Imperium Dunia dalam Mimpi Nebukadnezar Berdasar Takwil Nabi Daniel
Pada tahun kedua pemerintahannya, Nebukadnezar mengalami rangkaian mimpi yang membuatnya gelisah dan menahannya dari tidur. Lantaran serangkaian mimpi itu, Nebukadnezar memerintahkan agar seluruh cendekiawan di kerajaannya, termasuk Nabi Daniel as menakwilkan mimpi tersebut.
Nebukadnezar (630-562 SM), adalah penguasa Kekaisaran Babilonia Baru dalam Dinasti Kasdim yang berkuasa 605 SM-562 SM atau selama 43 tahun.
Dalam buku "Zulkarnain Agung antara Cyrus dan Alexander, Jejak Cerita dalam al-Quran dan Riwayat Sejarah" karya Wisnu Tanggap Prabowo diceritakanNebukadnezar minta seluruh cendekiawan di kerajaannya menakwilkan mimpi tersebut namun menolak menceritakan apa yang ia lihat dalam mimpinya itu..
Nebukadnezar berpandangan jika cendekiawan kerajaannya benar-benar memiliki pengetahuan, mereka akan menceritakan ulang sekaligus menakwilkan mimpi itu di hadapan sang raja tanpa harus diberi tahu sebelumnya apa yang Nebukadnezar saksikan dalam mimpi-mimpi tersebut.
Berkumpullah para juru tulis, para ahli jampi, tukang sihir, dan orang-orang dari Chaldean (Kasdim) yang terpelajar.
Nebukadnezar berkata di hadapan orang-orang tersebut, “Aku menjamin kata-kataku ini, jika kalian tidak memberitahuku tentang mimpiku dan menakwilkannya, kalian akan dipotong-potong dan rumah-rumah kalian akan dipenuhi kotoran."
"Namun jika kalian memberitahuku tentang mimpiku itu, maka kalian akan menerima hadiah, pemberian-pemberian dan kehormatan yang besar dariku. Oleh sebab itu, beritahukanlah kepadaku mimpi itu dengan maknanya!”
Para cendekiawan kerajaan pun meminta agar raja menceritakan mimpi itu terlebih dahulu baru setelah itu mereka akan menakwilkannya.
Mendengar hal tersebut, Nebukadnezar marah dan menganggap mereka hanya mengulur-ulur waktu seraya menegaskan kembali jika mereka tidak memberitahukan mimpi serta maknanya, maka hukuman keras menanti mereka.
Orang-orang Kasdim berkata menimpali, “Tidak seorang pun di muka bumi yang dapat memberitahukan apa yang diminta Tuanku Raja! Dan tidak pernah seorang raja, bagaimanapun agungnya dan besar kuasanya, telah meminta hal sedemikian dari seorang berilmu atau seorang ahli jampi atau seorang Kasdim."
"Apa yang diminta Tuanku Raja terlalu berat, dan tidak seorang pun dapat memberitahukannya kepada Tuanku Raja, selain dewa-dewa yang tidak berdiam di antara manusia.”
Mimpi dan Takwilnya
Nebukadnezar bertambah geram dan memerintahkan agar semua orang bijak dan cerdik pandai di kota Babel dibunuh, dan ini berarti Nabi Daniel as termasuk ke dalam ancaman itu.
Mendengar keputusan Nebukadnezar, Nabi Daniel meminta waktu kepada Nebukadnezar untuk menceritakan mimpi tersebut beserta maknanya.
Menurut Wisnu, Nabi Daniel berdoa kepada Tuhannya dengan merendahkan diri dan merintih. Setelah itu Daniel meminta kepada seseorang yang telah diberi mandat oleh Nebukadnezar untuk membunuh orang-orang bijak di Babel agar menunda eksekusi.
Nabi Daniel pun menghadap Nebukadnezar dan menyatakan bahwa tidak satu orang bijak dan berpengetahuan pun yang mampu memenuhi permintaan sang raja melainkan hanya dari Tuhannya Daniel di langit yang mengetahui segala rahasia.
Akhirnya Daniel pun menceritakan mimpi sang raja berikut takwilnya dan mempresentasikannya di hadapan sang raja, bahwa dalam mimpi itu Nebukadnezar melihat sebuah patung raksasa berbentuk manusia.
Bagian kepala patung manusia raksasa itu terbuat dari emas dan bagian dada dan kedua lengannya terbuar dari perak.
Bagian perut dan pinggangnya terbuat dari perunggu (dalam terjemahan lain tembaga) sedangkan kedua betisnya terbuat dari besi, dan kedua kakinya terbuat dari kayu dan juga besi.
Lalu sebongkah batu muncul dari gunung dan dilemparkan ke bagian kedua kaki patung tersebut hingga ia hancur berceceran seperti bulir-bulir padi dan diterbangkan angin tanpa bekas.
Kemudian batu itu menjadi gunung-gunung yang memenuhi seluruh bumi.
Nabi Daniel menjelaskan takwilnya bahwa Nebukadnezar dijadikan Tuhan penguasa atas bagian dunia dan kekuasaan Nebukadnezar dilambangkan dengan kepala emas pada patung itu. Tetapi setelah kerajaan Nebukadnezar berakhir, lanjut Daniel, akan muncul kerajaan lain yang tidak sebesar kerajaan Nebukadnezar.
Setelah itu muncullah kerajaan ketiga yang dilambangkan oleh bagian dari tembaga pada patung itu, yang akan menguasai seluruh dunia.
Berikutnya akan muncul kerajaan keempat, sekuat besi yang meremukkan dan menghancurkan apa saja, dan kerajaan keempat ini akan meremukkan serta menghancurkan kerajaan-kerajaan yang lain itu.
Kaki dan jemari kaki parung yang sebagian dari tanah liat dan sebagian besi itu menunjukkan bahwa pada kemudian hari kerajaan itu akan terbagi-bagi meski kerajaan itu masih memiliki kekuatan karena ada unsur besi pada tanah liat.
Jemari kaki yang sebagian dari besi dan sebagian dari tanah liat berarti bahwa ada bagian kerajaan yang kuat dan ada juga yang lemah.
Campuran besi dengan tanah liat menandakan juga bahwa kerajaan itu akan berusaha memperkuat diri dengan mengadakan kawin campur, tetapi usaha itu sia-sia, seperti besi pun tidak dapat bersenyawa dengan tanah liat.
Pada masa pemerintahan raja-raja tersebut, Allah di surga akan mendirikan sebuah kerajaan yang akan bertahan selama-lamanya dan yang tak akan dikalahkan oleh bangsa mana pun.
Kerajaan itu akan menghancurleburkan segala kerajaan yang lain. Daniel kemudian berkata, “Bukankah Tuanku telah melihat bahwa tanpa disentuh orang, sebuah batu terlepas dari tebing lalu menimpa dan meremukkan patung dari besi, tembaga, tanah liar, perak dan emas itu?"
"Allah Mahabesar menyatakan kepada Tuanku apa yang kelak akan terjadi. Mimpi itu dapat dipercaya dan keterangan hamba adalah keniscayaan.”
Menurut Wisnu, mimpi Nebukadnezar ini dikisahkan dalam kitab suci Yahudi Tanakh (Perjanjian Lama, Daniel 2: 31-35).
Oleh kalangan ahli kitab dan sejarawan barat pada hari ini melambangkan lima imperium sebagaimana berikut ini:
Dua Tanduk
Lantas apa korelasi antara sejumlah konten Kitab Daniel tentang sosok yang memiliki dua tanduk yang dimaknai sebagai raja yang menguasai Media (Bahasa Persia Lama: Mādai) dan Persia, takwil Daniel tentang mimpi Nebukadnezar, dan sosok Zulkarnain di Surah Al-Kahfi?
Wisnu Tanggap Prabowo dalam bukunya itu berpendapat:
Pertama, telah kita simak bahwa Kitab Daniel bukan saja sumber sejarah otoritatif, tetapi juga bagian dari kitab suci Yahudi dan Nasrani. Posisi isi Bibel dalam pembahasan ini adalah sebagai acuan sejarah yang menopang perkataan ulama muslim dalam menelusuri sosok Zulkarnain saja.
Kedua, merujuk pada tabel di atas, takwil Nabi Daniel mengabarkan tentang terjadinya rentetan lahir runtuh kerajaan-kerajaan besar di bumi.
Kronologi ini menunjukkan keterkaitan kuat antara “dua tanduk” yang tidak lain adalah Media-Persia, dengan seorang raja besar yang akan memimpin Media sekaligus Persia tersebut.
Sudah disepakati oleh sejarawan, kerajaan Media dan Persia bergabung di bawah satu kerajaan setelah keduanya saling berperang pada 553 SM. Dalam pertempuran itu, Persia keluar sebagai pemenang.
Selepas itu tidak ada lagi Kerajaan Media setelah Persia memasukkannya ke kekuasaannya dan setelahnya Persia memelesat menjadi imperium besar tanpa tanding.
Ini berarti seorang Raja dari Persia telah menaklukkan Kerajaan Media sehingga raja tersebut digambarkan sebagai pemilik “dua tanduk”—yang tidak lain adalah Media yang ditaklukkannya, dan tentunya kerajaannya sendiri, yakni Persia.
Maka, kata Wisnu, jika dua tanduk itu adalah Media dan Persia, kita telah sampai pada kesimpulan logis bahwa raja Persia yang menaklukkan Media adalah Koresh/Cyrus.
Raja Cyrus inilah yang mengalahkan Raja Media bernama Asryages. Tidak hanya itu, putri sang raja dinikahi oleh Cyrus sehingga Cyrus resmi menjadi penerus Kerajaan Media. Artinya, dua tanduk sebagai simbol Media dan Persia sesuai dalam konteks era Raja Cyrus.
Cyrus adalah tokoh yang dimaksud dalam mimpi Nebukadnezar melalui takwil Nabi Daniel. Raja Cyrus ini merupakan pemilik dua tanduk dalam konteks Bibel sebagai baal haqqoranayim yang dalam bahasa Arab adalah dzu alqarnayn.
Ketiga, nukilan Wahb bin Munabbih terhadap makna “dua tanduk” sebagaimana dikutip Ibnu Katsir dalam tafsirnya adalah Persia-Romawi. Bukankah Media-Persia tidaklah tepat disebut Persia-Romawi?
Menurut Wisnu, ia bukanlah Persia-Romawi, dan pada kenyataannya, tidak ada satu kerajaan pun yang pernah menguasai Persia dan Romawi sekaligus, kecuali kaum muslimin, itupun yang dimaksud adalah wilayah Romawi Timur (Bizantium), bukan Romawi Barat (Kuno) di Italia sekarang.
Maka yang dimaksud nukilan Wahb bin Munabbih tentang Romawi adalah Yunani, sebab dalam alam pikir bangsa Arab, penyebutan Ar Rum termasuk Yunani, seperti perkataan Abu Umair bin Abdul Barr yang berkata, “Yang dimaksud bangsa Romawi adalah bangsa Romawi yang pertama, yaitu orang-orang Yunani yang nasabnya kembali kepada Rumi bin Lubthi bin Yunan bin Yafits bin Nuh.”
Lantas apa keterkaitannya dengan Cyrus? Wisnu menjelaskan, fakta bahwa kekuasaan Cyrus membentang hingga jauh ke barat mencapai negeri Trakia dan sebagian Makedonia yang secara umum bagian dari wilayah peradaban Yunani, telah disepakati oleh sejarawan.
Makedonia termasuk ke dalam peradaban Yunani, dan Yunani sering kali dimasukkan ke dalam “Rum” atau Romawi dalam literasi Arab Kuno. Bahkan, tatkala Cyrus menguasai seluruh wilayah Asia Minor (daratan Turki pada hari ini) saat menaklukkan kerajaan Lydia, maka sejatinya Cyrus boleh dibilang telah menaklukkan Yunani, sebab Yunani bukan saja sebuah wilayah di barat Laut Aegean sebagaimana kita pahami pada hari ini, tetapi juga mencakup wilayah timurnya, yakni Turki di mana hingga masa diutusnya Rasulullah termasuk wilayah Asia Minor.
Oleh sebab itu wilayah Asia Minor, atau Turki pada hari ini, termasuk Ar Rum.
Wahb bin Munabbih berpendapat berdasarkan apa yang ia dapat dari ahli kitab bahwa Zulkarnain adalah penguasa Romawi dan Persia sebagaimana yang disebutkan Ibnu Katsir, sementara ahli kitab yang dimaksud adalah Yahudi di Syam.
Yahudi di Syam lebih berpengetahuan tentang sejarah peradaban dan kerajaan ketimbang bangsa Arab di Hijaz.
Surah ar-Rum dalam al-Quran sendiri mengisyaratkan mengenai kalah dan menangnya kerajaan Bizantium saat melawan Sassanid-Persia.
Bizantium sendiri beribu kota di Konstantinopel, di wilayah Turki sekarang, dan sebagian besar wilayah kekuasaannya mencakup Turki dan Syam. Memang Romawi yang kita kenal adalah Romawi di negara Italia sekarang. Namun seiring berlalunya waktu, sebutan Romawi menembus batas-batas negara Italia sebagai identitas.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment