Surat Yasin Ayat 41-42: Isyarat Perkembangan Transportasi Masa Depan
Surat Yasin ayat 41-42 menyampaikan bukti-bukti kekuasaan Allah di samudra. Pada ayat sebelumnya, berbicara mengenai bukti kekuasaan Allah di langit dan bumi. "Selain itu juga berbicara tentang adanya aneka alat transportasi masa depan," demikian telaah Ibnu ‘Asyur dalam tafsirnya, “al-Tahrîr wa al-Tanwîr”.
Allah SWT berfirman:
وَاٰيَةٌ لَّهُمْ اَنَّا حَمَلْنَا ذُرِّيَّتَهُمْ فِى الْفُلْكِ الْمَشْحُوْنِۙ
وَخَلَقْنَا لَهُمْ مِّنْ مِّثْلِهٖ مَا يَرْكَبُوْنَ
“Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam kapal yang penuh muatan dan Kami ciptakan (juga) untuk mereka (angkutan lain) seperti apa yang mereka kendarai.” (QS Yasin : 41-42)
Ibnu ‘Asyur mengatakan bukti kekuasaan Allah SWT yang dimaksud, adalah kejadian tentang terapungnya sebuah kapal di atas air. Air yang sedianya didatangkan sebagai azab (menenggelamkan) bagi kaum pembangkang, namun pada sebagian lain justru sebaliknya.
Al-Suyuti dalam Jalalain secara tegas menyatakan bahwa kapal tersebut adalah kapal Nabi Nuh AS . Kala itu, seluruh manusia dan hewan binasa kecuali yang terangkut oleh kapal Nabi Nuh AS.
Menurut Ibnu Katsir, kapal tersebut berisi Nabi Nuh AS dan pengikutnya, serta sepasang hewan-hewan. Selain itu juga terdapat harta benda untuk bertahan hidup di atas kapal selama banjir bandang.
Wahbah Zuhaili dalam "Tafsir Al-Munir" ayat 41-42 surat Yasin ini dengan dengan ayat 31 dalam surah Luqman :
اَلَمْ تَرَ اَنَّ الْفُلْكَ تَجْرِيْ فِى الْبَحْرِ بِنِعْمَتِ اللّٰهِ لِيُرِيَكُمْ مِّنْ اٰيٰتِهٖۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُوْرٍ
“Tidakkah engkau memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, agar diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran)-Nya bagi setiap orang yang sangat sabar dan banyak bersyukur.”
Sejatinya, menurut Laman Tafsir Al-Quran, pengemukaan kisah terselamatkannya manusia ini merupakan bentuk peringatan Allah SWT bagi orang-orang musyrik Makkah pada waktu itu. Allah menyangsikan sikap pembangkangan mereka terhadap risalah Nabi Muhammad SAW , padahal dahulu kala leluhur mereka pernah dianugerahi keselamatan dari bencana banjir bandang.
Quraish Shihab dalam Al-Misbah mengatakan bahwa andai leluhur mereka pada waktu tragedi banjir bandang itu tidak diselamatkan, mustahil mereka (musyrik Mekkah) ada. Anak dan cucu yang sangat mereka cintai juga tidak akan pernah ada. Namun karena kasih sayang Allah SWT akhirnya leluhur mereka terselamatkan dalam kapal Nabi Nuh AS.
Ahmad bin Muhammad al-Shawi dalam Hasyiah al-Shawi ‘ala Tafsir al-Jalalain memberikan tambahan informasi mengenai kapal Nabi Nuh AS. Kapal ini memiliki tiga tingkat. Pada tingkatan pertama ditempati oleh hewan-hewan buas dan hewan-hewan yang berbisa. Pada tingkatan ke dua ditempati oleh hewan-hewan ternak. Sedangkan pada tingkat ketiga ditempati oleh manusia dan burung-burung.
Itulah sedikit gambaran bagaimana kapal Nabi Nuh AS dapat bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Berkat adanya kapal Nabi Nuh yang merupakan perintah dari Allah SWT akhirnya makhluk-makhluk Allah bisa terselamatkan hingga saat ini.
Selain itu berkaitan dengan kapal Nabi Nuh AS tersebut, Allah menjadikan hal-hal serupa sebagai transportasi agar bisa dimanfaatkan oleh manusia. Sebagaimana dituturkan dalam ayat 42 surat Yasin.
Dua Poros
Dalam memaknai ayat 42 tersebut ath-Thabari dalam "Jami' al-Bayan fi Ta'wil al-Qur'an" membagi pendapat ulama pada dua poros. Poros pertama adalah kalangan yang mengatakan bahwa yang dimaksud adalah transportasi darat, yaitu berupa unta atau hewan ternak lainnya. Pendapat ini diwakili oleh Ikrimah, Mujahid, ‘Abdulah bin Syaddad, dan al-Hasan.
Sedangkan poros yang kedua berpendapat bahwa yang dimaksud adalah transportasi laut, sebagaimana dikisahkan oleh ayat sebelumnya. Pendapat ini diwakili oleh Ibnu ‘Abbas, Abi Malik, Abi Salih, al-Dhahhak, Qatadah, dan Ibnu Zaid. Pendapat terakhir ini diamini oleh Wahbah Zuhaili.
Wahbah, mengutip dari al-Razi, mengemukakan bahwa mayoritas mufasir mengatakan bahwa dhamir (kata ganti tunggal) pada kata mistlihi (مِّثْلِهٖ) merujuk pada kata al-Fulk (الْفُلْكِ) yang terletak pada ayat 41.
Namun Quraish Shihab mempunyai analisis menarik mengenai hal ini. Menurutnya, ayat 42 ini mengisyaratkan adanya transportasi di masa depan yang dapat digunakan oleh manusia. Alasan Quraish berdasarkan Surah an-Nahl ayat 8:
وَّالْخَيْلَ وَالْبِغَالَ وَالْحَمِيْرَ لِتَرْكَبُوْهَا وَزِيْنَةًۗ وَيَخْلُقُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
“dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal, dan keledai, untuk kamu tunggangi dan (menjadi) perhiasan. Allah menciptakan apa yang tidak kamu ketahui.” ( QS an-Nahl : 8)
Maksudnya adalah setelah Allah menegaskan tentang penyebutan beberapa binatang yang bisa digunakan sebagai alat transportasi, lalu ditutup dengan kalimat wa yakhluqu ma la ta’lamun (وَيَخْلُقُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ). Hal ini menurut Quraish mengindikasikan adanya transportasi-transportasi baru di masa depan.
Berawal dari kapal Nabi Nuh AS yang dijadikan sebagai penyelamat dari bencana banjir bandang. Lalu dijadikan prototipe sebagai transportasi dalam mengarungi samudra dan dari situ terdapat transportasi-transportasi lain tidak hanya di laut, namun juga di darat seperti unta dan hewan-hewan lainnya. Pada perkembangan selanjutnya muncul berbagai alat transportasi seperti yang kita rasakan sekarang.
Quraish Shihab menutup ayat 42 ini dengan kesimpulan bahwa apa yang dinyatakan (oleh al-Qur’an) ini telah terbukti masa kini dan masih akan terbukti lagi di masa-masa mendatang. Maka dari itu sudah sepatutnya kita selalu mengambil pelajaran dari pesan-pesan yang terkandung dalam al-Qur’an.
(mhy)Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment