Abdurrahman ad-Dakhil: Lolos dari Eksekusi, Membangun Bani Umayyah di Spanyol

Abdurrahman ad-Dakhil: Lolos dari Eksekusi, Membangun Bani Umayyah di Spanyol
Abdurrahman ad-Dakhil adalah peletak dasar pemerintahan Bani Umayyah di Spanyol atau Andalusia. Foto/Ilustrasi: wikipedia
Dia adalah Abdurrahman ad-Dakhil. Peletak dasar bagi berdirinya Dinasti Umayyah di Spanyol ini sempat mengembara selama lima tahun karena diburu tentara Dinasti Abbasiyah . Dia mengembara Palestina, Mesir, Afrika Utara, dan akhirnya berakhir di Spanyol. Berkali-kali ia terkepung oleh tentara dari Bani Abbasiyah namun berhasil lolos.

Setelah Dinasti Umayyah berkuasa selama 90 tahun, akhirnya runtuh oleh sebuah keluarga yang merupakan keturunan dari paman Nabi Muhammad SAW , Abbas bin Abdul-Muththalib. Setelah itu, yakni pada tahun 750, lahirlah yakni Abbasiyah.

Ketika peristiwa penggulingan, Abbasiyah membantai hampir seluruh keluarga Umayyah, dan kemudian membangun ibu kota baru di Baghdad pada tahun 762 M.

Hanya saja ada seorang anak lelaki berusia 19 tahun keturunan Bani Umayyah yang bernama Abdurrahman ad-Dakhil berhasil lolos.

Setelah menyeberangi Selat Gibraltar, dan tiba di Andalusia, Abdurrahman ad-Dakhil bergabung dengan sekitar 500 pendukung Umayyah.

Eamon Gearon dalam bukunya berjudul "Turning Points in Middle Eastern History" menyebut dengan bantuan mereka, dan dengan memanfaatkan persaingan lokal antara suku Berber dan kelompok-kelompok Arab yang beragam, Abdurrahman ad-Dakhil mampu mengangkat dirinya sendiri menjadi penguasa di Cordoba pada tahun 756 M.

Abdurrahman ad-Dakhil menjadi Amir pertama Cordoba dan kepala keluarga Umayyah di pengasingan. Keputusan Abdurrahman untuk membatasi dirinya pada gelar Amir (atau pangeran) ketimbang sebagai khalifah (atau pengganti Nabi) adalah keputusan yang cerdas.

Dia berpikir, dengan situasinya pada waktu itu, tidak ada gunanya menciptakan lebih banyak musuh di wilayah itu daripada yang sudah ada, terutama di antara mereka yang telah bersumpah setia kepada khalifah baru, Abbasiyah di Baghdad.

Dengan preferensi keagamaannya yang toleran terhadap agama lain, Abdurrahman ad-Dakhil sebagai Amir di Cordoba, sedang mulai menapaki tangga kejayaannya.

Pemerintahan Abdurrahman adalah pemerintahan yang memberi ruang kebebasan beragama. Toleransi dijunjung tinggi. Tidak menonjolkan suku Arab. Maklum saja, ibu Abdurrahman ad-Dakhil berasal dari suku Berber, sebuah suku asli asal Afrika Utara. Suku Berber memiliki bahasa dan kebudayaannya tersendiri sebelum wilayah Afrika Utara ditaklukkan oleh Arab.

Sejak kecil Abdurrahman ad-Dakhil sudah terbiasa dengan keberagaman bahasa, etnis, dan agama. Selain itu, Abdurrahman juga menikahi seorang perempuan Kristen.

Masa Pembangunan
Abdurrahman ad-Dakhil mampu menguasai Spanyol setelah mengalahkan Yusuf al-Fihri, Gubernur Andalusia (nama Spanyol saat itu). Masa pemerintahannya dikenal oleh para ahli sejarah dengan masa pembangunan besar-besaran.

Dia membangun kota menjadi lebih indah, membuat pipa air agar masyarakat ibu kota memperoleh air bersih, kemudian mendirikan tembok yang kuat di sekeliling kota Cordoba dan istana.

Abdurrahman Ad Dakhil juga membuat taman yang dinamakan Al-Rusafah di luar kawasan Kordoba, menjadikan Kordoba sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan yang paling menarik di wilayah Eropa, dan sebagai tandingan dari Baghdad yang berada di bagian Timur.

Kontribusi yang diberikan olehnya dalam bidang penulisan ilmu menarik orang-orang untuk belajar ke istananya. Selain itu, Abdurrahman Ad Dakhil juga mendirikan beberapa universitas, di antaranya Universitas Cordova, Universitas Toledo dan Universitas Sevilla, juga membangun masjid Cordoba yang megah. Pada tahun 1236 masjid ini dijadikan gereja yang kini dikenal dengan nama La Mazquita.
(mhy) Miftah H. Yusufpati

No comments: