Kisah Sufi Al-Mutanabbi tentang Tiga Kebenaran
Idries Shah dalam bukunya berjudul "Tales of The Dervishes" memperkenalkan legenda lisan para darwis yang secara tradisional disusun oleh Al-Mutanabbi. Kisah-kisah ini, wasiatnya, menurut para penutur cerita, tidak boleh dituliskan selama seribu tahun.
Al-Mutanabbi adalah salah seorang penyair Arab terbesar. Wafat seribu tahun yang lalu. Menurut Idries Shah, salah satu keistimewaan kisah ini adalah selalu direvisi dan waktu ke waktu, dikarenakan pengisahan kembali terus-menerus harus sesuai dengan 'perubahan zaman'.
"Para Sufi dikenal sebagai Pencari Kebenaran. Kebenaran ini berupa pengetahuan akan kenyataan objektif," tulis Idries Shah memulai ceritanya.
Suatu kali, seorang tiran yang bebal dan tamak hendak memiliki sendiri kebenaran ini. Namanya Rudarigh (Roderick, Roderigo), seorang raja besar di Murcia, Spanyol. Ia menetapkan bahwa kebenaran bisa ia peroleh dengan memaksa Umar al-Alawi dan Tarragona untuk mengatakannya.
Umar ditangkap dan dibawa ke istana. Kata Rudarigh, "Aku sudah menitahkan agar kebenaran yang kau ketahui harus kau sampaikan padaku dalam kata-kata yang bisa kumengerti, kalau tidak nyawamu akan kucabut."
Jawab Umar, "Apakah Tuan mengindahkan kebiasaan dalam istana terhormat ini, di mana bila seorang tahanan mengatakan kebenaran untuk menjawab suatu pertanyaan dan kebenaran itu memang benar adanya, maka tahanan itu akan dibebaskan?"
"Tentu saja," balas raja.
"Biarlah Semua yang hadir di sini menjadi saksinya," kata Umar, "dan kini saya akan mengungkapkan bukan satu melainkan tiga kebenaran."
"Kami semua harus yakin," kata Rudarigh, "bahwa apa yang kau katakan sebagai kebenaran memang benar adanya. Bukti-bukti harus menguatkan perkataanmu."
"Bagi raja seperti Tuan," sahut Umar, "yang padanya tak cukup hanya diungkapkan satu kebenaran melainkan tiga, kami juga bisa memberi kebenaran yang terbukti dengan sendirinya."
Rudarigh sangat senang mendengar pujian itu.
"Kebenaran pertama," kata Sang Sufi, "adalah -sayalah yang bernama Umar Sang Sufi dari Tarragona. Kedua adalah, Raja akan membebaskan saya jika saya mengatakan kebenaran. Ketiga, Raja ingin mengetahui kebenaran yang bisa Raja pahami."
Kesan yang ditimbulkan oleh kata-kata tersebut membuat penguasa tiran itu pun terpaksa melepaskan Sang Darwis.
Kisah ini juga telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia antara lain oleh Ahmad Bahar dalam bukunya berjudul Harta Karun dari Timur Tengah - Kisah Bijak Para Sufi. Juga oleh Sapardi Djoko Damono dalam buku Kisah-Kisah Sufi, Kumpulan Kisah Nasehat Para Guru Sufi Selama Seribu Tahun yang Lampau.
(mhy)Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment