Surat Yasin Ayat 13-14 dan Kisah tentang Tiga Utusan yang Diingkari Ashab al-Qaryah
Surat Yasin Ayat 13 -14 menjadi peringatan kepada orang-orang yang ingkar kepada risalah Nabi Muhammad SAW sebagaimana Ashab al-Qaryah yang mengingkari risalah Nabi Isa as dan akhirnya dibinasakan oleh Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
وَاضْرِبْ لَهُمْ مَّثَلًا اَصْحٰبَ الْقَرْيَةِۘ اِذْ جَاۤءَهَا الْمُرْسَلُوْنَۚ
اِذْ اَرْسَلْنَآ اِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوْهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوْٓا اِنَّآ اِلَيْكُمْ مُّرْسَلُوْنَ
Dan buatlah suatu perumpamaan bagi mereka, yaitu penduduk suatu negeri, ketika utusan-utusan datang kepada mereka;(yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga (utusan itu) berkata, “Sungguh, kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu.” (QS Yasin : 13-14)
Tafsir Kemenag memberikan informasi bahwa ayat tersebut merupakan perintah kepada Nabi Muhammad SAW supaya menceritakan kisah Ashab al-Qaryah, agar menjadi peringatan bagi orang-orang yang mengingkari risalahnya. Terutama bagi orang kafir Makkah pada waktu itu. Mengenai Ashab al-Qaryah ini, para mufassir berbeda pendapat.
Laman Tafsir Al-Qur'an menjelaskan mufassir klasik, semisal al-Suyuti, Ibnu Katsir , dan Nawawi a-Bantani , sepakat bahwa yang dimaksud Ashab al-Qaryah adalah Antokiah, sebuah kota di bawah kekuasaan Romawi.
Prof Dr Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah menyebutnya dengan Antiokhiah, sebuah kota lama di hulu sungai al-Ashy. Saat ini termasuk dalam wilayah Suriah.
Menariknya Quraish Shihab memiliki analisis berbeda dengan mufassir-mufassir di atas. Quraish mengatakan bahwa Antiokhiah ini tidak mempunyai rekam jejak buruk terkait dengan pembinasaan penghuninya. Baik di masa Nabi Isa as maupun sebelumnya.
Sedangkan kisah Ashab al-Qaryah tersebut bercerita tentang pembinasaan suatu kaum akibat pembangkangannya. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa penduduk Antoikhiah dikenal sebagai penduduk pertama yang menerima risalah Nabi Isa as.
Beda Tafsir
Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, pengisahan tentang “Ashab al-Qaryah” dalam tafsir surat Yasin ayat 13-14 ini merupakan peringatan kepada orang-orang yang ingkar kepada risalah Nabi Muhammad SAW tentang bagaimana Ashab al-Qaryah tersebut juga mengingkari risalah Nabi Isa as dan akhirnya dibinasakan oleh Allah SWT. Tentunya kejadian ini diharapkan tidak terulang kembali dengan cara mengambil hikmah atas kisah tersebut.
Terkait dengan siapakah utusan yang diperintahkan untuk berdakwah kepada Ashab al-Qaryah, para mufassir juga berbeda pendapat.
Ibn Katsir mengatakan ketiganya bernama Sadiq, Saqduq, dan Syalum. Al-Shawi mengatakan Sadiq, Masduq, dan Syam’un. Sedangkan al-Bantani mengatakan Yuhana, Paulus, dan Syam’um. Setiap mufassir mempunya argumentasinya tersendiri dalam menentukan nama-nama tersebut.
Laman Tafsir Al-Quran menyatakan untuk mengetahui lebih lengkapnya tentang riwayat mengenai perbedaan-perbedaan tersebut, bisa merujuk pada kitab al-Dur al-Masur fi al-Tafsir bi al-Ma’tsur karya Jalaluddin al-Suyuti. Namun yang terpenting adalah bagaimana fakta ketiga utusan Nabi Isa as tersebut diingkari oleh “Ashab al-Qaryah”.
Dikisahkan bahwa tiga utusan tersebut tidak datang secara bersamaan. Dua utusan lebih dahulu mendatangi “Ashab al-Qaryah”. Mereka mendakwahkan risalah Nabi Isa as kepada penduduk wilayah tersebut.
Menurut al-Shawi kedua utusan ini juga memiliki kemampuan menyembuhkan segala penyakit dan salah satu cara dakwah yang dipakai mereka adalah menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Salah satu penyakit yang berhasil disembuhkan adalah kelumpuhan yang diderita salah seorang dari Ashab al-Qaryah. Namun tetap saja mereka semua ingkar terhadap kedua utusan tersebut.
Al-Shawi mengisahkan bahwa dakwah keduanya berakhir tragis, yakni mereka berdua berakhir di tiang disalib.
Lalu Allah datangkan lagi seorang utusan untuk mengukuhkan kebenaran yang disampaikan dua orang sebelumnya. Namun hasilnya sama saja, mereka tetap mengingkarinya.Miftah H. Yusufpati
Kebebasan Beragama
Mengenai kisah ini Quraish Shihab mengemukakan analis menarik. Menurutnya, ayat ini merupakan salah satu bukti menyangkut kebebasan beragama. Pasalnya meskipun Allah SWT telah mengukuhkan kebenaran para utusan tersebut, namun Allah SWT tidak memaksakan mereka untuk percaya. Karena tugas seorang pengajur kebaikan hanyalah menyampaikan bukan memaksakan.
Hal itu terbukti dengan sikap kepasrahan yang dimiliki oleh ketiga utusan tersebut dan juga sikap yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW ketika menghadapi kaumnya. Tidak pernah ada pemaksaan apapun. Karena sejatinya perbuatan dan pilihan setiap orang akan kembali kepada dirinya sendiri.
Quraish Shihab mengatakan bahwa Allah SWT hanya menerima keimanan yang tulus, sehingga setiap orang bebas memilih jalan yang dikehendakinya.
(mhy)
No comments:
Post a Comment