5 Sebab Mendapatkan Syafa’at di Hari Kiamat
Umat Islam mengimani bahwa hari kiamat pasti akan terjadi. Sebagai rukun iman ke enam adalah hari dimana berakhirnya kehidupan makhluk ciptaan Allah Subahanhu wa ta'ala. Dan, kejadian hari kiamat merupakan tragedi yang sangat menakutkan. Bibir terasa sulit berucap ketika kita membaca ayat-ayat dan hadis Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam yang sedikit menggambarkan apa yang terjadi pada hari itu.
Dalam sebuah ayat Allah Ta'ala berfirman:
يَوۡمَ تَرَوۡنَهَا تَذۡهَلُ كُلُّ مُرۡضِعَةٍ عَمَّآ أَرۡضَعَتۡ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمۡلٍ حَمۡلَهَا وَتَرَى ٱلنَّاسَ سُكَٰرَىٰ وَمَا هُم بِسُكَٰرَىٰ وَلَٰكِنَّ عَذَابَ ٱللَّهِ شَدِيدٞ
“ (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya.” [QS. Al Hajj:2].
Ustadz Muhammad Ihsan, alumni STDI Imam Syafi’i Jember (ilmu hadits) yang juga Dewan konsultasi Bimbingan Islam memaparkan tentang kiamat ini dalam tausiyahnya. Berikut uraiannya;
Tidak pernah terlintas dalam pikiran kita, ada seorang ibu yang tega melempar anak yang tengah disusuinya. Namun pada hari itu, saking takutnya, ia pun lupa dengan anaknya. Lebih menakutkannya lagi, kejadian kehancuran dunia tersebut bukanlah akhir namun sebuah awal dari kehidupan yang sebenarnya, kehidupan yang kekal abadi.
Allah membangkitkan kembali jin dan manusia untuk mempertanggungjawabkan segala keyakinan, perbuatan dan perkataan yang mereka lakukan di dunia dahulu. Pada hari tersebut, hanya ada dua tempat untuk kembali, yaitu surga dan neraka. Surga Allah ﷻ siapkan untuk menjadi tempat orang-orang yang mematuhi Allah ﷻ tatkala di dunia.
Allah Ta'ala berfirman:
وَبَشِّرِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ كُلَّمَا رُزِقُواْ مِنۡهَا مِن ثَمَرَةٖ رِّزۡقٗا قَالُواْ هَٰذَا ٱلَّذِي رُزِقۡنَا مِن قَبۡلُۖ وَأُتُواْ بِهِۦ مُتَشَٰبِهٗاۖ وَلَهُمۡ فِيهَآ أَزۡوَٰجٞ مُّطَهَّرَةٞۖ وَهُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu”. Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” [QS. Al Baqarah:25]
Sedangkan neraka adalah tempat kembalinya orang-orang yang menyombongkan dirinya sehingga dia tidak mau mematuhi perintah Allah. Allah Ta'ala berfirman:
وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ وَكَذَّبُواْ بَِٔايَٰتِنَآ أُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ
“Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” [QS Al Baqarah:39].
Pada hari tersebut, tidak ada lagi cara untuk menambah amalan, yang tinggal hanyalah pembalasan. Namun, karena luasnya rahmat Allah, Allah masih menyediakan satu cara untuk selamat dari adzab Allah, yaitu dengan mendapatkan syafa’at.
Apa itu syafa’at ? Syafa’at berarti menjadi perantara bagi orang lain untuk mendapatkan kemanfaatan atau menghilangkan kemudharatan. (Alqaulul mufid : 1/330). Ahlussunnah sepakat bahwa pada hari kiamat kelak Allah ﷻ mengizinkan sebagian makhluk memberikan syafa’at kepada yang lainnya, sebagai bentuk pemuliaan kepada orang yang memberi syafa’at dan bentuk pengampunan untuk orang yang diberi syafa’at.
Syarat terjadinya syafa’at:
Para ulama menjelaskan bahwa syafa’at hanya bisa didapatkan dengan dua syarat:
1. Izin Allah.
2. Ridha Allah kepada orang yang memberi syafa’at dan orang yang menerima syafa’at.
Dua syarat ini dsebutkan Allah ﷻ dalam firmanNya:
وَكَم مِّن مَّلَكٖ فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ لَا تُغۡنِي شَفَٰعَتُهُمۡ شَيًۡٔا إِلَّا مِنۢ بَعۡدِ أَن يَأۡذَنَ ٱللَّهُ لِمَن يَشَآءُ وَيَرۡضَىٰٓ
“Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafa’at mereka sedikitpun tidak berguna, kecuali sesudah Allah mengijinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai (Nya).” [An Najm:26].
Apa saja sebab agar bisa mendapatkan syafa’at pada hari kiamat? Di antara sebab-sebabnya adalah:
1. Memperbanyak bacaan Al-Qur'an.
Dalam sebuah hadis Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
اقْرَءُوا القُرْآنَ فَإنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ القِيامَةِ شَفِيعًا لِأصْحابِهِ
“Bacalah alquran karena bacaan tersebut akan datang pada hari kiamat memberikan syafa’at kepada orang yang membaca.” (HR. Muslim 804).
2. Berpuasa.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَقُولُ الصِّيَامُ: أَيْ رَبِّ إِنِّي مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ وَيَقُولُ الْقُرْآنُ: مَنَعْتُهُ النُّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ فيُشَفعانِ
“Puasa dan bacaan qur’an akan memberikan syafa’at kepada seorang hamba. Puasa akan berkata: Rabbku, sungguh aku telah membuatnya menahan lapar dan syahwatnya pada siang hari, maka izinkan aku memberikan syafa’at untuknya. Bacaan quran pun berkata: Aku telah membuatnya meninggalkan tidurnya pada malam hari, maka izinkanlah aku meberikan syafa’at untuknya. Maka keduanya pun diziinkan memberikan syafa’at.” (HR. Ahmad : 6626).
3. Berdoa kepada Allah Ta'ala agar menjadikan Rasulullah SAW sebagai wasilah.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إذا سَمِعْتُمُ المُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ ما يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ فَإنَّهُ مَن صَلّى عَلَيَّ صَلاةً صَلّى الله عَلَيْهِ بِها عَشْرًا ثُمَّ سَلُوا اللهَ لِيَ الوَسِيلَةَ فَإنَّها مَنزِلَةٌ فِي الجَنَّةِ لا تَنْبَغِي إلّا لِعَبْدٍ مِن عِبادِ اللهِ وأرْجُو أنْ أكُونَ أنا هُوَ فَمَن سَألَ لِي الوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفاعَةُ
“Apabila kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti yang diucapkan muadzin, kemudian bershalawatlah untukku, karena siapa yang bershalawat untukku sekali, Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali. Kemudian mintalah kepada Allah untukku wasilah, yaitu sebuah kedudukan di surga, yang hanya bisa didapatkan oleh seorang hamba Allah, dan aku berharap akulah orangnya. Sejatinya siapa yang memintakan untukku wasilah, maka dia akan mendapatkan syafa’at.” (HR. Muslim : 384).
4. Mati syahid saat berperang di jalan Allah.
Rasulullah SAW bersabda:
يُشَفَّعُ الشَّهِيدُ فِي سَبْعِينَ مِن أهْلِ بَيْتِهِ
“Orang yang mati syahid diberikan izin memberikan syafa’at untuk 70 orang keluarganya.” (HR. Abu Dawud no. 2522).
5. Disholatkan oleh 40 orang ahli tauhid.
Dalam sebuah hadits Abdullah bin Abbas berkata bahwa beliau pernah mendengar rasulullah ﷺ bersabda:
ما مِن رَجُلٍ مُسْلِمٍ يَمُوتُ فَيَقُومُ عَلى جَنازَتِهِ أرْبَعُونَ رَجُلًا لا يُشْرِكُونَ بِاللهِ شَيْئًا إلّا شَفَّعَهُمُ اللهُ فِيهِ
“Tidaklah seorang mati, lalu disholatkan oleh 40 orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatupun kecuali Allah ﷻ akan menjadikan mereka sebagai pemberi syafa’at untuk si mayyit.” (HR. Muslim no. 948).
Semoga Allah menjadikan kita sebagai orang-orang yang menerima syafa’at dihari akhirat dan bisa memberikan syafa’at kepada saudara kita yang lain.
Wallahu a’lam
(wid)Widaningsih
No comments:
Post a Comment