Hakekat dan Asal Usul Iblis
وَإِذۡ قُلۡنَا لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ ٱسۡجُدُواْ لِأٓدَمَ فَسَجَدُوٓاْ إِلَّآ إِبۡلِيسَ أَبَىٰ وَٱسۡتَكۡبَرَ وَكَانَ مِنَ ٱلۡكَٰفِرِينَ
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS: Al-Baqarah {2} : 34)
Pendapat Pertama: Mengatakan bahwa Iblis berasal dari kalangan Malaikat, namanya ‘Azazil. Dia termasuk malaikat yang rajin beribadah dan diberi wewenang untuk mengatur Malaikat yang ada di langit yang terdekat dengan bumi.
Hanya saja kedudukan dan posisinya yang tinggi dikalangan para malaikat membuat dirinya sombong dan meremehkan Nabi Adam ‘Alaihisssalam serta enggan sujud kepada Nabi Adam, ketika Allah memerintahkan untuk sujud.
Maka Allah murka kepadanya dan melaknat serta menjadikannya Syetan. Sejak itu dia disebut Iblis, yaitu yang putus asa dari rahmat Allah.
Dalil pendapat ini adalah firman Allah Subhanahu wa ta’ala:
وَإِذۡ قُلۡنَا لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ ٱسۡجُدُواْ لِأٓدَمَ فَسَجَدُوٓاْ إِلَّآ إِبۡلِيسَ أَبَىٰ وَٱسۡتَكۡبَرَ وَكَانَ مِنَ ٱلۡكَٰفِرِينَ
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS: Al-Baqarah {2} : 34)
Ayat di atas secara lahir menunjukkan bahwa Iblis termasuk bagian Malaikat dan pengecualian di atas termasuk pengecualian yang bersambung. Contoh pengecualian yang bersambung dalam kehidupan sehari-hari:
“Semua santri pondok berpuasa pada hari Senin kecuali Mustofa.”
Kalimat di atas secara lahir menunjukkan bahwa Mustofa termasuk bagian santri, hanya saja dia tidak berpuasa Senin.
Pendapat Kedua: Mengatakan bahwa Iblis bukan berasal dari kalangan Malaikat, tetapi dari kalangan Jin. Hanya saja dia sering berada dikalangan Malaikat. Jin diciptakan dari api, sedangkan Malaikat diciptakan dari cahaya. Keduanya dari materi yang berbeda.
Mereka berdalil bahwa Malaikat adalah Makhluk Allah yang selalu taat kepada-Nya dan tidak pernah bermaksiat. Sedang Jin bermaksiat kepada Allah, sebagaimana firman-Nya:
لَا يَسۡبِقُونَهُۥ بِٱلۡقَوۡلِ وَهُم بِأَمۡرِهِۦ يَعۡمَلُونَ
“Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah perintah-Nya.” (QS: Al-Anbiya’ {21} : 27)
Juga firman-Nya :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ عَلَيۡهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٞ شِدَادٞ لَّا يَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS: At-Tahrim {66} : 6)
Adapun dalil bahwa Iblis dari kalangan jin adalah firman Allah Subhanahu wa ta’ala :
وَإِذۡ قُلۡنَا لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ ٱسۡجُدُواْ لِأٓدَمَ فَسَجَدُوٓاْ إِلَّآ إِبۡلِيسَ كَانَ مِنَ ٱلۡجِنِّ فَفَسَقَ عَنۡ أَمۡرِ رَبِّهِۦٓۗ أَفَتَتَّخِذُونَهُۥ وَذُرِّيَّتَهُۥٓ أَوۡلِيَآءَ مِن دُونِي وَهُمۡ لَكُمۡ عَدُوُّۢۚ بِئۡسَ لِلظَّٰلِمِينَ بَدَلٗا
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan Jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang dzalim.” (QS: Al-Kahfi {18} : 50).
Dosa Iblis
Dosa Iblis yang menyebabkan dia dikeluarkan dari Surga adalah enggan dan takabur. Enggan adalah tidak mau mengerjakan sesuatu yang diperintahkan kepadanya.
Takabur adalah merasa dirinya besar dan meremehkan orang lain. Dalam hal ini Iblis enggan melaksanakan perintah Allah untuk sujud kepada Adam karena merasa diri besar dan meremehkan Nabi Adam.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :
قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسۡجُدَ إِذۡ أَمَرۡتُكَۖ قَالَ أَنَا۠ خَيۡرٞ مِّنۡهُ خَلَقۡتَنِي مِن نَّارٖ وَخَلَقۡتَهُۥ مِن طِينٖ
“Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Menjawab iblis “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah“.” (QS: Al-A’raf {7} : 12).
Ini dikuatkan dengan firman-Nya:
قَالَ يَٰٓإِبۡلِيسُ مَا لَكَ أَلَّا تَكُونَ مَعَ ٱلسَّٰجِدِينَ قَالَ لَمۡ أَكُن لِّأَسۡجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقۡتَهُۥ مِن صَلۡصَٰلٖ مِّنۡ حَمَإٖ مَّسۡنُونٖ
“Allah berfirman: “Hai Iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?” Berkata Iblis: “Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.“” (QS: Al-Hijr {15} : 32-33).
Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa Iblis merasa sombong dan menganggap dirinya lebih baik dari Adam. Karena dirinya tercipta dari api sedang Adam tercipta dari tanah, sedangkan api menurut pandangan Iblis lebih baik daripada tanah.
- Sebagian ulama telah membantah pandangan Iblis di atas dan menyatakan bahwa tanah lebih baik dari api, di antaranya :
- Tanah sifatnya dingin sedangkan api sifatnya panas,
- Tanah bisa memadamkan api, tetapi api tidak bisa memadamkan (mengalahkan) tanah,
- Tanah sangat bermanfaat, sedang api sangat merusak bahkan menghancurkan,
- Tanah bisa menampung air, sedang api tidak bisa,
- Tanah bisa menumbuhkan pohon-pohon sedang api tidak bisa
- Bangkai manusia dan binatang sebaiknya dikubur dalam tanah, bukan dibakar dengan api,
- Tanah bisa menumbuhkan bakteri yang dibawa oleh anjing ketika lidahnya menjilat air dalam bejana. Maka Rasulullah ﷺ memerintahkan bejana berisi air yang dijilat oleh anjing untuk dicuci tujuh kali, satu kalinya dengan tanah. Dan ini tidak berlaku pada api,
- Mandi dengan air yang dicampur dengan tanah, bisa membersihkan kulit seseorang. Ini tidak berlaku bagi api. Bahkan banyak materi penghalus kulit berasal dari tanah,
- Tanah bisa menyembuhkan luka yang bernanah (koreng) sehingga cepat kering. Ini tidak berlaku bagi api,
- Makanan yang dicampur dengan tanah sedikit, mampu membunuh bakteri yang menyerang perut. Beberapa suku pedalaman di Amerika terbiasa makanan mereka dicampur dengan tanah untuk pengobatan,
Dan banyak lagi khasiat atau manfaat tanah yang disebut oleh para
Ulama dan Ahli
Salah satu manfaat tanah yang disebut oleh Al-Qur’an terdapat dalam firman Allah Subhanahu wa ta’ala :
مِنۡهَا خَلَقۡنَٰكُمۡ وَفِيهَا نُعِيدُكُمۡ وَمِنۡهَا نُخۡرِجُكُمۡ تَارَةً أُخۡرَىٰ
“Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain, Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain.” (QS: Thaha {20} : 55)
Antara Dosa Iblis dan Dosa Nabi Adam
Sudah diterangkan di atas bahwa dosa Iblis adalah sombong dan enggan. Inilah yang menyebabkan dia dikeluarkan dari Surga dan diturunkan dari langit serta dilaknat oleh Allah.
Sedang dosa Nabi Adam adalah memakan buah terlarang, sehingga beliau dan istrinya Siti Hawa dikeluarkan dari Surga. Apa perbedaan dosa Iblis dan dosa Nabi Adam?
Adapun berbedaan keduanya adalah sebagai berikut :
- Dosa Iblis adalah kesombongan, sedang dosa Nabi Adam adalah maksiat. Kesombongan jauh lebih berat dari maksiat biasa.
Di dalam hadits ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu Anhu bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda :
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
“Tidak masuk Surga yang di hatinya terdapat sebiji dzarrah dari kesombongan.” (HR: Muslim, 131).
Hal itu karena seorang hamba yang baik adalah hamba yang merada kecil dan lemah dihadapan Allah. Tidak ada yang dia sombongkan sama sekali di hadapan Allah.
Seandainya dia mempunyai beberapa kelebihan, dia kembalikan kelebihan itu kepada Allah. Dia meyakini bahwa segala pujian hanya milik Allah.
Salah satu hamba Allah yang baik, walaupun dia memiliki kerajaan yang sangat besar dan luas, juga kekayaan yang melimpah adalah Nabi Sulaiman. Beliau berdoa kepada Allah agar diberikan kerajaan yang besar, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :
قَالَ رَبِّ ٱغۡفِرۡ لِي وَهَبۡ لِي مُلۡكٗا لَّا يَنۢبَغِي لِأَحَدٖ مِّنۢ بَعۡدِيٓۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡوَهَّابُ
“Ia berkata: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi”.” (QS: Shad {38} : 35).
Beliau juga ingat Allah ketika berhasil memindahkan singgasana Ratu Bilqis dari Negeri Saba’ di Yaman ke istananya yang berada di Syam dalam sekejap mata.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :
قَالَ ٱلَّذِي عِندَهُۥ عِلۡمٞ مِّنَ ٱلۡكِتَٰبِ أَنَا۠ ءَاتِيكَ بِهِۦ قَبۡلَ أَن يَرۡتَدَّ إِلَيۡكَ طَرۡفُكَۚ فَلَمَّا رَءَاهُ مُسۡتَقِرًّا عِندَهُۥ قَالَ هَٰذَا مِن فَضۡلِ رَبِّي لِيَبۡلُوَنِيٓ ءَأَشۡكُرُ أَمۡ أَكۡفُرُۖ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشۡكُرُ لِنَفۡسِهِۦۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيّٞ كَرِيمٞ
“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia“.” (QS: An-Naml {27] : 40).
- Kesombongan adalah bagian dari syirik kecil, karena seakan dia membuat tandingan Allah dalam kehebatan. Seakan menyandingkan dirinya disisi Allah, sedangkan orang yang bermaksiat seperti yang dilakukan oleh Nabi Adam, hanyalah lengah atau tergelincir karena godaan Syetan.
Tetapi sering tidak ada rasa sombong dalam diri orang yang bermaksiat, oleh karenanya dosa syirik lebih besar dari dosa maksiat biasa.
- Setelah melakukan dosa, Iblis tidak bertaubat kepada Allah sedang Nabi Adam setelah diturunkan Allah dari Syurga langsung bertaubat kepada Allah mengakui kesalahannya. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :
أَلَمۡ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ أُوتُواْ نَصِيبٗا مِّنَ ٱلۡكِتَٰبِ يُدۡعَوۡنَ إِلَىٰ كِتَٰبِ ٱللَّهِ لِيَحۡكُمَ بَيۡنَهُمۡ ثُمَّ يَتَوَلَّىٰ فَرِيقٞ مِّنۡهُمۡ وَهُم مُّعۡرِضُونَ
“Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS: Al-A’raf {7} : 23).
Sebagian ulama berkata, “Jika seseorang tergelincir dengan kesombongan, jangan berharap darinya, tetapi jika dia tergelincir karena maksiat, Anda masih bisa berharap darinya. Wallahu A’lam.*/Dr. Zain An-Najah, Pusat Kajian Fiqih Indonesia (PUSKAFI)
No comments:
Post a Comment