Kutukan Nabi Nuh kepada Dua Orang Putranya Menjadi Kenyataan
Nabi Nuh AS mendoakan yang baik-baik kepada anak sulungnya, Sam, tapi tidak pada dua putranya yang lain: Ham dan Yafits. Sam didoakan keturunannya menjadi nabi dan orang-orang saleh. Sedangkan Ham dan Yafits dikutuk. Ham melahirkan keturunan kaum negro, sedangkan Yafits menurunkan makhluk terjelek.
Sejarawan penting Mesir, Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas (1448-1522) dalam buku berjudul “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman” mengutip Al-Kisa’i mengatakan, setelah Nabi Nuh AS menetap kembali di bumi, dia membagi 3 wilayah untuk anak-anaknya yaitu Sam, Ham, dan Yafits.
Sam menetap di wilayah bagian barat. Keturunannya menempati daerah Romawi, Persia, dan Arab. Selain itu, Sam juga diberi daerah yang meliputi Hijaz, Yaman, Irak, Syam, dan daerah yang lainnya.
Nabi Nuh melihat di wajah Sam ada cahaya kenabian. Sam adalah anak Nuh yang tertua.
Ham ditempatkan di wilayah utara. Keturunannya menempati daerah Zanji dan Habasyah. Sedangkan Yafits ditempatkan di wilayah timur. Keturunannya banyak menempati daerah Turki, Ya’juj dan Ma’juj.
Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas mengutip Ka’ab al-Ahbar mengatakan, setelah Nabi Nuh berusia lanjut dan mendekati ajalnya, dia mengundang anak cucunya. Dia memohon kepada Allah agar mengabulkan doanya. Dia naik ke puncak gunung.
Pertama kali dia memanggil Sam. Si sulung ini pun datang. Ia duduk di hadapan Nabi Nuh. Kemudian Nuh meletakkan kedua tangannya kepada Sam dan berkata, “Ya Allah, berkatilah Sam beserta keturunannya, dan jadikanlah di antara keturunannya kenabian dan kerajaan.”
Belakangan doa Nabi Nuh ini terkabul. Keturunan Sam banyak yang menjadi Nabi dan orang-orang saleh. Sam mempunyai 5 anak. Pertama, Arfakhsyad, yang melahirkan banyak nabi dan orang-orang saleh, dan di antara keturunannya adalah orang-orang Arab, Rabi’ah, dan Mudhar, dan kabilah-kabilah Yaman.
Kedua, Hasyim, yang keturunannya banyak menempati di tanah Yaman yang dikenal dengan Nasanis. Di wajah mereka hanya ada satu mata, satu telinga, dan satu kaki.
Ketiga, Huwail, keturunannya adalah orang-orang ‘Amaliqah dan Imadiyah.
Keempat, Arum, keturunannya adalah kabilah-kabilah ‘Ad dan Tsamud.
Kelima adalah Syamalikha, yang tidak memiliki keturunan karena mandul.
Ats-Tsa’labi mengatakan bahwa Sam berumur 600 tahun. Dia adalah orang yang tidak sabar terhadap kematian. Nuh pernah memohon kepada Allah agar tidak mematikan Sam hingga dia sendiri meminta kematian kepada Tuhannya. Ketika dia telah berusia lanjut dan merasa lemah untuk beraktivitas, dia meminta mati kepada Tuhannya. Setelah meninggal, dia dikuburkan di sebuah kota di Hauran.
Sam Leluhur Kaum Negro
Selanjutnya Nabi Nuh memanggil Ham. Tidak seperti Sam, anak kedua ini tidak menyambut panggilan ayahnya. Akhirnya, Nabi Nuh mengutuk dalam doanya, “Ya Allah, buatlah anak cucunya menjadi terhina dan hitamkanlah paras mereka. Jadikanlah mereka sebagai budak dan pelayan bagi keturunan Sam.”
Menurut sebuah riwayat, Ham mempunyai seorang anak yang bernama Mishrayim. Dia mendengar doa kakeknya itu. Dia pun mendatangi Nabi Nuh, “Wahai kakek, aku penuhi panggilanmu, sebab ayahku tidak memenuhinya.”
Nabi Nuh meletakkan kedua tangannya di badan Mishrayim dan berdoa, “Ya Allah, sebagaimana Engkau telah mengabulkan doaku, maka berkatilah anak ini beserta keturunannya. Tempatkanlah mereka di bumi yang diberkati yang merupakan induk negeri dan tempat hiruk pikuknya para hamba, yang sungainya merupakan sungai terunggul.”
Dan pada masa berikutnya, Mishrayim menetap di Mesir. Tempat yang ditinggalinya diberi nama dengan namanya dan di antara keturunannya adalah suku Qibthi.
Rupanya, ketika Nabi Nuh memanggil Ham, pada malam itu dia bersenggama dengan istrinya. Kemudian istrinya melahirkan dua anak, laki-laki dan perempuan.
Ham melihat kedua anaknya berkulit hitam. Dia mengingkari keduanya sebagai anaknya seraya berkata, “Kedua anak ini bukan keturunanku.”
Istrinya berkata, “Keduanya benar-benar darah dagingmu. Akan tetapi, kita terkena kutukan bapakmu (Nuh).”
Akhirnya, Ham meninggalkan istrinya beserta kedua anaknya; lantas dia kabur karena merasa malu kepada orang-orang. Ketika kedua anak itu menginjak dewasa, mereka pergi untuk mencari jejak bapak mereka, Ham.
Keduanya sampai ke sebuah kampung yang dekat dengan Sungai Nil. Kemudian pemuda hitam tersebut menggauli saudara perempuannya; lalu si perempuan itu mengandung dan melahirkan anaknya, laki-laki dan perempuan yang berkulit hitam.
Pada akhirnya, dua bersaudara itu menikah dan melahirkan keturunan. Keturunan mereka berdua semuanya berkulit hitam hingga sekarang. Al-Kisa’i mengatakan bahwa kampung yang didiami oleh mereka bernama Naubah.
Makhluk Terjelek
Berikutnya Nabi Nuh AS mengundang Yafits. Anak ketiga ini juga tidak menyambut panggilannya. Akhirnya, Nabi Nuh mengutuknya di dalam doanya, “Ya Allah, jadikanlah keturunan Yafits sebagai makhluk yang terjelek.”
Keturunannya adalah Ya’juj dan Ma’juj serta orang-orang Turki. Yafits pergi ke sebuah negeri yang ada di bagian timur. Di sana, dia kawin dan memiliki 5 anak laki-laki, yaitu Jauhar, Batras, Mayasyikh, Sannaf, dan Saqwil.
Keturunan Jauhar adalah orang-orang Shaqalibah dan Romawi. Sedangkan keturunan Batras adalah orang-orang Turki. Keturunan Mayasyikh orang-orang ‘Ajam. Keturunan Sannaf adalah Ya’juj dan Ma’juj. Dan keturunan Saqwil adalah orang-orang Arman (suku yang mendiami negeri Armenia).
Ya'juj dan Ma'juj
Tentang Ya'juj dan Ma'juj , dalam Al-Quran Surah al-Kahfi ayat 94 diyatakan, keduanya adalah kaum yang suka berbuat kerusakan di muka bumi.
Ya'juj dan Ma'juj merupakan dua istilah yang selalu disebut bersamaan. Kedua istilah tersebut dapat ditemukan dalam Al-Quran, hadis, dan juga kitab-kitab suci terdahulu.
Sampai hari ini, suku bangsa yang disebut Ya'juj dan Ma'juj masih menimbulkan perdebatan. Ada yang menyebut mereka sebagai bangsa Tartar, Mongol, Cina, dan sebagainya.
Ada pula yang menganggap Ya'juj dan Ma'juj sebagai nenek moyang bangsa Turki. Namun demikian, identitas mereka sesungguhnya hanya Allah SWT yang tahu.
Ibnu Katsir menerangkan, Ya'juj dan Ma'juj adalah keturunan Adam AS. Silsilah mereka dikatakan berasal dari keturunan Yafits bin Nuh AS. Dalam Al-Quran dikisahkan, Ya'juj dan Ma'juj diisolasi oleh tembok atau benteng logam yang dibangun Zulkarnain.
Meski mereka masih berasal dari jenis manusia, Ya'juj dan Ma'juj mempunyai ciri khas yang membuat mereka tampak berbeda dari manusia pada umumnya.
Dalam satu hadis Nabi SAW disebutkan, Ya'juj dan Ma'juj memiliki muka yang lebar, mata yang kecil (sipit), dan warna putih di rambut atas mereka. Bentuk wajah mereka dikatakan mirip perisai (HR Imam Ahmad).
(mhy)Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment