Qutub al-Din Aibak, Bekas Budak Penakluk India yang Menjadi Sultan
Qutub al-Din Aibak adalah sultan kedua Dinasti Ghuriyah, menggantikan Mu'izz ad-Din Muhammad Ghuri. Dinasti Ghuriyah merupakan kerajaan Islam independen yang berkembang menjadi Kesultanan Delhi dan diperintah oleh dinasti Mamluk.
Aibak bergelar Qutbuddin. Aibak adalah bekas budak, juga menantu sultan pertama itu. Aibak menjadi pengganti Ghuri dengan gelar sultan pada 1206 M.
Berasal dari Turkestan, Aibak dijual sebagai budak saat masih kecil. Dia dibeli oleh seorang Qazi di Nishapur di Persia. Di sanalah ia belajar memanah dan menunggang kuda di antara keterampilan lainnya.
Dia kemudian dijual kepada Muhammad Ghori di Ghazni. Aibak menjadi petugas istal kerajaan. Selama perang Kwarazmian-Ghurid, dia ditangkap oleh pengintai Sultan Shah, setelah kemenangan Ghurid, ia dibebaskan dan sangat disukai oleh Sultan Muhammad Ghori.
Aibak dinikahkan dengan puterinya, dan diangkat menjadi panglima perang. Setelah kemenangan Ghurid dalam Pertempuran Tarain Kedua pada tahun 1192, Muhammad Ghori membuat Aibak bertanggung jawab atas wilayah India.
Selanjutnya Aibak memperluas kekuasaan Ghurid di India utara dengan menaklukkan dan menyerbu beberapa tempat di Chahamana, Gahadavala, Chaulukya, Chandela, dan kerajaan lainnya.
Ketika Muhammad Ghori meninggal pada 1206, Aibak berperang dengan mantan budak lainnya Taj al-Din Yildiz untuk menguasai wilayah Ghurid di barat laut India.
Selama kampanye ini, ia maju sampai ke Ghazni, meskipun ia kemudian mundur dan mendirikan ibu kotanya di Lahore. Dia secara nominal mengakui kedaulatan penerus Muhammad Ghori, Ghiyasuddin Mahmud, yang secara resmi mengakui dia sebagai penguasa India.
Aibak mendirikan Masjid Raya Delhi yang bemama Quwat al-Islam, dan membangun sebuah menara yang besar dan diberi nama Qutub Minar -- atas nama guru spritualnya, seorang ulama besar, dan sufi dari tarekat Chistiyah yaitu Qutub al-Din Bakhtiar Ka'ki.
Masjid tersebut sampai saat ini berdiri dengan megah dan menjadi perhatian para wisatawan baik domestik maupun manca negara karena kehebatan nilai arsitekturnya.
Di Azmir didirikannya pula sebuah Mesjid Raya yang memakai namanya. Pada masa ini pula hidup ulama tafsir yang masyur yaitu Imam Fakhruddin Al-Razi. Dia adalah satu-satunya ulama yang berani berkata terus terang di hadapan sultan dan memberikan nasihat-nasihat keagamaan.
Setelah Aibak wafat, puteranya Aram Shah menjadi Sultan. Karena ia tidak cakap dan tidak punya kemampuan sama sekali dalam urusan negara, maka para pembesar istana Delhi mengangkat seorang raja Islam yang besar bernama Iltutmish (1211-1236 M).
Raja baru ini juga memulai kariernya sebagai budak, sama seperti mendiang Sultan Aybek. la menantu Aybek yang sedang menjabat sebagai Gubernur Badaun. Dia adalah seorang raja Islam yang besar, pandai mengatur negara, dan berjasa. la melanjutkan perluasan kekuasaan Islam ke wilayah Utara dengan menaklukkan negeri Malawa.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment