Arab Pra-Islam: Misionaris Nasrani dan Sepak Terjang Abrahah
Jauh sebelum Islam datang di jazirah Arab, sebagian orang-orang di wilayah ini sudah memeluk agama, antara lain agama Nasrani . Agama ini bersemi di kalangan mereka melalui tangan para misionaris yang bekerja dan melebur diri di tengah masyarakat Badui.
Dr Abdul Aziz MA dalam bukunya berjudul "Chiefdom Madinah: Kerucut Kekuasaan pada Zaman Awal Islam" menyebutkan bahwa Mathran Bashri, seorang misionaris dari Damaskus, menjadi penasihat bagi sekitar 20 uskup yang tersebar di antara orang Arab Hauran dan Ghassan.
"Untuk maksud misi itu, mereka mendirikan banyak biara, termasuk biara persinggahan para saudagar untuk melepas lelah sambil minum mabidz (sejenis wine) yang dibuat sendiri oleh para pendeta," katanya.
Kegiatan seperti ini didukung Kekaisaran Romawi yang berupaya menanamkan pengaruh politiknya di wilayah hunian Arab.
Selain dipeluk oleh penguasa Kerajaan Ghassan (Ghasasinah) di wilayah Syria, agama Nasrani juga dipeluk oleh penduduk Hirah dan kabilah Taqhlib, Iyad dan Bakar di wilayah Irak. Sebagian penduduk Taima, Daumat al-Jandal, Aylah dan Yamamah juga memeluk agama ini.
Menjelang kedatangan Islam, orang Nasrani yang ada di Yatsrib, Mekkah, dan Thaif sangatlah sedikit. Tetapi di selatan, kaum Nasrani mendapat pijakan kuat di kota Najran, Ma'rib, San'a, Aden, dan sebagian Himyar. Hal ini menyediakan legitimasi bagi kehadiran Uskup Yaman sebagai peserta Konsili Nicea pada 325 M.
Habasyah dan Romawi
Syeikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury dalam "Sirah Nabawiyah" menjelaskan Agama Nasrani masuk ke jazirah Arab melalui pendudukan orang-orang Habasyah dan Romawi. Pendudukan orang-orang Habasyah pertama kali terjadi di Yaman pada tahun 340 M dan berlangsung hingga tahun 378 M. Pada masa itu, gerakan Kristenisasi mulai merambah permukiman di Yaman.
Tak berapa jauh dari masa ini, seorang yang dikenal sebagai orang zuhud, doanya mustajab dan dianggap mempunyai kekeramatan. Orang ini dikenal dengan sebutan Fimiyun; dia datang ke Najran. Dia mengajak penduduk Najran untuk memeluk agama Nasrani. Mereka melihat tanda-tanda kejujuran pada dirinya dan kebenaran agamanya. Karena itu mereka menerima dakwahnya dan bersedia memeluk agama Nasrani.
Tatkala orang-orang Habasyah menduduki Yaman untuk kedua kalinya pada tahun 525 M penanut Nasrani makin banyak. Maklum saja, rakyat Yaman amat berterima kasih atas bantuan Romawi pasca peristiwa Ashabul Ukhdud, yaitu pembantaian yang dilakukan Dzu Nuwas.
Kala itu, Abrahah memimpin Yaman. Dia menyebarkan agama Nasrani dengan gencar dan target sasaran mencapai puncaknya ketika dia membangun sebuah gereja di Yaman, yang diberi nama "Ka'bah Yaman". Dia menginginkan agar haji yang dilakukan oleh Bangsa Arab dialihkan ke gereja ini.
Kudeta Abrahah
Sekadar mengingatkan, pada saat peristiwa Ashabul Ukhdud yang memaksa kaum nasrani untuk berpindah agama menjadi Yahudi, mereka yang lolos meminta bantuan Romawi.
Muhammad Husain Haekal dalam "Sejarah Hidup Muhammad" menjelaskan oleh karena letak Kerajaan Romawi jauh dari Yaman, Kaisar itu menulis surat kepada Najasyi (Negus) supaya mengadakan pembalasan terhadap raja Yaman.
Pada waktu itu [abad ke-6] Abisinia yang dipimpin oleh Najasyi sedang berada dalam puncak kemegahannya. Perdagangan yang luas melalui laut disertai oleh armada yang kuat dapat menancapkan pengaruhnya sampai sejauh-jauhnya.
Pada waktu itu ia menjadi sekutu Imperium Romawi Timur dan yang memegang panji Kristen di Laut Merah, sedang Kerajaan Romawi Timur sendiri menguasainya di bagian Laut Tengah.
Setelah surat Kaisar sampai ke tangan Najasyi, ia mengirimkan bersama orang Yaman itu - yang membawa surat – sepasukan tentara di bawah pimpinan Aryat (Harith) dan Abrahah al-Asyram salah seorang prajuritnya.
Aryat menyerbu Kerajaan Yaman atas nama penguasa Abisinia. Ia memerintah Yaman ini sampai ia dibunuh oleh Abrahah yang kemudian menggantikan kedudukannya. Abrahah inilah yang memimpin pasukan gajah, dan dia yang kemudian menyerbu Makkah guna menghancurkan Kakbah tetapi gagal.
Procopius, sejarawan utama pada abad ke-6, mencatat Abrahah juga dikenal sebagai Abrahah al-Asyram, dulunya adalah seorang budak dari pedagang Romawi di pantai Adulis, Eritrea (wilayah Abisinia). Dalam tradisi Islam, nama Abrahah dikenal sebagai raja dari Arab Selatan yang gagal merebut Ka'bah di Makkah pada sekitar tahun 570 Masehi.
Sementara ath-Thabari (838- 923), sejarawan dan pemikir muslim dari Persia, menyebut Abrahah memiliki hubungan yang dekat dengan keluarga Kerajaan Aksum. Namun demikian, baik Procopius maupun al-Tabari bersepakat bahwa Abrahah merupakan salah satu jendral perang yang dikirim oleh Negus Kaleb untuk menyerang kerajaan Himyar yang dipimpin raja Dzu Nawas, seorang pengikut Yahudi.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment