Abu Jahal, Sang Penyulut yang Tewas dalam Perang Badar

 

Abu Jahal, Sang Penyulut yang Tewas dalam Perang Badar
Abu Jahal adalah penyulus perang Badar dan dia akhirnya tewas dalam perang tersebut. (Foto/Ilustrasi: Ist)
Permusuhan Abu Jahal kepada Rasulullah SAW mencapai puncaknya pada saat Perang Badar . Dia menjadi pengobar semangat perang kaum Quraisy . Akhirnya, dia terbunuh dalam perang ini.

Sebelum berangkat ke Badar, terjadi friksi di tubuh pasukan Quraisy. Sebagian pihak melihat urgensi perang itu sudah tidak ada lagi karena ltujuan mereka sebenarnya adalah mengamankan kafilah dagang Abu Sufyan yang saat itu sudah selamat sampai di Mekkah.

Namun, di pihak lain, Abu Jahal dan pemuka Quraisy yang lain berpendapat bahwa momen tersebut sangat tepat untuk memberi pelajaran kepada kaum Muslim.

Mereka tidak tahan lagi karena merasa dianggap remeh oleh kekuatan kaum Muslim yang dulu lemah dan terusir dari mereka. Mereka merasa harga diri mereka telah diinjak-injak oleh Rasulullah Saw. dan para pengikutnya.

Melihat perbedaan tersebut, Abu Jahal menggunakan lidahnya yang tajam untuk menyulut semangat juang dan mengobarkan semangat tempur kaum Quraisy. Bahkan, dia tak segan-segan mengucapkan kata-kata sinis kepada Umayyah ibn Khalaf yang merupakan salah seorang tokoh Quraisy karena berada di pihak yang tidak ingin berangkat perang.

Beberapa waktu sebelum berangkat ke Badar, Abu Jahal bersama 'Uqbah ibn Abi Mu'aith sempat menyambangi Umayyah. Abu Jahal datang membawa celak dan pemalitnya, sedangkan 'Uqbah membawa tempat kemenyan dan api.

Abu Jahal dan Uqbah tak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk memantik semangat berperang Umayyah dan membuatnya berbalik arah.

Setelah menaruh perapian kemenyan itu di hadapan Umayyah, 'Uqbah berujar meledek, “Abu Ali, pakailah perapian ini karena engkau perempuan."

Abu Jahal pun tak mau kalah. Dia juga berkata dengan sinis, “Bercelaklah, Abu 'Ali, karena engkau perempuan." Tersulut dengan ejekan Abu Jahal dan Uqbah, Umayyah pun langsung minta dibelikan unta yang paling baik untuk digunakannya berangkat ke medan perang."

Abu Jahal pasti tidak menyangka bahwa keberangkatannya ke medan Perang Badar merupakan malapetaka besar dalam hidupnya. Pasukan Quraisy menghadapi kekalahan dan dia tewas dalam perang itu.

Sebagai seorang musuh yang terkenal dengan kebenciannya kepada Rasulullah SAW, Abu Jahal menjadi incaran saat Perang Badar. Abdurrahman ibn 'Auf berkata betapa semangatnya para sahabat berjuang untuk memberi pelajaran kepada musuh Allah, terutama Abu Jahal, musuh Islam paling nyata.

Abdurrahman ibn 'Auf mengisahkan, suatu ketika, saat sedang berada di tengah-tengah pasukan Perang Badar, aku melirik ke kanan dan kiri dan melihat dua orang remaja Anshar yang masih sangat belia. Aku berangan-angan, seandainya aku sekuat salah seorang di antara mereka.

Salah seorang dari mereka kemudian memberi isyarat dan bertanya, "Paman, apakah paman kenal dengan Abu Jahal?”

Lalu Abdurrahman ibn 'Auf menjawab, "Ya. Apa urusan kalian berdua dengannya?"

Kemudian, salah seorang di antara mereka berkata, “Aku dengar dia mencaci maki Rasulullah SAW. Demi Zat yang menggenggam jiwa, jika melihatnya, aku tak akan berpisah satu sama lain sampai salah satu dari kami tewas lebih cepat daripada yang lain."

Abdurrahman ibn 'Auf mengaku kaget mendengar kata-kata remaja itu. Temannya pun memberi isyarat dan mengatakan hal yang sama.

Tak berapa lama, Abu Jahal terlihat oleh Abdurrahman ibn 'Auf sedang berputar-putar di tengah kerumunan. Kemudian, ia berkata kepada kedua remaja itu,"'Kalian lihat? Itulah orang yang kalian tanyakan tadi."

Dalam Perang Badar, Abu Jahal baru terjun ke medan perang saat perang telah berkecamuk dan kedua pasukan sudah sama-sama menyerbu. Namun, kedua remaja yang dikisahkan “Abdurrahman tersebut berhasil membunuh Abu Jahal. Usai melaksanakan tugas mulia itu, mereka melapor kepada Rasulullah SAW.

“Siapa dari kalian berdua yang membunuhnya?" tanya Rasulullah SAW.

“Saya,” masing-masing mengaku sebagai pembunuh Abu Jahal. “Apakah kalian sudah menghapus sisa darahnya dari pedang kalian?' tanya Rasulullah SAW.

“Belum,” jawab mereka.

Setelah melihat kedua pedang mereka, Rasulullah SAW bersabda, “Ya, kalian berdualah yang telah membunuhnya."

Dalam riwayat lain, disebutkan bahwa ayah dari Mu'adz ibn 'Amr, 'Amr ibn Jamuh Al-Anshari, berhasil membunuh Abu Jahal." Oleh karena itu, Rasulullah SAW menyerahkan harta rampasan dari Abu Jahal kepada 'Amr ibn Jamuh.

Sebagai akibat dari permusuhannya kepada Rasulullah SAW, Abu Jahal mendapat azab yang setimpal dari Allah SWT. Salah satu bentuk azab tersebut adalah kepalanya dipukuli oleh malaikat hingga dia terperosok ke dalam tanah. Penderitaannya itu dialaminya terus-menerus hingga Hari Kiamat tiba.

Biang Kebodohan
Nama Abu Jahal sejatinya adalah 'Amr ibn Hisyam namun oleh umat Islam ia berjuluk Abu Jahal yang bermakna “biang kebodohan”. Ia merupakan salah satu tokoh Quraisy yang sangat memusuhi Rasulullah SAW. Si kafir ini mengagumi Al-Quran. Seringkali, secara diam-diam ia mencuri dengar Rasulullah SAW membaca Kitab Suci tersebut.

Dalam sirah nabawiyah disebutkan bahwa sebelum masyhur sebagai “Abu Jahal”, sebutannya adalah Abul Hakam. Maknanya, “sosok bijaksana.” Pada masa Islam ia dikenal sebagai sosok yang kejam, bengis, dan bertangan dingin. Sumayyah adalah salah seorang sahabat Rasulullah SAW yang merasakan kekejamannya hingga dia meninggal dunia.

Nasab dan Silsilah 'Amr ibn Hisyam ibn Al-Mughirah adalah nasab yang dimiliki oleh Abu Jahal. Lelaki yang awalnya bergelar Abu Al-Hakam ini merupakan salah satu tokoh kuat di kalangan Quraisy yang berasal dari Bani Makhzum.

(mhy) Miftah H. Yusufpati

No comments: