup dan kesempurnaan sehat fisik tubuhnya.
Dalam keadaan sakit dan dikucilkan sahabat-sahabatnya dan keluarganya, Laya tetap menjenguk suaminya. Nabi Ayyub tetap istiqamah di jalan Allah, tak pernah sedikitpun jauh dari Allah Ta'ala. Laya melihat kemuliaan suaminya itu, membuat dirinya tetap bersemangat untuk menyiapkan segala keperluan Nabi Ayyub, membantu suaminya dalam memenuhi kebutuhan, dan melaksanakan kemaslahatan suaminya. Itulah yang dikerjakan Laya, hingga akhirnya kondisi dirinya melemah dan kekayaannya menipis.
Dalam kondisi yang paling pahit itu, Laya justru teringat pada masa-masa indah. Ketika suaminya memberinya hadiah penghasilan al-Batsaniyah yang melimpah. Ingatan itu menjadikannya semakin sayang dan setia kepada suaminya. Apalagi ketika ia melihat kebeningan hati suaminya yang tetap sabar, tabah dan ridha terhadap qadha’ dan takdir Allah.
Ibnu Katsir Rahimahullah menyifati Laya binti Ya'qub sebagai perempuan penyabar, perempuan yang hanya mengharapkan pahala dari Allah, perempuan yang mampu bertahan menghadapi kesulitan, perempuan jujur, berbakti dan wanita dewasa.
Sabar dan Setia Melayani Suami
Syaik Muhammad bin Yusuf Ad-Dimasyqi dalam bukunya 'Istri-Istri Para Nabi' menjelaskan, Laya binti Ya'qub tahu betul bahwa Allah Ta'ala menguji hamba-hambanya yang dekat kepada-Nya dengan apa saja yang Dia kehendaki, untuk mengangkat derajat hambanya itu dekat di sisi-Nya. Agar hambanya tersebut menjadi teladan dalam kesebaran terhadap musibah dan kesabaran terhadap keputusan Allah Ta'Ala.
Disebutkan dalam hadis bahwa Rasulullah Shalalahu alaihi wa sallam bersabda : "Manusia yang paling berat cobaanya ialah para nabi, kemudian orang-orang saleh, kemudian orang-orang seperti mereka, kemudian orang-orang seperti mereka."
Rasulullah juga bersabda : "Seseorang diuji dengan kadar agamanya. Jika agamanya kuat, ujiannya bertambah"'
Nabi Ayyub Alaihissalam bersabar dan musibah yang menimpanya justru menambah kesabaran, harapan akan pahala Allah, pujian dan syukur hingga beliau dibuat perumpamaan dengan kesabaran beliau dan perumpamaan dengan seluruh musibah yang menimpanya.
Laya hadir menemani semua takdir yang ditimpakan pada suaminya tersebut. Sungguh Laya adalah potret muslimah yang teguh, sabar dan setia kepada Allah dan suaminya. Selama bertahun-tahun mendampingi suaminya yang sedang diuji dengan sakit lepra. Penyakit yang membuat orang-orang meninggalkan suaminya. Penyakit yang menjadikan hubungan suaminya dengan orang-orang terputus bahkan tanpa belas kasih. Laya tetap setia melayani dan mengasihi suaminya.
Allah memuji kesabaran Nabi Ayyub dengan firman-Nya dalam QS. Shad: 44 :
وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا فَٱضْرِب بِّهِۦ وَلَا تَحْنَثْ ۗ إِنَّا وَجَدْنَٰهُ صَابِرًا ۚ نِّعْمَ ٱلْعَبْدُ ۖ إِنَّهُۥٓ أَوَّابٌ
“Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput) maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah! Sesungguhnya kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan-nya)”.
Allah adalah Zat Yang Maha Adil dan Bijaksana. Dia melihat keikhlasan yang terpancar pada diri Nabi Ayyub dan istrinya dalam menerima qadha’ dan takdir-Nya. Ujian yang diberikan kepada keduanya, diterimanya dengan lapang dan penuh kesabaran. Meski keduanya harus bergulat dengan musibah selama 18 tahun.
Bisikan-bisikan setan yang berusaha menjauhkannya dari Allah dengan menanamkan rasa putus asa, tidak mampu menembus benteng pertahanan iman yang mereka bangun. Hal itu disebabkan karena interaksinya dengan Allah tidak pernah putus dan pada akhirnya keduanya lulus dan sukses dari ujian itu.
“Dan ingatlah hamba Kami, Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya: “Sesungguhnya Aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan “. (QS. Shad: 41)
Di puncak kepasrahannya kepada Allah itulah, Nabi Ayyub berdoa agar Allah menyembuhkan penyakitnya. “Dan (ingatlah kisah Ayyub), ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua penyayang”.
“Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.” (QS. al-Anbiya’: 83-84)
Allah memperkenankan doa Nabi Ayyub dan memerintahkan kepadanya agar menghentakkan kakinya ke bumi. Nabi Ayyub pun menaatinya maka keluarlah air bekas kakinya itu atas petunjuk Allah. Beliau pun mandi dan minum dengan air itu sehingga beliau sembuh atas izin Allah. Solusi Ilahiyah yang sangat menakjubkan itu digambarkan Allah dalam firmanNya: “Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum”. (QS. Shad: 42)
Subhanallah, dalam waktu sekejap penyakit yang diderita Nabi Ayyub selama delapan belas tahun sembuh total tanpa menyisakan bekas sedikitpun, begitulah kuasa Ilahi. Kenyataan ini semakin membuktikan bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah jika menghendaki sesuatu terjadi.
Laya yang datang sedikit terlambat pada saat itu tidak mengenali lagi suaminya. Sebab yang dilihatnya adalah lelaki tampan, mirip dengan suaminya bahkan lebih tampan dari sebelumnya. Akhirnya, keduanya merasakan kembali manisnya kehidupan seperti sedia kala. Berkumpul kembali dengan anggota keluarganya, Allah mengembalikan harta kekayaan dan anak-anaknya.
Para mufassirin berkata: Allah memberikan anak-anak dan pengikut kepada Ayyub dan istri beliau di dunia, seperti yang beliau miliki sebelumnya. Bahkan dikatakan setelah itu Laya melahirkan anak sebanyak dua puluh enam anak.
Keikhlasan dan kesabaran Laya dalam menjalani kehidupan, membawanya pada jajaran perempuan yang mulia sebagai penghuni surga. Bahkan Allah memuliakannya dengan memberinya banyak anugerah. Termasuk keringanan hukuman yang hendak diberikan suaminya, pada saat sedikit lalai mengurusinya.
Itulah kemuliaan yang diberikan kepada Laya binti Ya'qub. Muslimah yang selalu menghiasi dirinya dengan keikhlasan dan kesabaran. Muslimah yang selalu mengisi hari-harinya dengan ibadah kepada Allah dan memuji-Nya. Muslimah yang selalu menjaga kenikmatan dengan terus bersyukur. Muslimah yang tabah dan berani menghadapi tantangan hidup sesulit apapun itu. Muslimah yang setia kepada Allah dan suaminya dalam kondisi lapang maupun sempit. Muslimah yang selalu menyerahkan urusan hidupnya hanya kepada Allah sebagai bentuk kepasrahan dan ketawakalan pada-Nya.
Wallahu A'lam
(widWidaningsih
No comments:
Post a Comment