Ali Zainal Abidin, Keturunan Rasulullah SAW yang Disegani Umat dan Dibenci Umayyah
Kekhusyuan putra dari Al-Husain dan putri Raja Persia ini diceritakan sahabat Nabi Thawus radhiyallahu anhu.
Cerita Thawus ditulis ulang Abdurrahman Ahmad As-Sirbunny dalam bukunya "198 Kisah Haji Wali-Wali Allah".
Thawus bercerita, pada musim haji, dia pernah menyaksikan Ali Zainal Abidin sholat tengah malam di Hijr Ismail. Thawus berusaha mendekatinya seraya bergumam dalam hati.
"Dia adalah orang saleh dari keluarga Rasullullah SAW. Semoga aku dapat mendengar sesuatu yang bermanfaat darinya. Lalu kudengar beliau berdoa dalam sujudnya. "Ya Allah, hamba-Mu yang peminta-minta ini berada di halaman rumah-Mu, hamba-Mu yang miskin ini di halaman rumah-Mu, hamba-Mu yang fakir ini di halaman rumah-Mu!"
Doa Ali Zainal Abidin ini lalu diikuti Thawus dan dia berkata, "Sejak saat itu tidak pernah lagi doa yang kupanjatkan untuk meminta sesuatu yang kumulai dengan kalimat-kalimat itu, kecuali pasti dikabulkan."
Ketika Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu memegang amanah kekhalifahan, beliau menikahkan al-Husain radhiyallahu ‘anhu putranya dengan seorang putri Yazdazird, Raja Persia, yang bernama Shahrbanu Syah Zinan, yang berarti ratunya para wanita, kemudian diganti namanya menjadi Ghazalah. Dari perkawinan inilah Ali Zainal Abidin dilahirkan.
Ali bin Husain adalah anak Husain radhiyallahu ‘anhu terkecil yang selamat dari pembunuhan keluarga Rasulullah SAW, sedangkan kakak-kakaknya dan kedua orang tuanya terbunuh sebagai syuhada.
Dia tinggal dua tahun bersama kakeknya, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, 12 tahun tinggal bersama pamannya, Al-Hasan radhiyallahu ‘anhu, 23 tahun tinggal bersama ayahnya, Al-Husain radhiyallahu ‘anhu, sehingga Ali tumbuh sebagai pemuda yang kaya dengan ilmu dan ketakwaan.
Atas kepribadiannya, kaumnya memberi julukan "Zainal Abidin” (hiasan para ahli ibadah). Dia juga dijuluki “As-Sajjaad" karena kebiasaan sujudnya yang sangat lama, juga dijuluki “Az-Zaky',karena kebersihan jiwanya.
Dikisahkan bahwa ketika Hisyam bin Abdulmalik menunaikan haji sebelum menjadi khalifah, ketika sedang thawaf, berkali-kali dia ingin mencium Hajar Aswad, tetapi dia tidak dapat melakukannya karena terlalu banyak kerumunan orang di sekitar Hajar Aswad.
Tidak lama kemudian, muncullah Ali Zainal Abidin datang untuk maksud yang sama yaitu mencium Hajar Aswad. Ketika semua orang melihat kedatangan Zainal Abidin, segera mereka melapangkan jalan agar beliau dapat mencium Hajar Aswad dengan tenang dan leluasa.
Merasa takjub dengan kemuliaan yang diberikan orang-orang ter-hadap Ali Zainal Abidin, telah membuat seseorang bertanya kepada Hisyam, “Siapakah orang itu?”
Sebenarnya Hisyam sangat mengetahui siapa orang itu, tetapi dia tidak dapat berkata jujur, karena perasaan bencinya yang ditanamkan Bani Umayyah terhadap keluarga Rasulullah SAW, maka dia hanya menjawab, “Aku tidak tahu.”
Seorang penyair yang masyhur, Farazdaq, yang kebetulan hadir di dekatnya, berdiri dan berkata, “Aku tahu siapa dia." Kemudian dia membaca syair:
“Dia adalah anak dari hamba yang paling baik. Dialah seorang yang takut kepada Allah, suci, dan berilmu. Dialah yang jejak-jejaknya diketahui orang-orang Makkah. Yang dikenal Kabah, Bukit, dan Haram. Sesungguhnya Hajar hampir-hampir bergerak untuk menyentuh tangannya.
Apabila orang-orang Quraisy yang mulia melihat keadaannya, me-reka berkata, “Inilah pemegang kemuliaan yang sejati." Apabila ahli-ahli takwa berkumpul, dialah imam mereka. Apabila ditanya yang terbaik daripada mereka, kepadanya mereka menunjukkan.
Inilah wahai Hisyam, anak-anak dari Fatimah jika engkau tidak mengetahuinya. Melalui kakaknya kenabian diakhiri. Janganlah engkau menolaknya, sebuah kesalahan darinya, dialah yang dikenali kalangan Arab dan ajam dengan kesopanan matanya ditundukkan ke bawah dan dengan kekaguman terhadapnya manusia tunduk di hadapannya. Mereka tidak berbicara melainkan setelah dia tersenyum.”
Hisyam sangat marah mendengar puji-pujian Farazdaq terhadap Ali Zainal Abidin, sehingga dia perintahkan agar Farazdaq dipenjara.
Ali Zainal Abidin biasa menyamar pada malam hari untuk menyantuni keluarga-keluarga miskin, tanpa diketahui mereka.
Setelah kewafatannya, barulah rahasia itu tersingkap, bahwa selama bertahun-tahun, seratus keluarga lebih telah diberi nafkah oleh Ali Zainal Abidin secara sembunyi-sembunyi. Atas dasar ini, tidaklah berlebihan jika Farazdaq memuji-mujinya sedemikian rupa. (Raudh ar-Rayaabiin).
Pujian selalu mengalir untuknya, Imam Malik berkata, bahwa pada zamannya, dalam keluarga Rasulullah SAW tidak ada seorang pun yang kesalehannya seperti Ali Zainal Abidin.
Yahya bin Said berkata, “Semua yang kukenal dari keturunan Banu Hasyim, Zainal Abidin adalah yang paling saleh.” Said bin Musayyib berkata, “Tidak pernah kulihat seseorang yang saleh sepertinya. Rol
No comments:
Post a Comment