Kisah Ammar bin Yasir Disiksa dan Dipaksa Mencaci Rasulullah SAW

Kisah Ammar bin Yasir Disiksa dan Dipaksa Mencaci Rasulullah SAW
Ammar bin Yasir disiksa kaum kafir Quraisy dan dipaksa keluar dari Islam. (Foto/Ilustrasi: al-Islam)
Seluruh keluarga Ammar bin Yasir syahid saat disiksa kaum kafir Quraish. Dialah satu-satunya yang bertahan, sehingga Ammar harus menanggung siksaan yang lebih pedih. Ammar dipaksa mencaci Nabi Muhammad SAW dan keluar dari Islam. Ammar tak tahan dengan deraan itu sehingga menuruti apa yang dikatakan penyiksanya.

Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury dalam bukunya berjudul "Sirah Nabawiyah" menjelaskan sebuah batu yang panas diletakkan di dada Ammar dan sebagian tubuhnya yang lain dibenamkan di dalam pasir yang panas membara.

“Kami tidak akan membiarkanmu kecuali jika engkau mau mencaci Muhammad, atau engkau mau mengatakan hal-hal yang baik tentang Latta dan Uzza,” kata para penyiksa kepada Ammar bin Yasir.

Khalid Muhammad Khalid dalam "Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah" menyebut bahwa beberapa sahabat Ammar juga meriwayatkan apa yang terjadi terhadap dirinya. Amar bin Hakam berkata, “Ammar itu disiksa sampai-sampai dia tidak menyadari apa yang diucapkannya.”

Selain itu, Amr bin Maimun meriwayatkan, bahwa ketika kaum Musyirikin sedang menyalakan api untuk membakar Ammar, Rasulullah sedang melintas. Meletakkan tangannya di atas kepala Ammar, Rasulullah berkata, “Wahai api! Jadilah sejuk dan nyaman bagi Ammar seperti yang engkau lakukan untuk Ibrahim.”

Rasulullah kemudian memberi tahu Ammar bahwa (dia tidak akan mati karena penyiksaan ini, tetapi) sekelompok pemberontak akan membuatnya mati syahid.

Meskipun bersabar dan mendapatkan pertolongan dari Rasulullah, pada waktunya Ammar benar-benar mengalami penderitaan yang begitu berat. Suatu hari, para tukang cambuk dan penderanya menggunakan segala daya dan upaya untuk melampiaskan kekejian dan kezaliman, serta untuk membuat patah semangat Ammar.

Dia disiksa dengan besi panas, disalib di atas pasir panas dengan batu merah membara ditindihkan ke dadanya, bahkan hingga ditenggelamkan ke dalam air untuk membuat sesak nafasnya. Tubuhnya penuh luka-luka dan kulitnya banyak yang mengelupas.

Karena siksaan yang demikian berat ini, Ammar menjadi tak sadarkan diri. Orang-orang itu lalu berkata kepadanya, “Pujalah olehmu tuhan-tuhan kami!” Lalu diajarkan kepadanya kata-kata pujaan itu, sementara dia mengikutinya tanpa menyadari apa yang diucapkannya.

Abu Ubaidah bin Muhammad bin Ammar meriwayatkan, bahwa kaum musyrikin menangkap Ammar dan menyiksanya dengan sangat kejam sehingga (untuk menyelamatkan hidupnya) dia akhirnya dipaksa untuk menghujat Rasulullah dan memuji tuhan-tuhan kaum musyrikin.

Ketika dia datang kepada Rasulullah, Rasulullah bertanya kepadanya apa yang telah terjadi. Dia menjawab, “Segala yang terjadi sesungguhnya berjalan dengan salah, ya Rasulullah. Kaum musyrikin terus menyiksaku sedemikian rupa sehingga aku dipaksa untuk menghujatmu dan memuji tuhan-tuhan mereka.”

“Bagaimana dengan keadaan hatimu?” tanya Rasulullah.

Ammar menjawab, “Aku menemukan hatiku dipenuhi dengan iman.”

Rasulullah berkata, “Jika kaum musyrikin mengulangi siksaan mereka, engkau dapat mengulangi apa yang engkau katakan (untuk menyelamatkan hidupmu).”

Muhammad bin Ammar meriwayatkan, Rasulullah bertemu Ammar saat dia menangis. Mengusap air mata dari wajahnya, Rasulullah berkata, “Orang kafir menangkapmu dan membenamkanmu dalam air berkali-kali sehingga engkau dipaksa untuk mengatakan hal-hal tertentu (kata-kata kekufuran). Jika mereka melakukannya lagi, engkau boleh mengatakannya (kata-kata kekufuran) kepada mereka lagi.”

Setelah Rasulullah mengucapkan kata-kata di atas, menurut Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury, turunlah sebuah ayat yang bunyinya:

“Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa).” ( QS an-Nahl [16]: 106)

Selain Ammar dan keluarganya, banyak juga umat Muslim lemah lainnya, kebanyakan dari golongan budak, yang menjadi sasaran penyiksaan orang-orang Quraisy, di antaranya Bilal, Abu Fakihah, Khabbab bin Arats, Zinnirah, Nahdiyah dan kedua putrinya, Ummu Ubais, serta masih banyak lagi yang lainnya.

Orang-orang musyrik biasa mengikat mereka di tempat gembalaan unta dan sapi, lalu melemparkan mereka ke atas padang pasir yang menyengat. Sebagian yang lain ada yang dikenakan pakaian besi, lalu ditelentangkan di atas pasir yang panas.

Karena peristiwa ini berlangsung terus menerus, akhirnya Rasulullah memerintahkan semua sahabat untuk menyembunyikan keislamannya. Lalu turunlah sebuah ayat yang mengisyaratkan tentang hijrah dan menyatakan bahwa bumi ini tidaklah sempit:

“Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” ( QS az-Zumar [39]: 10)

(mhy) Miftah H. Yusufpati

No comments: