Saat Rasulullah Diusir Penduduk Thaif, Ini Kata Beliau
Kisah hijrah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ke Thaif, berjarak 60 mil dari Kota Makkah, patut dijadikan pelajaran berharga. Tak hanya diusir, Rasulullah juga mendapat perlakuan kasar sampai dilempari oleh penduduk Thaif.
Persitiwa ini terjadi di bulan Syawal tahun ke-10 kenabian. Rasulullah ditemani Zaid bin Haritsah pergi ke Thaif tak lama setelah istri tercinta Sayyidah Khadijah Al-Kubro dan pamannya Abu Thalib wafat. Berharap dakwah beliau diterima oleh penduduk Thaif, justru disambut hinaan dan pengusiran.
Nabi Muhammad memang dikenal sebagai manusia yang terjaga dari dosa (ma'shum), ternyata ada saja yang memusuhinya. Padahal semua kaum kafir Quraisy mengakui kejujuran dan keluhuran akhlak beliau. Persitiwa ini diabadikan di berbagai kitab Sirah Nabawiyah. Bagaimana sikap beliau ketika diusir warga Thaif?
Sayyidah 'Aisyah radhiyallahu 'anha pernah bertanya kepada Rasulullah : "Wahai Rasulullah, pernahkah engkau mengalami hari yang lebih buruk dari perang Uhud?" Rasulullah menjawab: "Aku pernah menemui kaum yang sangat kejam yang belum pernah aku temui sebelumnya. Yaitu hari di mana aku menemui kaum di kampung Aqabah (Thaif), ketika aku bermaksud menemui Ibnu Abi Yalil bin Abdi Kulal (untuk meminta bantuan dan untuk menyebarkan Islam).
Akan tetapi, dia tidak memenuhi permintaanku. Akupun pulang dalam keadaan wajah yang berdarah (karena perbuatan warga Thaif yang melempari batu). Ketika aku berhenti di Qarnul Tsa'alib, aku melihat awan menaungiku sehingga aku merasa teduh. Lalu, Malaikat Jibril memanggilku dan bertanya, "Sesungguhnya Allah telah mendengar hinaan kaummu dan penolakan mereka terhadapmu. Allah telah mengutus Malaikat penjaga gunung kepadamu."
Kemudian, Malaikat menawarkan kepada Rasulullah apakah beliau mau jika dua gunung yang ada di Kota Makkah itu ditimpakan kepada mereka (warga Thaif) sebagai pembalasan. Namun, bagaimana jawaban Rasulullah?
Rasulullah yang mulia menolak tawaran itu. Tidak terbersit sedikitpun di dalam hati beliau niat untuk membalas sikap buruk mereka. Rasulullah justru mendoakan mereka dengan kalimat mulia: "Aku berharap mudah-mudahan Allah mengeluarkan dari tulang rusuk mereka (keturunan) yang menyembah Allah Yang Maha Esa dan tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Subhanallah! betapa agungnya akhlak Rasulullah. Beliau tidak membalas sikap buruk orang lain kepada beliau dengan keburukan. Tetapi sebaliknya membalas dengan doa dan sikap terpuji.
Salah satu cara Rasulullah menyikapi hinaan adalah dengan mendoakan orang-orang yang menghinanya. Beliau mendoakan agar mereka diberikan petunjuk oleh Allah sehingga bisa berada di jalan yang lurus. Rasulullah memahami bahwa yang bisa beliau lakukan adalah menyeru orang-orang kepada kebaikan, adapun hidayah adalah kekuasaan Allah.
Karena itu, jangan membalas hinaan dengan hinaan, karena sesungguhnya orang yang melontarkan ucapan-ucapan buruk tidak lain adalah orang yang sedang memperlihatkan keburukan dirinya sendiri. Ingatlah pesan Nabi berikut:
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma berkata, Rasulullah bersabda:
اَلرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى اِرْحَمُوْا مَنْ فِى الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَآءِ
"Orang-orang yang pengasih akan dikasihani yang Maha Pengasih, Maha Suci dan Maha Tinggi (Allah). Sayangilah orang yang ada di muka bumi, niscaya yang di langit (para Malaikat) akan mengasihimu."
(rhs) Rusman H Siregar
No comments:
Post a Comment