Fatwa Kontroversial Abu Nawas yang Bikin Baginda Murka
Khalifah Harun Al-Rasyid terkejut bukan kepalang tatkala mendengar kabar Abu Nawas sudah semakin ngawur. Bagaimana tidak ngawur, tokoh yang mulai banyak pengikutnya ini mengeluarkan fatwa sangat kontroversial. Dia bilang sholat itu tidak perlu ada rukuk dan sujud.
Sudah begitu Abu Nawas juga bilang Baginda menyukai fitnah. "Apa-apaan ini?" ujar Baginda Murka.
Baginda menganggap Abu Nawas sudah berlaku sombong terhadap Allah SWT. Sama persis dengan setan yang menolak sujud kepada Adam. Hukuman yang pantas bagi orang seperti itu tentulah hukum mati.
Kadangkala Baginda menyesali di saat dirinya sudah sangat akrab dengan Abu Nawas, mengapa ia masih saja berlaku sembarangan.
Benar. Belakangan ini Baginda sudah amat akrab dengan Abu Nawas, sampai-sampai Abu Nawas memanggil dirinya bukan "baginda" lagi. Ia memanggil 'saudaraku" atau "ya akhi". Tanpa disadari hubungan yang mesra itu mengundang iri banyak pejabat istana.
Kini kesabaran Khalifah tak terbendung lagi ketika ia juga mendengar Abu Nawas mengatakan khalifah suka fitnah! “Abu Nawas layak dipancung karena melanggar syariat Islam dan menyebar fitnah,” begitu usul para pembantu Baginda yang selama ini memang benci Abu Nawas.
Khalifah pun terpancing. Untung ada seorang pembantunya yang memberi saran, hendaknya Khalifah melakukan tabayun (konfirmasi). "Jangan-jangan itu hanya hoaks, Baginda," ujar sang pembantu mengingatkan.
Baginda pun memanggil Abu Nawas. "Hai Abu Nawas, benar kamu berfatwa dalam salat tidak perlu rukuk dan sujud?" tanya Khalifah dengan ketus.
"Benar, Saudaraku," jawab Abu Nawas enteng dan tenang.
Wajah Baginda memerah dan kembali bertanya dengan nada suara yang lebih tinggi, "Benar kamu berkata kepada masyarakat bahwa aku, Harun Al-Rasyid, adalah seorang khalifah yang suka fitnah?"
”Benar, Saudaraku,” jawab Abu Nawas tanpa merasa bersalah.
Khalifah berteriak dengan suara menggelegar, "Kamu memang pantas dihukum mati, karena melanggar syariat Islam dan menebarkan fitnah tentang khalifah!"
"Saudaraku,” ucap Abu Nawas sembari tersenyum. “Memang hamba tidak menolak bahwa hamba telah mengeluarkan dua pendapat tadi, tapi sepertinya kabar yang sampai pada Baginda tidak lengkap. Kata-kata hamba dipelintir, dijagal, seolah-olah hamba berkata salah."
"Apa maksudmu? Jangan membela diri, kau telah mengaku dan mengatakan kabar itu benar adanya," ucap Khalifah ketus.
Singkat cerita Abu Nawas pun diseret dari hadapan Khalifah. Tapi sebelum itu terjadi, Abu Nawas beranjak dari duduknya dan menjelaskan dengan tenang, "Saudaraku, saya memang berkata rukuk dan sujud tidak perlu dalam sholat, tapi dalam sholat apa? Waktu itu saya menjelaskan tata cara salat jenazah yang memang tidak perlu rukuk dan sujud."
Khalifah mengangguk-angguk membenarkan. "Bagaimana soal aku yang suka fitnah?" tanya Khalifah.
Abu Nawas menjawab dengan senyum, "Kalau itu, saya sedang menjelaskan tafsir ayat 28 surat Al-Anfal, yang berbunyi ketahuilah bahwa kekayaan dan anak-anakmu hanyalah ujian bagimu. Sebagai seorang khalifah dan seorang ayah, anda sangat menyukai kekayaan dan anak-anak, berarti anda suka ’fitnah’ (ujian) itu."
Mendengar penjelasan Abu Nawas yang sekaligus kritikan, Khalifah Harun Al-Rasyid tertunduk malu, menyesal dan sadar. Rupanya, kedekatan Abu Nawas dengan Harun Al-Rasyid menyulut iri dan dengki di antara pembantu-pembantunya. Pembantu-pembantu khalifah yang hasud ingin memisahkan hubungan akrab tersebut dengan memutarbalikkan berita.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment