Al-Jahiz, Ulama dan Ahli Zoologi Islam Pertama

Ilustrasi wajah al-Jahiz Digby Lidstone
Ilustrasi wajah al-Jahiz
DALAM setiap generasi dan di antara setiap bangsa, ada beberapa individu yang berkeinginan untuk mempelajari cara kerja alam; jika mereka tidak ada, bangsa-bangsa itu akan binasa. Demikian tulis Abu ‘Utsman ‘Amr ibn Bakr al-Kinani al-Fuqaimi al-Basri, lebih dikenal sebagai al-Jahiz – yang Bermata Lebar– dalam magnum opusnya, Books of Animals atau Kitab al Hayawan .

Bisa disebut bahwa beliau adalah Zoologi pertama Islam. Al-Jahiz sendiri adalah salah satu dari orang-orang itu dan beruntung hidup selama salah satu zaman paling menarik dalam sejarah intelektual – periode transmisi ilmu pengetahuan Yunani ke Arab dan perkembangan sastra prosa Arab. Al-Jahiz terlibat erat dalam keduanya.

Al-Jahiz atau Abu Utsman Amr Ibn Bakr al-Kinani al-Fuqaimi al-Basri lahir di Basrah tahun 164 H setara dengan 776 (sebagian mengatakan 780 M), sekitar 14 tahun setelah berdirinya Baghdad oleh Khalifah Abbasiyah al-Mansur. Ia dibesarkan di Basra, Iraq, pada awal zaman Islam sebagai kota garnisun, pusat intelektual utama, bersama kota dengan saingannya, Kufah.

Al Jahiz anak seorang penjual roti dan ikan. Ia sering membantu ayahnya berjualan di pasar Basrah. Ia dikenal sebagai remaja yang suka belajar sejak usia dini.

Ia menceritakan kisah tentang bagaimana ibunya menghadiahi dia dengan nampan kertas catatan, dan mengatakan kepadanya bahwa dengan cara ini dia akan mencari nafkah. Ketertarikan dan kegemarannya membaca di malam hari, mendorongnya menyewa koran dan pamflet di toko buku dan membacanya sehingga memungkinkan dia memiliki berbagai pengetahuan yang mengantarnya sebagai seorang ilmuwan disegani.

Di masa mudanya, Al-Jahiz telah mencapai derajat ilmu. Ia tidak hanya menghadiri kuliah, tetapi juga berbaur dengan ulama dan ilmuwan di Midrad, Basrah.

Ia memulai karirnya sebagai penulis—profesi yang genting—saat masih di Basra. Dia menulis sebuah esai tentang lembaga kekhalifahan – yang mendapat persetujuan dari pengadilan di Baghdad – dan sejak saat itu tampaknya telah mendukung dirinya sepenuhnya dengan penanya.

Fakta bahwa dia tidak pernah memegang posisi resmi di pemrintahan, telah memberinya kebebasan intelektual. Pada gilirannya, ia sering menerima hadiah penghargaan atas “pengabdian” ini.

Dia pernah menerima 5.000 dinar emas dari pejabat yang kepadanya dia mendedikasikan Kitab al Hayawan. Ia juga dianggap sebagai penulis kontemporer, sistematis, memiliki pemikiran kognitif, teliti dalam melakukan studi dan pengamatan, membuatnya diakui sebagai orang yang bijaksana dalam memecahkan masalah masyarakat.

Ia dilaporkan telah menghasilkan 350 karya buku di berbagai bidang; seperti biologi, hewan, tumbuhan, serangga, antropologi, ekonomi, perdagangan dan geografi. Karirnya mulai mencapai kejayaan sebagai seorang penulis ketika karya tulisnya yang berjudul Books of Animals (Kitab al-Hayawan atau Buku Hewan) yang berisi tujuh jilid telah berhasil menorehkan namanya di antara penulis-penulis paling terkenal.

Dalam bukunya, ia membagi hewan menjadi tujuh jenis, meliputi; jenis terbang, berenang, dan berjalan. Buku ini juga menyentuh topik tentang pengaruhnya terhadap hewan, bagaimana telur terbentuk di perut anak ayam, bagaimana sarang burung dibuat, habitat tidur hewan, dan sebagainya.

Bukunya juga membahas komunikasi hewan, psikologi dan tingkat kecerdasan spesies serangga. Dia juga memberikan penjelasan rinci tentang organisasi sosial semut, termasuk dari pengamatannya sendiri, deskripsi tentang bagaimana mereka menyimpan biji-bijian di sarang mereka sehingga tidak rusak selama musim hujan.

Dia bahkan tahu bahwa beberapa serangga responsif terhadap cahaya – dan menggunakan informasi ini untuk menyarankan cara cerdas untuk membersihkan ruangan dari nyamuk dan lalat.

Selain itu, ia juga menghasilkan karya populer lainnya yang berjudul Al-Qaul fi al Baghal, yaitu tentang asal-usul keledai, sifat, dan kehidupannya. Karena ilmunya yang tinggi, ia dianggap sebagai salah satu ilmuwan Islam yang tulisan-tulisannya memiliki segudang ilmu dan bermanfaat bagi para peneliti selanjutnya.

Tulisannya juga mencakup aspek pengaruh cuaca, pola makan manusia, tumbuhan, dan hewan yang hidup di lingkungan geografis, serta wilayah yang berbeda. Ia juga membahas tentang komunikasi antara hewan, psikologi, dan tingkat intelektual serangga serta beberapa jenis hewan lainnya.

Sebanyak 87 halaman dari Kitab al Hayawan, sekitar sepertiga dari teks asli yang ditulis oleh Al-Jahiz kini terpelihara dan disimpan di Perpustakaan Ambrosiana Milan, Italia. Koleksi karya-karyanya (Salinan manuskrip asli) yang berasal dari abad ke-14 adalah milik pemilik terakhir Abdul Rahman al-Maghribi pada tahun 1615.

Halaman-halaman dari Kitab Hewan berisi lebih dari 30 ilustrasi.

Ia adalah sosok yang mencintai ilmu pengetahuan. Kematiannya menggambarkan bagaimana hidupnya didedikasikan untuk ilmu.

Pria yang lumpuh itu dilaporkan meninggal di tumpukan buku-bukunya yang begitu tinggi tersusun dan tersimpan di sekelilingnya. Kemuliaan dan ketinggiannya bersama dengan ilmu menjadikannya hasil ilmunya sampai akhir hayatnya.*

Rep: Ahmad
Editor: -

No comments: