Nabi Muhammad SAW Terima Wahyu, Atap Istana Persia Runtuh dan Bendungan Jebol

Nabi Muhammad SAW Terima Wahyu, Atap Istana Persia Runtuh dan Bendungan Jebol
Raja Kisra atau Khosrow II (Khusraw Parvez). King of the Sasanian Empire, 570-628 by Adriano Laruccia (sumber: art-girona.com)
Pada saat Muhammad diangkat menjadi nabi dan rasul, di Persia terjadi peristiwa tragis. Atap lengkung istana kerajaan runtuh, bendungan di Dijlah al-Awra jebol. Raja Kisra II panik. "Selidiki masalah ini dan lihat apa sebenarnya itu," perintah Kisra kepada 360 'orang pintar' yang ada di kerajaannya.

Al-Tabari dalam Tarikh al-Rusul wa al-Muluk mengatakan pada saat Allah SWT mengangkat Muhammad sebagai rasul, Persia dipimpin oleh Abarwiz atau Kisra II. Kala itu usia Muhammad 40 tahun dan Kisra II sudah memerintah selama 20 tahun.

Pada 610 M itu, Kisra II tengah membangun proyek bendungan di Dijlah al-Awra (Mata Satu Tigris). Ini adalah sebuah muara yang membentang hampir 160 km, dari gabungan Sungai Efrat dan Tigris sebelum mengalir ke Teluk Persia di Abadan. Kini, sungai ini bernama Sungai Shatt al-Arab di Irak.

Proyek ini untuk mengatasi banjir yang berlebihan di Irak bagian bawah. Yakni, memperbaiki atau membangun bendungan dengan dibuatnya pintu air (musannayat) dan saluran pengalihan dari sungai untuk dialihkan ke kanal (buthuq). "Usahanya ini berujung dengan kegagalan," tulis Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury dalam bukunya berjudulSirah Nabawiyah.

Kerahkan Ahli Nujum
Al-Tabari menambahkan kegagalannya ini ternyata berkaitan dengan peristiwa diangkatnya Nabi Muhammad SAW sebagai nabi. Al-Tabari meriwayatkan dari Wahab bin Munabbih:

"Kisra (Abarwiz) membangun bendungan di Dijlah al-Awra dan menghabiskan (uang)nya dalam jumlah yang sangat besar sehingga tidak ada yang tahu seberapa besarnya. Juga, ruang takhta istananya (taq majlisihi) dibangun (dengan kemegahan) yang belum pernah terlihat sebelumnya.

Dia biasa melepaskan mahkota dan duduk di singgasananya ketika dia berada di depan umum. Dia memiliki 360 orang pintar (huzat), mereka adalah orang-orang terpelajar, termasuk peramal, ahli sihir, dan ahli nujum.

Di antara mereka terdapat seorang pria dari Arab yang bernama al-Saib yang biasa membaca pertanda berdasarkan cara terbang burung, sebuah cara dari orang-orang Arab yang jarang salah (kebenarannya). Badhan (gubernur Persia di Yaman) telah mengutusnya ke Kisra dari Yaman.

Manakala Kisra terganggu oleh suatu masalah, dia akan memerintahkan para peramal, penyihir, dan ahli nujum untuk berkumpul dan berkata kepada mereka, “Selidiki masalah ini dan lihat apa sebenarnya itu.”

Kini, ketika Allah mengutus nabi-Nya, Muhammad, Kisra bangun pada suatu pagi dan menemukan bahwa atap lengkung istana kerajaannya (taq mulkihi) telah runtuh di tengah tanpa ada beban apapun di atasnya; juga, bahwa (bendungan di) Dijlah al-Awra telah jebol.

Ketika dia melihat semua itu, dia menjadi sangat sedih dan berkata, “Atap lengkung istana kerajaanku telah runtuh di tengahnya tanpa ada beban apapun yang diletakkan di atasnya, dan (bendungan di) Dijlah al-Awra telah jebol: Shah bishikast,” yang (dalam bahasa Arab) berarti “raja telah digulingkan (secara harfiah, ‘dihancurkan’).”

Kemudian dia memanggil peramal, ahli sihir, dan ahli nujum, dan juga memanggil al-Saib bersama mereka. Dia berkata kepada mereka, “Atap lengkung istanaku telah runtuh di tengah tanpa ada beban apapun yang diletakkan di atasnya, dan Dijlah al-Awra telah jebol: Shah bishikast. Selidiki masalah ini dan lihat apa sebenarnya itu.”

Setelah sebelumnya para peramal, ahli sihir, dan ahli nujum diperintahkan oleh Kisra untuk mencari tahu dan menyelidiki sebab-sebab runtuhnya atap istana dan jebolnya bendungan di Tigris, mereka pergi untuk melakukan tugas mereka.

Tak Ada Gunanya

Selanjutnya, Wahab bin Munabbih menuturkan:

Mereka pergi dari hadapannya dan menyelidiki urusannya, namun seluruh penjuru langit menjadi tertutup bagi mereka dan bumi menjadi gelap. Mereka memanfaatkan sepenuhnya sumber-sumber pengetahuan mereka, tetapi tidak satu pun sihir para penyihir atau kemampuan para peramal itu untuk melihat ke masa depan yang terbukti manjur. Begitu pula pengetahuan para ahli nujum tentang bintang-bintang tidak ada gunanya.

Al-Saib menghabiskan seluruh malam yang gelap dan mendung di sebuah bukit kecil, di mana dia melihat kilatan petir yang muncul dari arah Hijaz, terbang melintasi langit, dan mencapai sejauh Timur. Keesokan paginya, dia melihat apa yang ada di bawah kakinya, dan lihatlah, ada padang rumput hijau.

Dia kemudian membuat pernyataan dalam perannya sebagai peramal, “Jika apa yang aku lihat itu benar, akan muncul dari Hijaz sebuah kekuasaan (sultan) yang akan mencapai Timur dan dari sana bumi akan tumbuh hijau dan subur – jauh melebihi ketimbang kerajaan sebelumnya.”

Ketika para peramal dan ahli nujum membicarakannya bersama secara diam-diam (tentang apa yang telah mereka lihat) dan melihat apa yang telah terjadi pada diri mereka sendiri (ilmu mereka tertutup), dan menyadari bahwa hanya Saib yang benar-benar melihat sesuatu, mereka berkata kepada satu sama lain, “Kalian tahu, demi Tuhan, bahwa itu hanya dari sesuatu yang berasal dari langit yang telah mencegah kalian untuk menggunakan ilmu khusus kalian."

“Itu (terjadi – ilmu kami tertutup) karena seorang nabi telah diutus (oleh Tuhan), atau akan segera diutus, yang akan mengambil kekuatan kerajaan saat ini dan menghancurkannya."

“Tetapi jika kalian memberi tahu kepada Kisra tentang kehancuran kekuasaan kerajaannya yang akan datang, dia pasti akan membunuh kalian."

“Jadi karanglah di antara kalian sendiri beberapa penjelasan yang dapat kalian berikan kepadanya yang akan menangkis (murkanya) kepada kalian untuk beberapa waktu yang lama.”

Lalu mereka menemui Kisra dan memberitahunya. “Kami telah menyelidiki masalah ini dan telah menemukan bahwa perhitungan bintangmu, kepada siapa engkau mempercayakan ramalan untuk membangun atap istana kerajaanmu dan juga untuk pembangunan bendungan di seberang Dijlah al-Awra, didasarkan perhitungan mereka pada bintang-bintang yang tidak menguntungkan."

“Ketika siang dan malam secara berturut-turut mengerjakan konstruksi itu, bintang-bintang yang tidak menguntungkan mengambil posisi mereka yang paling jahat, sehingga segala sesuatu yang didasarkan pada malam dan siang itu hancur."

“Namun, kami dapat membuat perhitungan untuk engkau mengenai kapan engkau harus memulai pekerjaan pembangunan ulang, dan yang ini tidak akan dihancurkan (oleh bintang-bintang jahat).”

Kisra berkata, “Kalau begitu buatlah perhitungannya.”

Mereka melakukan ini untuknya dan (setelah selesai menghitung) mengatakan kepadanya, “Sekarang bangunlah!”

Jadi dia melakukan itu (pembangunan bendungan), dan mengerjakannya di Tigris selama delapan bulan, mengeluarkan uang yang tak terhitung banyaknya.

Ketika akhirnya selesai, Kisra bertanya kepada mereka, “Haruskah aku duduk di atas tembok bendungan?”

Mereka menjawab, “Ya.”

Jadi dia memerintahkan agar karpet dan penutup dan ramuan aromatik untuk ditempatkan di atasnya. Dia memerintahkan para marzban (gubernur) untuk berkumpul di hadapannya, begitu pula para musisi dan pemain (la’abun). Kemudian dia pergi dan duduk di atasnya.

Namun ketika dia duduk di sana, Tigris menghancurkan konstruksi itu dari bawahnya, dan dia terselamatkan (dari situ) menjelang napas terakhirnya.

Bendungan baru di Tigris itu jebol kembali tepat ketika Kisra sedang berada di atasnya. Beruntung, dia masih bisa diselamatkan.
Wahab bin Munabbih seperti yang dituturkan oleh al-Tabari meriwayatkan:

Ketika mereka berhasil mengeluarkannya, dia mengumpulkan para peramal, ahli sihir, dan ahli nujum, mengeksekusi hampir seratus dari mereka dan berkata, “Aku membuat kalian menjadi gemuk (baca: mensejahterakan) dan membiarkan kalian lebih dekat kepadaku ketimbang orang lain, dan aku memberi kalian tunjangan hidup, dan kemudian kalian malah main-main denganku!”

Mereka menjawab, “Wahai Raja, kami salah, sama seperti orang-orang sebelum kami yang salah, tetapi kami dapat membuat perhitungan (baru) untukmu, dan engkau dapat yakin akan hal itu, dan engkau dapat memulai pengerjaan pembangunan ulang (bendungan) pada hari-hari yang paling menguntungkan!”

Kisra berkata, “Hati-hati dengan apa yang kalian katakan!”

Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami akan (berhati-hati)!”

Kisra lebih lanjut berkata, “Kalau begitu buatlah perhitungannya.”

Mereka melakukan ini untuknya dan (setelah selesai membuat perhitungan baru) mengatakan kepadanya, “Sekarang bangunlah!”

Dia menghabiskan sejumlah uang yang tak terhitung jumlahnya, selama delapan bulan sejak saat itu.

Kemudian mereka memberi tahu dia, “Kami telah menyelesaikannya,” dan dia berkata, “Haruskah aku pergi dan duduk di atasnya (tembok bendungan)?”

Mereka menjawab, “Ya.”

Dia tetap enggan untuk duduk di atasnya, maka dia mengendarai salah satu kudanya dan mulai berjalan melewati bendungan. Tetapi ketika dia berjalan di sepanjang (tembok bendungan) itu, Tigris menghancurkan konstruksi itu, dan dia dapat terselamatkan hanya pada saat-saat napas terakhirnya.

Dia mengumpulkan mereka lagi, dan berkata, “Demi Tuhan, aku akan menyerahkan kalian (untuk dieksekusi) hingga orang terakhir dari kalian, dan aku akan merobek sendi bahu kalian dan akan melemparkan kalian ke bawah kaki gajah, kecuali jika kalian menceritakan dengan tepat kebenaran tentang masalah ini, yang mana telah kalian karang-karang cerita semacam itu untukku.”

Mereka menjawab, “Kami tidak akan berbohong kepadamu lagi, wahai Raja. Engkau memerintahkan kami, ketika (bendungan di) Tigris jebol dan atap lengkung istana kerajaanmu runtuh tanpa beban apa pun yang diletakkan di atasnya, untuk menggunakan ilmu istimewa kami dan mencari tahu alasan di baliknya.

“Kami melakukan itu, tetapi bumi menjadi gelap dan semua penjuru langit menjadi tertutup bagi kami. Ilmu istimewa kami tidak ada gunanya (secara harfiah, “kembali ke tangan kami”), sehingga tidak ada sihir para penyihir atau kemampuan para peramal untuk melihat ke masa depan atau pengetahuan para ahli nujum tentang bintang yang terbukti manjur.

“Kami menyadari bahwa masalah ini berasal dari langit dan bahwa seorang nabi telah diutus, atau akan diutus, dan karena itu, ada sesuatu yang telah menghalangi kami untuk menggunakan ilmu istimewa kami."

“Kami takut jika kami memberitahu tentang (akan) hancurnya kekuasaan kerajaanmu, engkau akan membunuh kami. Seperti juga orang lain, kami tidak ingin mati, jadi kami memberikan jawaban yang dikarang-karang untuk melindungi diri kami sendiri, seperti yang engkau lihat.”

Kisra berkata, “Celakalah kalian! Mengapa kalian tidak memberitahuku penjelasan tentang masalah ini sehingga aku dapat menggunakan penilaianku sendiri tentang apa yang harus aku lakukan!”

Mereka menjawab, “Rasa takut kami kepadamu menghalangi kami melakukan itu.”

Kisra, dengan demikian, membiarkan mereka pergi dan dirinya menyerah (tidak melanjutkan) berkenaan dengan (pembangunan bendungan di) Tigris ketika (kejadian jebolnya bendungan) yang terakhir ini mengalahkannya.

(mhy)Miftah H. Yusufpati

No comments: