Dzikir, Sholat, dan Haji Para Malaikat

Begini Dzikir, Sholat, dan Haji Para Malaikat
Para malaikat senantiasa bertasbih. (Foto/Ilustrasi: Ist)
Malaikat senantiasa berdzikir kepada Allah SWT. Tidak hanya itu, hamba Allah ini juga mendirikan sholat dan berhaji. Lalu bagaimana dzikir, sholat, dan haji para malaikat itu?

Prof Dr Umar Sulaiman al-Asyqar dalam bukunya berjudul "Rahasia Alam Malaikat, Jin, dan Setan" memaparkan bahwa Malaikat adalah para hamba Allah yang mendapat taklif untuk taat kepada-Nya. Mereka melakukan ibadah dan taklif itu dengan mudah dan ringan.

Para malaikat selalu berdzikir kepada Allah taala dan dzikir teragung yang mereka baca adalah tasbih.

Firman-Nya: “(Malaikat-malaikat) yang memikul Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya.” ( QS Al-Mu min : 7)

Demikian pula seluruh malaikat selalu bertasbih seperti firman-Nya: “Dan malaikat-malaikat bertasbih serta memuji Tuhan-nya.” ( QS Asy-Syura : 5)

Tasbih para malaikat itu terus-menerus dan tidak pernah terputus, baik siang maupun malam.

Firman-Nya: “Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” ( QS Al Anbiya' : 20)

Karena begitu banyaknya bacaan tasbih yang mereka lantunkan, para malaikat adalah para pembaca tasbih sejati dan pantas membanggakan diri karenanya.

Dia berfirman, “Dan sesungguhnya kami benar-benar bershaf-shaf (dalam menunaikan perintah Allah). Dan sesungguhnya Kami benar-benar bertasbih (kepada Allah).” ( QS Ash-Shaffat : 165-166)

Para malaikat banyak membaca tasbih karena tasbih adalah dzikir yang paling afdhal. Dalam kitab Shahih-nya, Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Dzar, ia berkata bahwa Rasulullah SAW ditanya: “Dzikir apakah yang paling utama?"

Beliau menjawab, “Dzikir yang dipilihkan Allah untuk para malaikat dan para hamba-Nya: subhanallah wa bihamdihi."

Sholat Malaikat
Rasulullah SAW mendorong para sahabat untuk meneladani para malaikat dalam membuat barisan sholat: “Tidakkah kalian berbaris sebagaimana barisan para malaikat di sisi Tuhannya?”

Ketika beliau ditanya bagaimana cara para malaikat berbaris, beliau bersabda, “Mereka sempurnakan baris pertama kemudian baris selanjutnya dan mereka rapatkan barisan.” (HR Bukhari)

Dalam al-Qur'an, para malaikat mengatakan, “Dan sesungguhnya kami benar-benar bershaf shaf (dalam menunaikan perintah Allah)” (QS Ash-Shaffat: 165)

Mereka berdiri, ruku', dan sujud. Dalam kitab Musykil al-Atsar oleh ath-Thahawi dan al-Baghawi dalam Al-Mu'jam al Kabir dari Hakim bin Hizam, ia mengatakan, “Ketika Rasulullah SAW di tengah-tengah para sahabat, tiba-tiba beliau bertanya: “Apakah kalian mendengar apa yang aku dengar?"

Mereka menjawab: “Kami tidak mendengar apa pun."

Beliau bersabda, “Aku mendengar suara langit. Tidaklah tercela jika langit bersuara. Tidak ada sejengkal pun tempat di langit, kecuali terdapat malaikat yang sujud ataupun berdiri'.”

Tentang hadits di atas, al-Albani mengatakan, “Hadits sahih menurut syarat Muslim.” (Silsilat al-Ahidits ash-Shahihah, hadis No. 852)

Haji Malaikat
Para malaikat memiliki Kakbah di langit ketujuh yang menjadi tempat mereka menunaikan haji. Kakbah inilah yang disebut oleh Allah dengan al-Bait al-Ma'mur (Baitul Makmur) dan Dia gunakan untuk bersumpah dalam surat ath-Thur: “Dan demi Baitul Ma'mur.” (QS Ath-Thar: 4)

Dalam menafsirkan ayat di atas, Ibnu Katsir mengatakan, “Disebutkan dalam Shahih Bukhari Muslim bahwa Rasulullah SAW —dalam kisah Isra' Mi'raj sesudah melewati langit ketujuh — menceritakan: “Selanjutnya, aku dinaikkan ke Baitul Makmur. Ternyata, tempat ini dimasuki oleh 70.000 malaikat setiap hari... dan mereka tidak pernah kembali".

Mereka beribadah di Baitul Makmur dan melaksanakan thawaf di sana sebagaimana penduduk bumi melakukan thawaf mengelilingi Kakbah.

Baitul Makmur adalah Kakbah bagi penduduk langit ketujuh. Karena itu, di sana Rasulullah bertemu dengan Ibrahim as yang menyandarkan punggungnya pada Baitul Makmur karena beliau adalah nabi yang membangun Kakbah di bumi.

Ibnu Katsir menuturkan bahwa letak Baitul Makmur itu lurus di atas Kakbah. Andai jatuh, jatuhnya menimpa Kakbah. Dituturkan pula bahwa di setiap langit terdapat rumah yang digunakan sebagai tempat ibadah bagi penduduk langit tersebut. Mereka sholat dengan menghadap ke rumah tersebut. Inilah yang di langit dunia disebut dengan Baitul 'Izzah.

Riwayat yang dituturkan oleh Ibnu Katsir bahwa Baitul Makmur itu lurus dengan Kakbah ini diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib.

Ibnu Jarir meriwayatkan melalui Khalid bin Ararah bahwa ada seseorang bertanya kepada Ali ra: “Apakah Baitul Makmur itu?”

Ali menjawab, “Sebuah rumah di langit yang disebut dengan adh-Dhurah, letaknya lurus di atas Kakbah. Kesuciaannya di langit adalah seperti kesucian Baitullah di bumi. Setiap hari ada 70.000 malaikat yang menunaikan sholat di sana dan tidak pernah kembali selama-lamanya.”

Dalam kitab Al-Ahddits ash-Shahihah (1/236), mengomentari riwayat di atas, Syaikh Nashiruddin al-Albani mengatakan, “Rijal hadis ini fsigah selain Khalid bin Ararah yang tidak diketahui.”

Selanjutnya, al-Albani menuturkan hadis lain, yang mendukung, yang bernilai mursal dan sahih dari Rasulullah SAW melalui Qatadah, ia berkata, “Kami mendengar bahwa pada suatu hari, Nabi SAW bertanya kepada para sahabat: Apakah kamu tahu apakah Baitul Makmur itu?'

Mereka menjawab: 'Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.'

Beliau bersabda: “Baitul Makmur adalah sebuah masjid di langit. Di bawahnya adalah Kakbah. Andai Baitul Makmur itu runtuh, ia menimpa Kakbah.”

Al-Albani mengatakan, “Kesimpulannya adalah bahwa tambahan kata Jurus dengan Ka'bah' adalah kalimat yang disepakati dalam semua riwayat.”

Baca juga: Sering Tak Disadari, Begini Cara Malaikat Mengawasi Manusia

Hamba Allah
Malaikat diciptakan dengan tabiat taat kepada Allah. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk berbuat maksiat. Seperti firman-Nya: “Dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." ( QS At-Tahrim : 6)

"Jadi, perbuatan meninggalkan maksiat dan melaksanakan taat adalah watak asli mereka. Para malaikat tidak perlu melakukan mujahadah karena mereka tidak memiliki syahwat," ujar Syaikh Umar Sulaiman.

Inilah barangkali yang menyebabkan sekelompok ulama mengatakan bahwa para malaikat itu bukan mukalaf dan tidak termasuk dalam janji dan ancaman Allah taala.

Menurut Syaikh Umar Sulaiman, bisa juga kita katakan bahwa para malaikat itu bukan tergolong mukalaf dengan taklif seperti yang dibebankan kepada manusia. Adapun pendapat yang mengatakan bahwa mereka bukan mukalaf secara mutlak maka ini adalah pendapat yang tidak bisa diterima karena para malaikat itu diperintah untuk beribadah.

Allah SWT berfirman, “Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).” ( QS An-Nahl : 50)

Allah juga berfirman, “Dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.” (QS Al-Anbiya': 28)

Kedudukan Malaikat
Syaikh Umar Sulaiman mengatakan kalimat terbaik untuk menggambarkan para malaikat adalah bahwa mereka itu para hamba Allah, tetapi mereka adalah hamba-hamba yang dimuliakan.

Allah SWT berfirman:

“Dan mereka berkata: “Tuhan yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak," Mahasuci Allah. Sebenarnya, (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan. Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat, melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.

Dan barangsiapa di antara mereka, mengatakan: 'Sesungguhnya, aku adalah Tuhan selain daripada Allah," maka orang itu Kami beri balasan dengan Jahanam. Demikian Kami memberikan pembalasan kepada orang-orang zalim.” ( QS Al-Anbiya' : 26-29)

Malaikat adalah para hamba Allah yang memiliki segala sifat kehambaan, yang selalu mengabdi dan melaksanakan semua ajaran Allah. Allah mengetahui mereka dan mereka tidak bisa melampaui perintah juga tidak bisa menyimpang dari ajaran yang disampaikan kepada mereka.

Para malaikat adalah hamba yang selalu takut dan malu. Jika diandaikan ada sebagian dari mereka yang melanggar, Allah tentu akan mengazabnya sebagai balasan atas pembangkangan tersebut.

Salah satu bentuk kesempurnaan kehambaan malaikat adalah bahwa mereka tidak pernah mengusulkan sesuatu kepada Allah dan tidak pernah menentang satu pun perintah-Nya. Mereka adalah para hamba yang selalu melaksanakan perintah Allah dengan taat.

Allah SWT berfirman, “Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.” (QS Al-Anbiya': 27)

Para malaikat tidak pernah melakukan, kecuali apa yang diperintahkan kepada mereka. Jadi, yang menggerakkan dan menghentikan mereka adalah perintah.

Dalam Shahih Bukhari, dari Ibnu Abbas, diceritakan bahwa Rasulullah SAW bertanya kepada Jibril, “Mengapa engkau tak mengunjungi kami lebih banyak lagi?” Maka turunlah firman Allah:

“Dan tidaklah Kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. Kepunyaan-Nya-lah apa-apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita, dan apa-apa yang ada di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa.” ( QS Maryam : 64)

(mhy)
Miftah H. Yusufpati

No comments: