Sabar dan Syukur: Kisah Perempuan Rupawan Bersuamikan Lelaki Pendek
Imam Al-Ghazali mengatakan sabar dan syukur termasuk puncak kesempurnaan dari keimanan seseorang. Kedua komponen ini harus senantiasa ada dikarenakan hidup tak ubahnya koleksi penderitaan dan juga kebahagiaan. Keduanya menjadi semacam tameng, agar saat ditimpa kesenangan seseorang tidak lupa diri (syukr), sebaliknya, ketika ditimpa kesusahan tidak mudah berputus asa (shabr).
Kisah berikut adalah contoh tentang sikap sabar dan syukur yang ditunjukkan sepasang suami istri.
Imran ibn Hathan bisa dikategorikan sebagai seorang lelaki yang berperawakan kurang baik. Selain gemuk, postur tubuhnya pendek. Meski perawakannya seperti itu, ia ternyata berhasil mempersunting seorang gadis yang sangat cantik dan menawan.
Setiap waktu bergulir, Imran tidak bosan-bosan memandang dan memuji kecantikan istrinya itu. Hingga pada suatu saat istrinya bertanya, “Apa yang terjadi padamu?”
Ia menjawab, “Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan kecantikan dalam dirimu.”
Si istri menyahut, “Aku berikan kabar gembira kepadamu bahwa kelak kamu dan aku bakal dijamin masuk surga!"
“Imran pun kaget seraya balik bertanya, “Dari mana engkau mengetahui hal itu?”
Istrinya menjawab, “Dikarenakan engkau diberi anugerah melalui kelebihanku dan engkau senantiasa bersyukur kepada Nya, sementara aku pun diuji dengan kekuranganmu dan aku bersabar dalam menghadapinya. Bukankah orang yang bersyukur dan bersabar itu dijamin masuk surga?”
Mengomentari kisah ini, Yusuf Burhanudin dalam bukunya berjudul "Saat Tuhan Menyapa Hatimu" mengatakan hidup manusia tidak bisa terlepas dari segala kelebihan dan kekurangan. Bagi seorang Muslim, kelebihan maupun kekurangan tidak sepatutnya membuat dirinya takabbur atau rendah diri.
Di saat memiliki anugerah kelebihan harta misalnya, ia akan bersyukur seraya menyisakan kelebihannya untuk membantu orang-orang yang masih hidup jauh berkekurangan.
"Begitu pula dengan seseorang yang diuji dengan kekurangan. Ia tidak sepatutnya berputus asa, tetapi terus berusaha dan bersabar dalam menutupi kekurangan yang ada. Kekurangan tidak menjebak dirinya untuk berbuat menghalalkan segala cara," ujarnya.
Demikian hubungan interaktif antara keharusan syukur dan sabar sejatinya melekat pada setiap manusia sebagai insan sosial yang saling membutuhkan satu sama lain (take and give).
Inilah rahasia syukur dan sabar dalam kehidupan manusia. Kehidupan sosial niscaya berlangsung dengan rukun dan penuh keharmonisan apabila satu sama lain mampu untuk saling menghargai. Bersabar terhadap kelebihan orang lain, dan bersabar terhadap kejelekan orang lain.
(mhy)Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment