Nebukadnezar: Pembunuh dan Perusak Masjid Al-Aqsa, 7 Tahun Merasa sebagai Sapi
Nebukadnezar (630-562 SM), adalah penguasa Kekaisaran Babilonia Baru dalam Dinasti Kasdim yang berkuasa 605 SM-562 SM atau selama 43 tahun. Ia tercatat sebagai pembantai puluhan ribu orang dan juga perusak masjid al-Aqsa .
Di sisi lain, selama 7 tahun Nebukadnezar menderita gangguan mental. Nebukadnezar merasa dirinya adalah sapi, sehingga berjalan merangkak dan gemar merumput di padang rumput.
Ibnu Khaldun dalam bukunya yang berjudul "al-Muqaddimah" menuturkan, masjid al-Aqsa dihancurkan oleh Nebukadnezar, setelah 800 tahun berdiri.
Nebukadnezar membakar Taurat, tongkat milik Nabi Musa, melelehkan efigi-efigi, dan memporak-porandakan batuan-batuannya. "Kemudian para penguasa Persia mengizinkan Bani Israil kembali ke Yerusalem," tulis Ibnu Khaldun.
Selain di Yerusalem , ia juga melakukan penyerangan ke Damaskus. Ibnu Katsir dalam bukunya berjudul "Qashash Al-Anbiya" mengutip Abu Ubaid Al-Qasim bin Sallam meriwayatkan, dari Abdullah bin Saleh, dari Al-Laits, dari Yahya bin Said, dari Said bin Musayib, ia berkata, ketika Nebukadnezar datang ke Damaskus, ia menemukan darah Yahya bin Zakaria yang mendidih, lalu ia bertanya tentang darah tersebut.
Setelah diberitahukan, lalu ia membunuh masyarakat sekitar untuk meredam didihan darah Yahya, dan setelah 70.000 orang yang dibunuh barulah darah itu berhenti mendidih.
Itu adalah kisah keperkasaan Nebukadnezar. Di sisi lain ia juga tercatat pernah menderita penyakit mental yang aneh selama 7 tahun.
Dia meyakini bahwa dirinya adalah sapi dan berjalan dengan kedua tangan dan kedua kakinya, lalu memakan rumput di padang rumput. Bicaranya pun dengan teriakan. Penyakit ini bernama Panthropia, yaitu kelainan psikologis yang sangat langka.
Orang dengan penyakit ini mengira bahwa mereka adalah sapi atau lembu jantan dan mulai bertindak atas dasar ini. Penderita panthropia kehilangan rasa sebagai manusia, mulai berjalan merangkak, memakan rumput padang rumput, kehilangan kemampuan untuk berbicara dan menggantinya dengan berteriak dan melenguh.
Menjadi Lebih Kecil
Kembali ke Masjid al-Aqsa. Dalam al-Qur’an dinarasikan bahwa Bani Israel pernah diserang besar-besaran oleh dua bangsa. Mereka diserang sebagai akibat dari kecongkakan dan kerusakan yang mereka lakukan di muka bumi. Penyerangan ini menghancurkan secara total bangsa Israel, termasuk bangunan megah yang pernah didirikan oleh nabi Sulaiman. Bangunan besar dan megah ini dihancurkan oleh bangsa Persia.
Ibnu Khaldun melanjutkan penuturannya mengenai sejarah Masjid al-Aqsha ini:
“Uzair (Ezra) seorang Nabi dari Bani Israil saat itu membangun kembali Masjid Aqsha dengan bantuan penguasa Persia bernama Bahman (Artaxerxes) yang dalam kekuasaannya berhutang budi kepada Bani Israil yang sebelumnya digiring sebagai tawanan (di Babilonia) oleh Nebukadnezar."
"Bahman menetapkan batasan-batasan pembangunan kembali Masjid Aqsha dan membuatnya menjadi bangunan yang lebih kecil daripada yang ada di masa Nabi Sulaiman. Bani Israil tidak mau melanggar ketentuan seperti itu…”
Setelah Nabi Uzair wafat, banyak bangsa yang menaklukan Bani Israil secara bergantian. Bani Israil pernah dijajah oleh Yunani, Persia dan Romawi.
Pada tahun 70 Masehi, bangunan megah ini diluluhlantakan kembali oleh Titus dari Romawi. Al-Qur’an menyebut penyerangan Titus terhadap Bani Israil ini sebagai wa’dul akhirah. Hal demikian dilakukan sebagai balasan atas kecongkakan mereka di muka bumi sehingga Tuhan murka terhadap mereka dan karena itu Tuhan mengutus Titus untuk menghancurkan Bani Israel.
Bangunan Bait al-Maqdis dan Masjid al-Aqsha ini diratakan seperti tanah. Kendati demikian, masih ada sisa-sisa bangunannya, terutama Karang Suci, tempat persinggahan Nabi dalam melanjutkan perjalanan Mi'rajnya menuju Sidratul Muntaha.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment