Masjid Jamik Usang Pasia, Berdiri Sejak Masa Perang Padri
Penjaga Masjid Jamik Usang Pasia, Nasrul Hamid (81 tahun), mengatakan masjid ini salah satu bukti sejarah syiar Islam di daerah Pasie sejak masa perang padri.
"Ini adalah masjid tertua di sini. Lebih kurang sudah dua abad. Masjid ini sudah ada sejak awal masa perang padri," kata Nasrul, Selasa (22/3/2022).
Nasrul menyebut pembangunan Masjid Jamik Usang Pasie diprakarsai oleh ulama masyhur di daerah itu. Ulama itu bernama Syekh Muhammad Husin atau dikenal dengan Tuanku Kubu Sanang yang bergelar Inyiak Gobah.
Nasrul menyebut Inyiak Gobah dikenal masyarakat sekitar dengan nama Angku Merapi. Daerah itu hanya berjarak beberapa kilometer dari Gunung Marapi.
Syekh Muhammad Husin adalah seorang tokoh 'Harimau Nan Salapan' yang dipimpin oleh Tuanku Nan Ranceh. Ia berguru kepada Tuanku Nan Tuo di Cangkiang, Batu Taba, Agam yang juga guru dari para tokoh Harimau Nan Salapan yang lain.
Inyiak Gobah bersama masyarakat mendirikan masjid ini dari bahan kayu-kayu tua yang berasal dari Gunung Marapi. Mereka semangat mendirikan rumah ibadah untuk menjadi pusat syiar Islam di Pasie saat itu. Masjid akan dijadikan pusat pembelajaran agama dan mendidik karakter masyarakat agar lebih paham agama Islam.
Nasrul menyebut cara membawa kayu ke perkampungan Pasia saat itu dengan cara menggelindingkan dari lereng. Ketika itu, kayu sempat tersangkut.
Kayu berhasil sampai di bawah berkat bantuan Allah SWT. Allah menurunkan bencana galodo di lereng Gunung Marapi sehingga kayu yang tersangkut itu terbawa sampai ke bawah.
"Kayu itu ternyata berhenti di sini, tepat di lokasi bangunan masjid ini," ucap Nasrul.
Ia menyebut Syekh Muhammad Husin mendirikan Masjid Jamik Usang Pasia ini pada 1820. Proses pembangunan berlangsung selama tujuh tahun. Dan selesai pada 1827.
Ketika itu bangunan masjid sepenuhnya memiliki kerangka kayu dengan sambungan sistem pasak. Tiang-tiang masjid yang seluruhnya berjumlah 13 buah semuanya menggunakan pohon utuh dan ada yang berukuran besar.
Sementara untuk membangun dinding, Inyiak Gobah menggunakan campuran pasir dengan putih telur. Sementara atap menggunakan atap ijuk dengan bentuk berundak-undak.
Terdapat beberapa bagian atap yang bagian utamanya dibuat oleh Syekh Muhammad Husin dengan tingkat tiga. Di setiap puncak atap itu dibangun sebuah bangunan kecil persegi delapan dengan atap linmas. Sedangkan lantai masjid secara keseluruhan berbahan kayu dan dibuat tinggi dari tanah.
"Kini sudah banyak renovasi, tiangnya sudah kami lapisi, atap sudah ganti seng dan banyak renovasi lainnya," ujar Nasrul.
Nasrul mengatakan, tak lama bangunan masjid selesai, Syekh Muhammad Husin meninggal dunia. Akhirnya, Syekh Muhammad Husin dimakamkan di depan mihrab masjid yang ia bangun.
Dari cerita yang diwariskan kepadanya, Nasrul menambahkan, banyak kekeramatan makam Syekh Muhammad Husin yang tidak mampu dinalar dengan akal. Salah satunya, makam tersebut akan bergumam ketika akan ada bencana yang akan datang.
"Contohnya anak gadis kecelakaan, ada kebakaran, Belanda akan masuk, apapun yang buruk makam ini berbunyi," kata Nasrul.
Masjid ini sampai sekarang tercatat sudah mengalami renovasi sebanyak tiga kali. Pertama pada 1956, 2002, dan terakhir 18 November 2018. Rol
No comments:
Post a Comment