Jawaban Abu Nawas Ketika Shalat Jenazah Bawa Sajadah
Tidak ada ruku’ dan sujud pada shalat jenazah. Hanya berdiri. Sehingga, tidak diperlukan sajadah untuk sholat ini. Lantas bagaimana jika berangkat sholat jenazah membawa sajadah?
Kalau di masa sekarang ketika ada pandemi, mungkin bisa beralasan karena kebiasaan ke masjid selalu membawa sajadah. Sebab di sebagian masjid mengharuskan jamaah membawa sajadah sendiri dari rumah dalam rangka mencegah penularan virus corona.
Pernah teman mau shalat jamaah di sebuah masjid. Ia tidak diizinkan karena tidak membawa sajadah. Akhirnya ia pulang dulu untuk mengambil sajadah. Untung rumahnya dekat.
Teman yang lain punya pengalaman berbeda. Pernah ia saat waktu shalat berada di Surabaya. Langsung mencari masjid terdekat. “Bawa sajadah, Pak?” tanya salah seorang pengurus masjid tersebut.
“Tidak, tadi lupa tidak menyiapkan sebelum pergi,” jawabnya. Memang ia lupa tidak menyediakan sajadah di mobilnya.
“Ini Pak, silakan dipakai. Nanti dibawa pulang saja, tidak usah dikembalikan. Lain kali kalau ke masjid bawa sajadah ya Pak,” kata pengurus masjid sambil memberikan sebuah sajadah kepadanya.
Kembali ke cerita Abu Nawas. Secara reflek ia membawa sajadah ke masjid. Padahal sholat yang akan diikutinya adalah sholat jenazah.
“Kenapa kamu bawa sajadah? Ini kan sholat jenazah,” tanya seorang tetangga. Pertanyaan itu mewakili pertanyaan orang-orang lainnya. Mereka ingin mendengar jawaban Abu Nawas yang biasanya di luar dugaan.
Dan benar, bukan Abu Nawas namanya kalau menjawab “lupa” atau sejenisnya. Sesaat ia memutar otak. Teringat bahwa jenazah yang akan disholati adalah seorang pejabat yang menyusahkan rakyat, ia langsung menemukan jawaban.
“Ehm, jenazah ini banyak dosanya. Karena itu, aku perlu membawa sajadah.”
Anekdot ini bukan untuk suudhan kepada orang lain, apalagi yang sudah meninggal dunia. Namun, ia menunjukkan betapa kadang ada orang yang menjawab dengan jawaban anti mainstream, tetapi mengandung kritik sosial.
Sholat jenazah tentu tidak membutuhkan sajadah karena hanya berdiri dengan empat takbir. Takbir pertama dilakukan dengan niat, lalu membaca Surat Al Fatihah. Kemudian takbir kedua diikuti dengan membaca sholawat. Lalu takbir ketiga diikuti dengan membaca doa untuk jenazah. Setelah itu takbir keempat diikuti membaca doa juga. Terakhir salam.
Meskipun singkat, sholat jenazah memiliki keutamaan yang luar biasa.
مَنْ صَلَّى عَلَى جَنَازَةٍ وَلَمْ يَتْبَعْهَا فَلَهُ قِيرَاطٌ فَإِنْ تَبِعَهَا فَلَهُ قِيرَاطَانِ. قِيلَ وَمَا الْقِيرَاطَانِ قَالَ أَصْغَرُهُمَا مِثْلُ أُحُدٍ
“Barangsiapa menshalatkan jenazah dan tidak mengiringinya (ke pemakaman), ia akan memperoleh pahala sebesar satu qirath. Jika dia juga mengiringinya (hingga pemakamannya), ia akan memperoleh dua qirath.” Ditanyakan, “Apa itu dua qirath?” Beliau menjawab, “Yang terkecil di antaranya semisal Gunung Uhud.” (HR. Muslim)
Penjelasan lengkap mulai dari keutamaan, tata cara, hingga bacaan doanya bisa dibaca di artikel Bacaan Sholat Jenazah. [Muchlisin BK/Kisahikmah]
No comments:
Post a Comment