Kekayaan Nabi Muhammad SAW Saat Menjadi Pedagang di Mekkah
Kekayaan Nabi Muhammad SAW saat menjadi pedagang di Mekkah tidaklah kecil. Neraca dagang Rasulullah adalah berupa 1.216,343 gram emas atas usaha, 1.251,601 gram emas atas pembiayaan (investasi dan sedekah), serta 15 bidang tanah dengan masing-masing harga jual sebesar 25,5 kg emas yang diwakafkan.
Dalam buku "Harta Nabi" karya Abdul Fattah As-Samman dijelaskan Rasulullah bukan kaya karena harta warisan. Bukan pula kaya karena menjadi raja.
Menggambarkan betapa Nabi Muhammad lumayan tajir, Abdul Fattah menyebut mahar Rasulullah SAW kepada Sayyidah Khadijah bukan hanya sembarang mahar. Mahar Nabi saat menikahi Sayyidah Khadijah berupa 20 unta bakrah. Unta-unta yang diberikan Nabi Muhammad SAW merupakan jenis unta yang terbaik dan berkualitas.
Jika unta dengan kualitas terbaik itu diasumsikan seharga Rp50 juta per ekor, maka mahar Rasulullah SAW kepada Khadijah kala itu mencapai Rp1 miliar jika dikonversikan ke dalam mata uang Indonesia. "Tentu saja, jumlah ini bukanlah hal yang mudah. Itu artinya, sebelum menikahi Khadijah, Rasulullah SAW merupakan pribadi yang siap dengan pernikahan," katanya.
Sedari kecil, Rasulullah pun sudah terbiasa mencari harta dengan cara berdagang. Beliau dijuluki sebagai seorang yang terpercaya (Al-Amin). Siapapun dagangannya yang dibawa oleh Rasulullah SAW selalu mendapatkan keuntungan secara adil dan jujur.
Tak ada yang Rasulullah sembunyikan, dan tak ada yang tak diberitahukan secara transparan.
Afzalur Rahman dalam "Ensiklopedi Muhammad" Sebagai Pedagang juga memaparkan, Muhammad tumbuh dewasa di bawah asuhan Abu Thalib dan terus belajar mengenai bisnis perdagangan dari pamannya ini.
Dalam menggeluti profesinya sebagai pedagang, Nabi tak sekadar mencari nafkah yang halal guna memenuhi biaya hidup, tetapi juga untuk membangun reputasinya agar orang-orang kaya berdatangan dan mempercayakan dana mereka kepadanya.
Berbekal pengalamannya dalam berdagang dan reputasinya yang terkenal sebagai pedagang yang terpercaya dan jujur, beliau memperoleh banyak kesempatan berdagang dengan modal orang lain.
Perdagangan Lintas Negara
Rasulullah SAW acap digambarkan sebagai pedagang yang ulung, sejak remaja. Beliau sudah berdagang sejak usia 9 tahun. Perdagangan lintas negara. Beliau berdagang ke negeri Syam. Kini negeri Syam menjadi empat negara: Lebanon , Palestina , Suriah , Yordania. Nenek moyang Nabi, suku Quraisy adalah pedagang yang ulung.
Dalam sebuah majelis, Ustaz Abdul Somad atau UAS ditanya bagaimana sejatinya kehidupan Nabi Muhammad SAW. Beliau kaya apa miskin? UAS lalu menggambarkan betapa besar mahar mas kawin Nabi Muhammad kepada Siti Khadijah binti Khuwailid, yakni 20 ekor unta, ditambah sederet uqiyah emas. Total mas kawinnya jika ditotal mencapai Rp1 miliar.
“Nah kira-kira kalau ada anak lajang 25 tahun menikah, maharnya Rp1 miliar, kaya atau miskin?” kata UAS.
Pengasuh Pesantren Luhur Baitul Hikmah, Malang, Gus Ach Dhofir Zuhry, bahkan menghitung mahar Nabi kepada Siti Khadijah kalau diuangkan sekarang Rp1,3 miliar.
Selanjutnya, ketika menikahi Siti Aisyah RA sebagai mas kawin, Rasulullah SAW memberikan mahar berupa uang 500 dirham atau jika dikonversikan dalam emas setara 200 gram emas terbaik saat ini. Jika merujuk pada hasil konversi dalam emas, maka mahar Rasulullah SAW yang diberikan kepada Aisyah juga senilai Rp1,3 miliar. Itu jika menggunakan hitungan emas 24 karat per gram yang dihargai setara Rp6,5 juta.
Mengetahui Rasulullah SAW membawa mahar yang sangat banyak, Aisyah berkata, "Mahar Rasulullah kepada para istrinya ialah 12 Uqiyah dan satu nash".
Lalu, Aisyah melanjutkan, "Tahukah Anda apakah nash itu?" Abdur Rahman menjawab, "Tidak, ya, Aisyah." Istri Rasulullah itu berkata, "Setengah Uqiyah". Jadi, semuanya 500 dirham. Itulah mahar Rasulullah untuk para istrinya. (HR Muslim).
Di sisi lain, ada juga yang menjelaskan cukup detail mahar yang dibawa Rasulullah untuk istri-istri lain selain Aisyah. Saat menikah dengan Hindun (Ummu Habibah RA) diriwayatkan kalau Rasulullah SAW memberi mahar 4000 dirham. Dan saat menikahi Shafiyah RA, Rasulullah memberi mahar berupa pembebasan dirinya dari perbudakan. Meski tak berbentuk harta, namun nilainya ditaksir miliaran rupiah.
Gus Dhofir menandaskan bahwa Nabi tidaklah miskin. "Siapa bilang?" katanya. "Nabi itu setiap kurban menyembelih 100 ekor unta," jelasnya. "Jika per ekor Rp55 juta, maka tinggal dikalikan saja. Miliaran," lanjutnya.
Ustaz Adi Hidayat juga menyebut hal yang sama. Nabi Muhammad selalu berkurban rata-rata 100 ekor unta.
Pernah Hidup Miskin
UAS menceritakan, Nabi Muhammad pernah merasakan hidup miskin saat perjuangan Islam, dan awal masuk ke Madinah. Di saat itulah Rasulullah mengikatkan perutnya dengan batu menahan lapar.
“Tapi tahun kedua hijriah, waktu Perang Badar, naik lagi kekayaannya. Ketika itu Nabi Muhammad dapat rampasan perang sebanyak 50 ribu keping uang emas Dinar,” ujarnya.
Mau tahu nilainya? Satu kepingnya 4,25 gram atau setara Rp2 juta, jika dikali 50 ribu keping, sama dengan Rp100 miliar. Jatah Nabi seperlima atau 20%. Maknanya, Nabi dapat jatah Rp20 miliar. "Nah, kalau ada orang punya duit Rp20 miliar, kaya atau miskin?” ujar UAS.
(mhy) Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment