600.000 Orang Tewas di Tangan Panglima Perang Abbasiyah Abu Muslim Al-Khurasani

600.000 Orang Tewas di Tangan Panglima Perang Abbasiyah Abu Muslim Al-Khurasani
Abu Muslim Al-Khurasani selalu berpesan: Bunuhlah setiap orang yang Anda curigai. Foto/Ilusrasi: Twitter
Syaikh Muhammad Al-Khudari dalam bukunya yang berjudul" Ad-Daulah Al-Abbasiyyah" menyatakan Daulah Abbasiyah didirikan dengan banyak menggunakan cara-cara kekerasan, kesewenang-wenangan, dan jauh dari petunjuk agama (Islam).

Di antara pesan-pesan yang disampaikan kepada Panglima Perang Daulah Abbasiyah, Abu Muslim Al-Khurasani: “Bunuhlah setiap orang yang Anda curigai".

Karenanya tidaklah mengherankan jika Abu Muslim Al-Khurasani yang juga Gubernur Khurasan ini terdorong untuk mencurigai banyak orang Arab maupun non-Arab yang bergabung dengan pasukannya. Setiap kali mencurigai seseorang, maka tidak segan-segan membunuhnya seketika meskipun dengan sedikit alasan.

Menurut Syaikh Muhammad Al-Khudari, kurban pembunuhan yang dilakukan Abu Muslim Al-Khurasani dengan memenjarakannya hingga tewas mencapai lebih dari 600.000 jiwa.

Mereka tidak segan-segan melakukan pengkhianatan terhadap orang-orang yang mempercayai mereka. Sifat dan karakter ini tentunya jauh berbeda dengan karakter bangsa Arab Jahiliyah dan pada permulaan Islam dan penaklukan-penaklukan mereka.

Kesetiaan dalam memenuhi janji dalam pandangan mereka merupakan sesuatu yang harus mereka jaga. Pesan-pesan para pemimpin mereka dalam hal itu sangatlah dikenal dan populer.

Ketika orang-orang penjarah itu masuk di antara mereka, maka mereka mempermudah jalan untuk berkhianat terhadap orang yang mempercayai mereka untuk memberikan jaminan perlindungan hidupnya.

Hal ini sebagaimana diabadikan oleh Muhammad bin Ali bin Thabathaba dalam Bi Al-Fakhri fi Al-Adab As-Sulthniyyah, dimana ia berkata, “Ketahuilah, bahwa pemerintahan Daulah Abbasiyah merupakan pemerintahan yang dibangun di atas penipuan dan pengkhianatan. Bagian tipu daya dan rekayasa jauh lebih besar dibandingkan kekuatan dan ketahanan.”

Gunakan Hadis Palsu
Menurut Syaikh Muhammad Al-Khudari, pemerintahan Daulah Abbasiyah berdiri atas nama agama. Senjata yang digunakan untuk mempengaruhi masa dan pemikiran-pemikirannya adalah mengembalikan pemerintahan dan kekuasaan kepada keluarga Muhammad SAW. Mereka merebut pemerintahan dari Dinasti Marwan, seraya menyebut sifat-sifat keburukan Daulah Umayyah .

Dalam mencela dan mencemooh Daulah Umayyah atau Dinasti Marwan, para juru dakwah Bani Abbasiyah menggunakan hadis-hadis yang mereka sandarkan kepada Rasulullah, padahal tidak dikenal sanadnya.

"Senjata itulah yang mampu menitis pada relung jiwa yang paling dalam sehingga sangat mempengaruhi orang yang terkena olehnya," tulis Syaikh Muhammad Al-Khudari.

Orang-orang itu memilih sebuah daerah yang menjadi medan pertama bagi berkembangnya kaum Syiah dan kecintaan terhadap Ahlul Bait. Daerah yang dimaksud adalah Kufah dan Khurasan.

Pada masa lalu, wilayah ini banyak memberikan dukungan kepada Ali bin Abi Thalib dan mereka bangkit untuk membalas dendam atas gugurnya Al-Husain bin Ali, dan bersungguh-sungguh dalam mendukung Al-Husain dan putranya, Yahya.

Menurut Syaikh Muhammad Al-Khudari, orang-orang itu tidak mendapatkan kesempatan tersebut, kecuali memanfaatkannya. Kemudian mereka memilih daerah Khurasan sebagai basis pertahanan kekuatan mereka. Dalam hal ini, mereka mengemukakan beberapa hadis dan membiasakan jiwa penduduknya dengannya.

Warisan
Syaikh Muhammad Al-Khudari mengatakan orang-orang Persia yang masuk Islam lebih mudah terpengaruh dengan pandangan kaum Syiah karena mereka tidak membedakan antara kekhalifahan dengan kerajaan.

Penguasa atau raja menurut mereka dapat diperoleh melalui warisan secara turun temurun, yang merupakan anugerah yang dilimpahkan Allah SWT kepada keluarga penguasa.

Orang yang menentangnya, dianggap melawannya sehingga berhak mendapatkan kemurkaan dan kutukan. "Apabila dilontarkan kepada mereka dalam sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan mengenai ajaran-ajaran yang menyatakan bahwa Bani Umayyah mencuri dan merampas hak Ahlul Bait, maka mereka akan mudah menerimanya," ujar Syaikh Muhammad Al-Khudari.

Mereka pun meyakini bahwa Bani Umayyah harus diperangi dan merebut hak suci ini dari tangan mereka. Karena itu, di antara pesan-pesan yang dilontarkan dan menjadi pilar dan poin-poin pokok kebijakan dakwah Bani Abbasiyah antara lain, “Jika Anda mampu untuk tidak membiarkan orang-orang Arab di Khurasan tetap hidup, maka lakukanlah.”

Inilah salah satu pesan yang disampaikan tanpa mempertimbangkan dampak-dampaknya dalam waktu lama melainkan hanya mempertimbangkan kepentingan sesaat.

Budak Bangsa Arab
Lebih dari itu, kata Syaikh Muhammad Al-Khudari, bangsa Persia merupakan bangsa yang memiliki sejarah besar dan mengakar sejak lama, dan menguasai sebagian besar bangsa Arab di Irak dan Yaman. Kemudian mereka melihat pemerintahan mereka telah musnah dan menjadi budak bangsa Arab, di mana orang-orang Arab itu mengendalikan jiwa dan harta benda mereka.

Lalu mereka mendapatkan kesempatan ini untuk merebut kembali sebagian dari masa kejayaan dan keagungan sejarahnya. Mereka pun merendahkan orang-orang Arab yang telah menyerang dan mengalahkan mereka.

Orang-orang Persia ini berpandangan bahwa dengan membantu mendirikan pemerintahan yang baru ini, mereka akan menjadi orang-orang yang berpengaruh dan memiliki kedudukan strategis di dalamnya.

Faktor ini lebih berpengaruh pada masyarakat kelas menengah ke atas dibandingkan masyarakat umum. Konflik ini pada dasarnya antara bangsa Arab melawan bangsa Persia, dan bukan antara Bani Umayyah dengan Bani Abbasiyah semata.

Orang-orang mendapat angin segar dalam mensukseskan dakwah ini di antara bangsa Arab di Khurasan karena terjadi konflik dan perseteruan di antara mereka yang ditimbulkan oleh fanatisme Jahiliyah.

Menurut Syaikh Muhammad Al-Khudari, fanatisme-fanatisme yang melanda bangsa Arab ini tidak mungkin dipadamkan, kecuali melalui jalan agama, yang ketika itu pengaruhnya melemah. Hanya saja, para pemimpin itu semakin mempertajam fanatisme tersebut dengan segala konsekuensinya seolah-olah mereka melihat bahwa kekuasaan mereka tidak akan tercapai, kecuali jika bangsa ini bersatu.

Sejarah menegaskan bahwa semua penguasa yang tidak memiliki kompetensi dan kebijakan yang baik, ketika melihat bahwa kepentingan mereka adalah dengan mempertahankan konflik sektarian dan saling memusuhi antarbangsanya lalu mereka menerapkannya, maka pemerintahan mereka akan musnah dengan cepat.

(mhy) Miftah H. Yusufpati

No comments: