Sikap dan perilaku lurus seorang Iyyadh bin Ghanam ini sangat penting diteladani.
Islam sungguh ajaran yang tidak saja menerangkan pentingnya kebaikan. Akan tetapi, juga menampilkan sosok manusia yang menerapkan kebaikan ajaran Islam itu, sehingga keberadaan mereka patut menjadi teladan kaum Muslimin dari generasi ke generasi. Satu di antaranya ialah Iyyadh bin Ghanam.
Iyyadh bin Ghanam adalah seorang jenderal dalam pasukan kaum Muslimin, termasuk pada masa Khalid bin Walid dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah. Dalam perjalanan hidupnya, ia pernah menjabat sebagai gubernur dan menaklukkan beberapa negeri, termasuk Suriah Utara yang sebelumnya dikuasai oleh Bizantium.
Ketika menjadi gubernur, ada sebuah kisah menarik dan penuh hikmah yang bisa kita ambil. Kala itu sanak saudara Iyyadh bin Ghanam pada berdatangan untuk silaturahim. Di sana, semua saudaranya menyampaikan kesulitan hidup yang mereka hadapi. Bahkan, mereka tinggal berhari-hari di kediaman Iyyadh bin Ghanam.
Iyyadh bin Ghanam pun memberikan uang sejumlah sepuluh dinar kepada lima orang keluarganya itu. Namun, tak dinyana, keluarganya menolak, marah, dan mencaci Iyyadh bin Ghanam.
Iyyadh bin Ghanam pun berkata, “Wahai kemenakan-kemenakanku, saya tidak mengingkari hubungan kerabat kalian dengan saya, hak kalian dan kesulitan yang kalian dapatkan di perjalanan. Akan tetapi, demi Allah, aku hanya dapat memberikan apa yang kalian terima tadi dengan menjual budakku dan menjual barang yang tak begitu kubutuhkan. Maka, maafkanlah aku.”
Penjelasan itu tak membuat keluarga Iyyadh bin Ghanam sadar. Mereka justru membantah. “Demi Allah, Allah tidak akan memaafkanmu. Bukankah engkau Gubernur Syam, tetapi engkau hanya memberikan jumlah uang kepada kami hanya sekedar ongkos perjalanan pulang saja?”
Iyyadh bin Ghanam pun mengatakan, “Apakah kalian menginginkan aku untuk mencuri harta Allah? Demi Allah, bila aku dibelah dengan gergaji, itu lebih aku sukai daripada mengorupsi uang meski sepeser atau menggunakannya tidak pada tempatnya.”
Mendengar itu, para kemenakan Iyyadh bin Ghanam tak habis akal. Mereka pun meminta agar Iyyadh bin Ghanam memberikan mereka jabatan, sehingga bisa mendapatkan gaji dan penghasilan yang lumayan.
Ketika itu disampaikan, Iyyadh bin Ghanam berkata tegas, “Demi Allah, aku mengetahui keutamaan dan kebaikan kalian. Tetapi bagaimana bila terdengar oleh Umar bahwa aku mempekerjakan orang-orang dari kerabatku sendiri, bukankah dia akan mencaci diriku?”
Demikianlah sikap seorang Iyyadh bin Ghanam kala menjadi penguasa, sebagai seorang gubernur. Ia benar-benar waspada dan hati-hati di dalam menggunakan kekuasaannya, terutama dalam hal memenuhi keinginan keluarga besarnya.
Ia tidak mau memberi kecuali dari harta yang hak adalah miliknya. Dan, ia tidak mau menjadikan keluarganya menduduki jabatan tertentu.
Sikap dan perilaku lurus seorang Iyyadh bin Ghanam ini sangat penting diteladani oleh para pemimpin di negeri ini, mulai dari kepala keluarga hingga kepala negara. Rol
No comments:
Post a Comment