Kisah Hikmah: Husain Cucu Rasulullah SAW Kehausan Jelang Sakaratul Maut
Seorang laki-laki dari Bani Aban ibn Darim, dikenal dengan julukan Zur'ah, menyaksikan sendiri bagaimana Husain ibn Ali (cucu Rasulullah SAW ) dibunuh. Sebelum Husain meninggal, si pembunuh memanah langit-langit mulut Husain sehingga darah pun memuncrat.
Saat itu, Husain yang kehausan meminta si pembunuh agar memberikannya air. Husain mencoba meraih air Sungai Efrat, namun dihalang-halangi. Sebelum mereka kemudian benar-benar membunuhnya, mereka tetap enggan memberinya air minum. Bahkan, mereka membiarkan Husain menggelepar kehausan.
Husain kemudian berdoa kepada Allah SWT, “Ya Allah, siapa saja yang menghalangiku mendapatkan air, maka rasakanlah rasa haus kepadanya. Ya Allah, rasakanlah haus kepadanya!”
Sungguh di kemudian hari Allah mengabulkan doa salah seorang pemimpin para pemuda di surga itu. Tatkala sang pembunuh Husain yang tidak memberikan minum kepadanya itu menghadapi sakaratul maut, Allah menimpakan kepadanya rasa haus tiada henti.
Anehnya, rasa haus itu tidak bisa hilang sekalipun dirinya sudah meminum banyak air. Dia terus menjerit-jerit karena perutnya panas bukan main akibat haus. Sambil menjerit-jerit, ia juga memegangi punggungnya akibat rasa dingin yang bukan kepalang.
Orang-orang yang berada di sampingnya segera mengipasi dan meletakkan es di depannya guna memadamkan rasa panas dan haus. Sementara tungku api ditaruh di belakangnya untuk menghangatkan badannya! Namun dirinya terus saja meracau, “Beri aku air minum! Aku bisa mati karena kehausan!”
Orang-orang lalu membawakan kepadanya sebuah bejana besar berisi adonan gandum, air, dan susu yang cukup diminum untuk lima orang. Ia pun meminumnya. Namun, tak berapa lama ia berteriak lagi, “Beri aku air minum! Aku bisa mati karena rasa haus ini!”
Orang-orang di sekitarnya pun terus memberinya air. Hingga kemudian, perutnya pecah persis seperti pecahnya perut keledai akibat terlalu banyak minum.
Kisah ini disampaikan Yusuf Burhanudin dalam bukunya berjudul "Saat Tuhan Menyapa Hatimu". Dalam mengomentari kisah ini, dia mengingatkan agar kita tidak membiasakan diri melecehkan, menghina, dan menyakiti para waliyullah, kekasih Allah, para ulama, dan orang-orang saleh. Sebab, Allah akan murka dan membalas langsung jika para kekasih-Nya disakiti.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment