Khusnudzan yang Indah dari Thalhah
Talhah adalah orang Quraisy yang paling dermawan di masanya, suatu hari istrinya mengungkapkan unek-uneknya pada Thalhah tentang suadara-saudaranya yang datang padanya ketika Thalhah dalam keadaan banyak harta, “Aku tidak pernah melihat orang yang lebih buruk dari saudara-saudaramu wahai suamiku”.
Thalhah sedikit heran dan menjawab: “Mengapa?”
“Saya melihat dan memperhatikan mereka, jika kakanda dalam kondisi berada dan banyak harta, mereka akan bersikap baik dan selalu berada dekat Kanda, dan sebaliknya, bila Kanda dalam kondisi tidak punya harta, mereka akan meninggalkan Kanda.”
Thalhah berkata sambil tersenyum: “Demi Allah, ini adalah salah satu kebaikan dan kemuliaan mereka, Mereka datang kepada kita ketika kita mampu menghormati mereka, dan meninggalkan kita ketika kita tidak mampu melakukannya”. (Manqul Mintarikhina Al-Adhim).
Ungkapan yang sungguh indah. Sikap husnuzhan akan terungkap dari orang yang punya hati lapang dan berfikiran positif.
Sikap positif akan keluar dari orang-orang positif dan berfikiran maju. Belum tentu bentuk luar itu sama persis dengan yang berada di dalam atau sebaliknya. Lebih baik husnuzhan salah, dari pada su’uzhan benar.
Seorang istri yang tidak kuat melihat kesabaran suaminya mungkin akan bertanya dengan pertanyaan yang sama, seperti kisah di atas. Atau mungkin sebaliknya, langsung menuduh suaminya yang tidak-tidak.
Tetapi, seorang suami yang baik akan selalu meredam kegelisahan istrinya, ia memberikan sentuhan hikmah di balik sebuah peristiwa. Bahwa berprasangka itu tidak baik, walau toh benar-benar tidak baik, akan diberikan cerita yang baik. Apalagi berburuk sangka bukan kepentingan umat atau umum, bila untuk umum akan lain kagi ceritanya.
Berkhusnuzhan akan membuat hati damai dan tenang. Amalan ini meminimalisir terjadinya banyak fitnah dan sangka-sangka yang tidak baik lainnya,apalagi hal itu adalah zhan (sangkaan), bukan sebuah kenyataan.
Kenyataan pun dalam agama, juga tidak boleh disebarkan luaskan (yang menyangkut pribadi khususnya), maka akan masuk dalam dosa ghibah. Apalagi hal tersebut tidak benar, maka masuk dalam dosa fitnah.
Apa salahnya Thalhah yang menganggap saudara adalah karim (mulia), walau istrinya menganggap mereka jahat (Asyaddu lu’man)?. Dan Thalhah telah mengajarkan kebaikan kepada istrinya dan kepada orang-orang setelahnya dengan kisah di atas.
قالت: أراهم إذا اغتنيت لزِموك،وإذا افتقرت تركوك
قال طلحة: هذا والله من كرم أخلاقهم
يأتوننا في حال قدرتنا على إكرامهم،ويتركوننا في حال العجز عن ذلك./Dr. Halimi Zuhdy
No comments:
Post a Comment