Nabi yang Tertidur 100 Tahun
Akhirnya, genap sudah 100 tahun berlalu. Allah Ta’ala berkehendak, nabi-Nya itu hidup kembali.
HASANUL RIZQA
Pada zaman ketika syariat yang diturunkan kepada Nabi Musa AS masih berlaku, pernah terjadi peristiwa luar biasa. Di tengah Bani Israil, terdapat seorang utusan Allah SWT, yakni Uzair.
Sehari-hari, lelaki itu senang mengembara dari satu daerah ke daerah lain. Seekor keledai kesayangan menjadi alat transportasinya dalam setiap rihlah.
Suau hari, Nabi Uzair tiba di sebuah kawasan bekas permukiman. Ia mengetahui bahwa dahulu terdapat salah satu negeri yang makmur di wilayah ini. Namun, azab menimpa penduduk setempat lantaran kedurhakaan mereka terhadap perintah Allah.
Alhasil, yang tersisa hanyalah puing-puing bangunan. Uzair berhenti sejenak di antara reruntuhan sebuah rumah. Keledai tunggangannya diistirahatkan di dekatnya.
Setelah mengeluarkan bekal, ia berkata sembari menghela napas, “Ya Allah, kini aku bersandar di rumah yang dindingnya telah rusak. Di sinilah dahulu ada orang-orang hidup dan tinggal. Satu sama lain menganggap sebagai teman atau lawan. Namun, tulang-tulang mereka kini sama sekali tak tersisa. Bagaimana mungkin penghuni puing-puing ini kembali berkumpul dan hadir sebagai manusia-manusia yang hidup?”
Usai menghabiskan sekerat roti dan minum, ia pun berbaring. Tak terasa, Nabi Uzair tertidur lelap. Sehari, sepekan, sebulan, setahun, dirinya masih saja tidur. Sepuluh tahun, 20 tahun, jiwa sang nabi masih hanyut dalam tidurnya. Sementara itu, jasadnya telah hancur lebur termakan waktu.
Akhirnya, genap sudah 100 tahun berlalu. Allah Ta’ala berkehendak, nabi-Nya itu hidup kembali. Kun fayakun. Jadi, maka jadilah.
Nabi Uzair kembali hidup. Lelaki saleh itu pun bangun dari tidur panjangnya. Allah mengutus satu malaikat kepadanya. “Berapa lama engkau tertidur?” kata malaikat itu.
“Mungkin sehari atau setengah hari saja,” jawabnya santai.
“Tidak. Sungguh, engkau berada di sini selama 100 tahun. Allah membuatmu tertidur, mematikanmu, lalu menghidupkanmu kembali. Itu agar engkau mengetahui jawaban dari pertanyaanmu, ketika engkau merasa heran akan kebangkitan yang dialami oleh orang-orang yang mati,” papar sang malaikat.
Uzair terkejut. Dilihatnya keadaan sekeliling. Semua bekalnya—dengan kehendak Allah—masih utuh, tak berubah sama sekali. Hanya saja, keledainya telah menjadi tulang belulang. Ia pun berdoa kepada Allah. Atas kuasa-Nya, keledai itu lalu bangkit kembali.
“Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala-galanya,'' seru Uzair seraya bersujud.
Sambil menunggangi hewan itu, ia pun kembali ke kampung halaman yang telah sangat lama ditinggalkannya. Sesampainya di sana, nabi tersebut berhenti di sebuah rumah yang setengah hancur. Diperkirakannya, di situlah posisi rumahnya seabad silam.
Mengetuk pintu, Uzair mendapati seorang wanita tua nan buta. "Apakah ini rumah Uzair," tanyanya kepada si perempuan.
Begitu mendengar nama Uzair disebut, sontak saja nenek ini menangis. Setelah tenang, perempuan tersebut menuturkan, dirinya kini berusia 120 tahun. Meskipun sudah sangat renta, dalam ingatannya masih terpatri sosok Uzair, yang tidak lain ialah majikannya. "Ini adalah rumahnya. Namun, dia sudah menghilang puluhan tahun lalu,” ujar perempuan tua yang dahulu pembantu keluarga Uzair itu.
“Sungguh, aku adalah Uzair. Tidakkah kau mengenaliku? Allah telah mengambilku dari dunia selama 100 tahun dan mengembalikanku lagi,” timpal sang nabi.
Uzair kemudian berdoa agar kedua mata mantan budaknya itu bisa melihat lagi. Allah mengabulkan permintaannya. Perempuan tua itu tidak lagi buta sehingga bisa mengenal wajah sosok di hadapannya itu.
"Uzair telah kembali! Uzair telah kembali!" serunya. Teriakannya membuat warga sekitar berdatangan. Mereka lebih terkejut lagi setelah mengetahui, ada seorang lelaki yang mengaku diri sebagai Nabi Uzair.
Maka digelarlah pertemuan terbuka. Para ulama dan kerabat Uzair turut hadir, termasuk seorang putranya yang kini berusia 118 tahun. "Saya masih ingat bahwa bapak saya mempunyai tanda di punggungnya. Cobalah periksa tanda itu. Kalau ada, benarlah dia Uzair," kata kakek itu.
Ternyata, tanda itu ada pada punggung Uzair. Sebagian masyarakat mulai percaya. Namun, seorang ulama Yahudi berkata, "Kami mendengar dari ayah-ayah dan kakek-kakek kami, Uzair adalah seorang nabi yang mampu menghafal Taurat. Sungguh, Taurat telah hilang dari kita sejak penyerbuan Raja Nebukadnezar atas Bani Israil. Kira-kira 100 tahun lalu, mereka membakar seluruh Taurat, membunuh ulama-ulama, termasuk para pembaca kitab suci.”
“Seandainya engkau menghafal Taurat, niscaya kami akan percaya bahwa engkau adalah Uzair," sambungnya.
Maka, Uzair langsung membaca keseluruhan isi Taurat yang sudah dihafalnya dengan fasih dan lancar. Tak salah sedikit pun. Mendengarnya, barulah semua orang percaya. Bani Israil gembira, Nabi Uzair kembali berada di tengah mereka.
Kisah ini juga disinggung dalam Alquran, surah al-Baqarah ayat 259. Sayangnya, Bani Israil yang lemah iman cenderung ekstrem dalam mencerna cerita tentang nabi tersebut. Bahkan, mereka menyebut Uzair sebagai “anak Allah".Rol
No comments:
Post a Comment