Kisah Menyembah Patung Berhala dalam Sejarah Manusia
Berhala atau patung adalah hal yang umum disembah bagi kebanyakan orang sebelum masa-masa Islam datang. Sehingga timbullah stigma dalam Islam.
Nabi Muhammad SAW adalah manusia yang ditugaskan oleh Allah SWT untuk menyebarluaskan ajaran Islam. Namun, kehadiraannya pada masa-masa patung menjadi sesembahan bukanlah hal yang baik, sebab beliau seakan menghancurkan apa yang sudah mereka sembah selama ini. Padahal, patung yang mereka sembah adalah sumber dosa.
Makanya, pada masa Fathu Makkah, benda yang pertama kali dihancurkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah berhala atau patung agar tidak lagi dijadikan sesembahan.
Tak hanya Nabi Muhammad SAW, akhirnya para nabi dan rasul lainnya ikut serta memerangi perbuatan syirik dan mengajak manusia untuk menyembah Allah SWT. Lalu, dalam sejarah Islam, tepatnya masa Nabi Nuh AS, berhala pertama yang disembah manusia bernama Wadd, sebagaimana yang dilansir dari berbagai sumber.
Sebenarnya, Wadd adalah seorang manusia saleh yang hidup penuh dicintai oleh para orang disekitarnya. Namun, suatu ketika ia meninggal. Sehingga kesedihan pun menyelimuti rakyatnya.
Di tengah kesedihan itulah, setan memanfaatkan kesempatan dengan mengubah wujud sebagai manusia dan membuatkan sebuah patung Wadd agar orang-orang dapat mengingatnya. Sayangnya, orang-orang pada masa itu sangat antusias melihat adanya patung Wadd. Sampai akhirnya, setan yang menjelma sebagai manusia tersebut membuatkan banyak patung untuk disimpan di rumah orang-orang tersebut.
Dalam riwayat Ibnu Abbas menjelaskan, “Setelah kematian orang-orang shaleh itu, Setan mengilhami umat mereka untuk mendirikan patung-patung di tempat-tempat di mana mereka biasa berkumpul. Mereka melakukannya, tetapi patung-patung ini tidak disembah sampai generasi mendatang menyimpang dari jalan hidup yang benar. Kemudian mereka menyembahnya sebagai berhala mereka.”
Dilansir dari NU Online, Dalam hadis riwayat Imam Al-Bukhari dijelaskan bahwa berhala menjadi sesembahan pertama kali adalah pada masa Nabi Nuh AS. Pada masa itu, kaum Nabi Nuh telah memiliki berhala. Bahkan berhala tersebut telah tersebar di kalangan orang Arab yang dipusatkan di setiap kaum.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا صَارَتْ الْأَوْثَانُ الَّتِي كَانَتْ فِي قَوْمِ نُوحٍ فِي الْعَرَبِ بَعْدُ أَمَّا وَدٌّ كَانَتْ لِكَلْبٍ بِدَوْمَةِ الْجَنْدَلِ وَأَمَّا سُوَاعٌ كَانَتْ لِهُذَيْلٍ وَأَمَّا يَغُوثُ فَكَانَتْ لِمُرَادٍ ثُمَّ لِبَنِي غُطَيْفٍ بِالْجَوْفِ عِنْدَ سَبَإٍ وَأَمَّا يَعُوقُ فَكَانَتْ لِهَمْدَانَ وَأَمَّا نَسْرٌ فَكَانَتْ لِحِمْيَرَ لِآلِ ذِي الْكَلَاعِ أَسْمَاءُ رِجَالٍ صَالِحِينَ مِنْ قَوْمِ نُوحٍ فَلَمَّا هَلَكُوا أَوْحَى الشَّيْطَانُ إِلَى قَوْمِهِمْ أَنْ انْصِبُوا إِلَى مَجَالِسِهِمْ الَّتِي كَانُوا يَجْلِسُونَ أَنْصَابًا وَسَمُّوهَا بِأَسْمَائِهِمْ فَفَعَلُوا فَلَمْ تُعْبَدْ حَتَّى إِذَا هَلَكَ أُولَئِكَ وَتَنَسَّخَ الْعِلْمُ عُبِدَتْ
Artinya: Dari Ibnu Abbas RA bahwanya, berhala-berhala yang dahulu diagungkan oleh kaum Nabi Nuh, di kemudian hari tersebar di bangsa ‘Arab. Wadd menjadi berhala untuk kamu Kalb di Daumatul Jandal. Suwa’ untuk Bani Hudzail. Yaquts untuk Murad dan Bani Ghuthaif di Jauf tepatnya di Saba`. Adapun Ya’uq adalah untuk Bani Hamdan. Sedangkan Nashr untuk Himyar keluarga Dzul Kala’. Itulah nama-nama orang saleh dari kaum Nabi Nuh. Ketika mereka wafat, setan membisikkan kaum itu untuk mendirikan berhala pada majelis mereka dan menamakannya dengan nama orang-orang saleh itu. Maka mereka pun melakukan hal itu, dan saat itu berhala-berhala itu belum disembah hingga mereka wafat, sesudah itu, setelah ilmu tiada, maka berhala-berhala itu pun disembah,” (Lihat Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Sahihul Bukhari, [Kairo, Dāru Thauqin Najah: 1422 H), juz XII, halaman 261).
Peristiwa seperti menyembah berhala ini dilakukan secara turun temurun sehingga anak hingga cucu-cucu akan menganggap patung adalah hal yang patut disembah sebagai Tuhan.
Wallahualam.
No comments:
Post a Comment