Penjelasan Mekkah Tidak Dikenal dalam Manuskrip Pra-Islam
Pada era jahiliyah atau pra-Islam, Mekkah tidak begitu dikenal. Bahkan dalam manuskrip Raja Babilonia belum ditemukan nama Mekkah. Manuskrip raja tersebut menyebutkan daftar berbagai tempat yang telah dikuasai pasukannya, tapi tidak ada nama Mekkah.
Dr Jawwad Ali dalam buku berjudul al-Mufashshal fi Tarikh al-Arab Qabla al-Islam atau "Sejarah Arab Sebelum Islam" mengatakan dari sejumlah nama yang disebutkan Raja Babilonia, hanya sampai ke Hijaz. Yatsrib adalah tempat terakhir yang pernah dijangkau kekuasaannya di wilayah Arab Barat.
"Hingga saat ini, kami juga belum menemukan nama Mekkah dalam manuskrip-manuskrip pada masa jahiliah," ujar Jawwad Ali.
Adapun dari sumber-sumber sejarah non-Arab, telah ada yang menyinggungnya di antaranya adalah nama kota Makrabah atau Makroba. Sumber itu adalah buku Geography karya ilmuwan Yunani Ptolemy (Prolemeus). la hidup pada abad ke-2 M.
Para peneliti kemudian menyimpulkan, kota yang dimaksud adalah Mekkah. Jika pendapat ini benar maka Ptolemy adalah penulis yang pertama kali dan paling mula yang menyinggung kota Mekkah.
"Saya tidak menampik kemungkinan ini. Masa yang dianggap jauh terkadang tidaklah demikian bagi peneliti. Mereka bisa menemukan kota yang terpendam di bawah tanah. Mereka juga bisa menemukan nama-nama negeri, desa, kabilah atau kampung-kampung kecil," lanjutnya.
Adapun kata “Makrabah” (Macoroba) adalah kata Arab yang mengalami sedikit reduksi dan perubahan yang disesuaikan dengan pengucapan Yunani. Asalnya adalah muqarrabah dari kata taqrib. "Sebagaimana yang kita ketahui, ada pemerintahan kuno bernama Saba' dengan para pejabatnya dari kalangan paranormal dan tokoh agama. Mereka membuat kebijakan atas nama Tuhan," jelasnya.
Di antara pemimpin mereka ada yang menjuluki dirinya dengan “Mukarrib”, maksudnya muqarrab dalam bahasa Arab. Ia diklaim sebagai orang yang paling dekat dengan Tuhan dan membuat manusia dekat dengan-Nya. Ia adalah orang suci karena berbicara atas nama Tuhan. Atas dasar ini, muncul kata “Makrabah”, karena ia telah dekat (muqarrab) dengan Tuhan dan dapat mendekatkan manusia kepada-Nya.
Kata ini juga semakna dengan muqaddasah (suci) atau haram (mulia). Dengan demikian, kata tersebut sejatinya bukan nama bagi Mekkah, melainkan sifat bagi kota itu. Ini sama halnya kata qudus yang merupakan sifat bagi Baitul Maqdis. Namun, lama kelamaan sifat tersebut menjadi nama yang melekat baginya.
Sebagian peneliti berpendapat, tempat ibadah populer yang pernah disebut oleh Diodorus Siculus di Arab adalah Bizomen,” tempat yang disucikan, mulia dan terkenal di kalangan bangsa Arab. Namun, pendapat ini tidak didasari bukti tertulis dan logis. Tempat ibadah yang dimaksud sesungguhnya sangat jauh dari Mekkah. Ia berada di sebuah tempat bernama Rawafah atau Ghawafah menurut pendapat Musil.
Di daerah tersebut dan daerah-daerah sebelahnya ada banyak tempat ibadah lain sebagaimana yang disinggung para penulis Yunani dan Romawi. Bahkan, jejaknya pun masih ada sebagaimana digambarkan oleh pelancong yang pernah datang ke sana."
Jika benar pendapat bahwa Macoraba adalah Mekkah, maka itu sudah cukup membuktikan bahwasanya ia telah masyhur di kalangan bangsa Arab pada abad ke-2 M.
Benar bahwasanya ia adalah kota yang disucikan dan menjadi tujuan banyak orang dari berbagai penjuru negeri yang jauh, lokal maupun internasional. Karena kesucian dan kedudukannya, nama Mekkah terdengar di seantero jagat hingga ke Yunani.
Di sisi lain, fakta menunjukkan bahwa Mekkah telah ada dan terkenal sebelum masa Ptolemy. Karena, mustahil Ptolemy mendengar secara tiba-tiba dan mengenal kemasyhuran Mekkah hingga terdengar oleh orang di tempat yang jauh, jika tidak ada masa-masa populer yang mendahuluinya.
Sebagaimana yang kita ketahui, dalam naskah bangsa Tsamud ada beberapa nama tokoh yang disebut dengan Makki. Namun demikian, naskah tersebut tidak menjelaskan sebab penamaan tersebut.
Jawwad Ali mengatakan hingga hari ini, kita juga tidak mengetahui secara pasti apakah mereka berasal dari Mekkah atau dari negeri lain. Atau, mungkin ia berasal dari keluarga yang dikenal dengan Makkar. "Karena itu, kami tidak berani menyimpulkan bahwa nama akhir Makki memiliki keterkaitan dengan Mekkah," ujar Jawwad Ali.
Selain itu, para ahli sejarah juga tidak menjelaskan masalah ini. Manuskrip-manuskrip yang menjelaskan sejarah Mekkah pun tidak menjelaskan nama yang disebut oleh Ptolemy ini. Bahkan, dari semua sumber itu tidak ada penjelasan mengenai nama lain yang mirip dengan Makki.
Adapun yang disebutkan adalah Bakkah. Nama ini terdapat dalam al-Quran. Mereka menyimpulkan, nama tersebut adalah nama asli Mekkah.
Sedangkan sebagian ahli sejarah menyebutkan, Bakkah adalah nama suku di Mekkah. Sebagian dari mereka bahkan sangat kukuh dengan pendapatnya. Mereka berpendapat bahwa Bakkah adalah Baitullah, sementara Mekkah berada di belakangnya.
Sedangkan yang lain berpendapat, itu tidak benar yang benar adalah Baitullah itulah Mekkah, sementara di sekitarnya disebut Bakkah. Mereka berargumen dengan makna nama Mekkah dan Bakkah.
Mereka menunjukkan betapa kedua nama tersebut memiliki makna dan tafsir yang sangat banyak sebagaimana tertulis dalam buku-buku bahasa, geografi negeri-negeri, dan sejarah Mekkah.
Ahli sejarah menyebutkan, Mekkah dikenal juga dengan berbagai nama lain, di antaranya Shalah, karena negerinya aman. Nama ini terdapat pada syair Abu Sufyan bin Harb bin Umayyah.' Nama lainnya adalah Umma Rahmin, al-Bassah, an-Nassah, al-Hathimah dan Kutsi.
Sedangkan dalam al-Quran, kota ini disebut dengan Ummul Qura'. Jawwad Ali mengutip Dozy berpendapat, sejarah Mekkah terlacak hingga masa kekuasaan Dawud.
Pada masanya, bangsa Sam'un membangun Kakbah. Mereka adalah Bani Jurhum menurut pendapat sejarawan.
Pendapat ini berbeda dengan pendapat Gibbon. Sebagian orientalis berpandangan, Mekkah belum dikenal kecuali pada abad ke-1 SM. Pendapat ini didasarkan kepada kisah Theodor Noldeke.
Ia menjelaskan bahwa ada tempat ibadah yang menurutnya dikunjungi oleh hampir semua orang Arab. Orang yang berkunjung ke sana pada saat itu datang dari berbagai negeri yang berbeda-beda. Hanya saja, Theodor tidak menyebutkan nama tempat tersebut. Namun, mayoritas orientalis sepakat bahwa dilihat dari ciri-cirinya sangat mendekati ciri-ciri Mekkah.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment