Ekspresi Cinta dan Kebahagiaan Diukir di Prasasti Arab Kuno
Profesor sejarah kuno di Universitas King Saud di Riyadh Salma Hawsawi menyebutkan, ukiran tersebut memberikan bukti kepercayaan agama awal dan pertunjukan ritual, serta perincian profesi, kerajinan, dan mata uang. Hingga menyoroti juga tentang profesionalisme dan keterampilan para pengukir.
“Menulis adalah penemuan manusia. Ini adalah sarana bertukar ide dan pengetahuan, serta mendiskusikannya di dalam masyarakat, terlepas dari kelas, kepercayaan, dan sekte,” kata Hawsawi, dilansir dari Arab News, Senin (3/1/2022).
Hasnawi menambahkan informasi sejarah yang didapat dari prasasti tersebut dapat mencerminkan perasaan cinta, takut, rindu, sedih, dan bahagia yang dirasakan masyarakat saat itu. “Itulah mengapa prasasti dipandang sebagai saksi nyata dari apa yang dialami oleh penduduknya, yang menyoroti kedalaman budaya kawasan itu," katanya.
Hawsawi mengatakan menulis dan mengukir sudah dianggap sebagai profesi. “Menulis secara umum menggambarkan tingkat peradaban dan pendidikan yang telah dicapai masyarakat Arab, dan juga menunjukkan peran menulis dalam kemajuan umat manusia," ujarnya.
Dia mengatakan, menulis berkembang melalui dua tahap, yakni tahap pra-abjad, yaitu menulis kiasan, atau menggambarkan hal-hal material di lingkungan manusia untuk menunjukkan aspek moral melalui gambar batu. Kemudian, setelah itu, simbolis dengan bunyi suku kata.
Menurut Hawsawi, aksara paku menyebar ke seluruh Mesopotamia dari sekitar 3.200 sebelum masehi dan digunakan sampai tahun 100 masehi. Aksara hieroglif digunakan di Mesir pada 4.000 sebelum masehi, sedangkan aksara Ugarit digunakan di Suriah Utara.
Aksara Sinaitik berasal dari 1.400 sebelum masehi dan ditemukan oleh sekelompok orang Kanaan yang bekerja di tambang pirus dan tembaga di gurun Sinai. Sementara itu, aksara Fenisia, yang berasal dari 1.000 SM, dan aksara Punisia menyebar ke seluruh Afrika Utara sejak 300 SM sampai AD 300.
“Keberadaan tulisan dalam segala jenis peradaban adalah bukti pentingnya mereka dalam kodifikasi, komunikasi dan hubungan antarmasyarakat,” kata Hawsawi.
Di seberang Jazirah Arab, prasasti tertulis memberikan petunjuk kepada komunitas Arab yang tinggal di berbagai daerah. Beberapa prasasti memiliki aspek religi, berfokus pada nama dewa dan ritual keagamaan, sementara yang lain lebih sosial, membahas status pribadi, pernikahan, perceraian, dan nama orang. Ukiran juga memberikan perincian nama dan lokasi suku, serta profesi dan kerajinan, perdagangan, mata uang, dan ekspor dan impor.
“Pada tingkat politik, prasasti termasuk nama raja dan penguasa, perang dan kebangkitan dan kejatuhan negara,” katanya.
“Prasasti-prasasti ini merupakan sumber penting pengetahuan sejarah dan budaya daerah. Penyebaran prasasti ini dan jumlahnya yang besar memberi kita gambaran tentang tingkat pengetahuan dan budaya yang dicapai oleh masyarakat dan perhatian yang mereka berikan pada penulisan dan dokumentasi," tambahnya.
Hawsawi mengatakan bahwa prasasti dapat ditemukan di bebatuan secara teratur atau acak, tergantung pada keterampilan penulis, serta pada fasad candi, rumah, dan bahkan nisan. Beberapa menggambarkan masyarakat melalui peristiwa terkenal atau kata-kata mutiara para penguasanya.
Di Arabia Selatan, aksara Arab Selatan Kuno digunakan dari sekitar 800 sebelum masehi hingga 600 M. Prasasti tersebar luas, dan dapat ditemukan pada batu, kayu, dan tulang di Arabia timur, Al-Faw, Najran dan sejauh utara hingga AlUla.
"Aksara Zabur juga muncul di Selatan dan berasal dari sekitar 500 sebelum masehi. Ada yang mengatakan bahwa aksara Arab Selatan dan aksara kuno Zabur muncul pada waktu yang hampir bersamaan,” kata Hawsawi.
Di Utara Jazirah Arab, aksara Thamudic digunakan sejak 800 sebelum masehi. dan terdiri dari 29 karakter. Prasasti telah ditemukan pada fasad batu di sepanjang rute perdagangan dari ujung selatan dunia Arab ke ujung utara.
Aksara Safaitik mirip dengan aksara Thamud dan berasal dari abad pertama sebelum masehi. Berasal dari abad kesembilan, aksara Aram berisi 22 huruf, diambil dari tulisan Fenisia, dan tersebar luas di dunia kuno, terutama di Mesopotamia, Iran, India, Mesir, dan Semenanjung Arab.
Hawsawi menunjukkan bahwa aksara Dadanite dan Lihyanite berasal dari abad keenam atau kelima sebelum masehi. Selain itu, berisi 28 huruf, beberapa di antaranya menyerupai aksara Thamudik dan Arab Selatan kuno.
Itu ditulis dari kanan ke kiri dan kata-katanya dipisahkan oleh garis vertikal. Aksara Palmyrene dan Syriac yang berasal dari bahasa Aram berasal dari abad pertama sebelum masehi.
Aksara Nabati berasal dari bahasa Aram, namun beberapa hurufnya telah berubah dari segi bentuk dan penambahan titik, memberi jalan pada aksara Arab yang kita tulis hari ini. Dia mengatakan bahwa tulisan di masyarakat Jazirah Arab berbeda dari budaya lain karena tulisannya yang khas dan berbagai topik.
“Kehidupan dan peristiwa terkait direkam, tidak seperti peradaban lain yang berfokus pada kodifikasi peristiwa politik,” katanya.Rol
No comments:
Post a Comment