Kisah Adu Doa antara Nabi Musa dan Qarun
Kisah adu doa antara Nabi Musa dan Qarun disebutkan dalam sejumlah riwayat. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan kisah penenggelaman si tajir yang sombong itu dalam beberapa versi. Salah satunya adalah hasil akhir dari adu doa dengan Nabi Musa as.
Ibnu Katsir mengutip salah satu pendapat mengisahkan satu hari Qarun keluar dari rumah. Ia dan pelayannya mengenakan pakaian dan perhiasan mewah yang indah gemerlap. Qarun bermaksud memamerkan diri secara optimal kepada kaumnya.
Sampai kemudian Qarun dan iringannya itu melalui majelis Nabi Musa as yang saat itu sedang memberikan peringatan kepada kaum Bani Israil akan kekuasaan-kekuasaan Allah.
Tatkala Qarun melintas, maka wajah orang-orang Bani Israil berpaling ke arahnya dan pandangan mereka tertuju kepada Qarun dan kemewahannya. Nabi Musa pun memanggil Qarun dan bertanya kepadanya, "Apakah yang mendorongmu berbuat demikian?"
Qarun menjawab, "Hai Musa, ingatlah jika engkau diberi keutamaan di atasku berkat kenabian, maka sesungguhnya aku pun mempunyai kelebihan atas dirimu berkat harta yang kumiliki. Dan sesungguhnya jika kamu suka, marilah kita keluar dan marilah engkau berdoa untuk kebinasaanku dan aku pun berdoa (pula) untuk kebinasaanmu."
Nabi Musa dan Qarun pun keluar dari kalangan kaumnya. Musa as berkata, "Apakah engkau dahulu yang berdoa ataukah aku?"
Qarun menjawab, "Tidak, akulah yang lebih dahulu berdoa." Maka Qarun pun berdoa tetapi tidak diperkenankan.
Musa berkata, "Sekarang giliranku."
Qarun menjawab, "Ya."
Lalu Musa berdoa, "Ya Allah, perintahkanlah kepada bumi agar taat kepada perintahku hari ini."
Selanjutnya Musa berkata, "Hai bumi, benamkanlah mereka (Qarun dan para pelayannya)."
Maka bumi membenamkannya sampai sebatas telapak kaki mereka. Musa berkata lagi, "Benamkanlah mereka," maka bumi membenamkannya sampai sebatas lutut mereka. Musa berkata, "Benamkanlah mereka," maka bumi membenamkannya sampai batas pundak mereka.
Kemudian Musa berkata, "Bawakanlah perbendaharaan harta mereka," maka bumi membawakan semua harta benda mereka sehingga mereka dapat melihatnya. Lalu Musa as berisyarat dengan tangannya dan berkata, "Pergilah kamu semua, hai Bani Levi," maka bumi menelan mereka semuanya.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa bumi menelan mereka sampai hari kiamat. Qatadah mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa bumi membenamkan mereka setiap harinya sedalam tinggi tubuh mereka, maka mereka terus-menerus tenggelam ke dalam bumi sampai hari kiamat.
Ibnu Katsir mengatakan sehubungan dengan kisah ini banyak riwayat yang bersumber dari kisah israiliyat yang aneh-aneh.
Sepupu Nabi Musa
Lalu, siapa Qarun? Ibnu Abbas mengatakan Qarun adalah sepupu Nabi Musa as. Dia anak paman Musa. Ibnu Juraij mengatakan bahwa dia adalah Qarun ibnu Yas-hub ibnu Qahis, sedangkan Musa adalah Ibnu Imran ibnu Qahis.
Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan Qarun berjuluk Al-Munawwir karena suaranya yang bagus saat membaca kitab Taurat, tetapi dia adalah musuh Allah lagi munafik, sebagaimana sikap munafiknya Samiri. Keserakahan dirinyalah yang menjerumuskannya ke dalam kebinasaan karena hartanya yang terlalu banyak.
Qarun amatlah tajir, sayangnya dia sombong. Menurut Syahr ibnu Hausyab, Qarun menjulurkan kainnya sepanjang satu jengkal karena kesombongan dan keangkuhan terhadap kaumnya sendiri. Dalam al-Quran surat Al-Qashash ayat 76, digambarkan kekayaan tajir ini.
وَآتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ
dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat. ( QS Al-Qashash : 76)
Khaisamah menggambarkan bahwa kunci-kunci perbendaharaan harta Qarun terbuat dari kulit, setiap kunci besarnya sama dengan jari telunjuk. Setiap kunci untuk satu gudang tersendiri secara terpisah. Apabila Qarun berkendaraan, maka semua kunci perbendaharaannya diangkut dengan enam puluh ekor begal yang kuat.
Tingkah Qarun yang sombong mengundang kaumnya untuk berkomentar dan memberi nasihat kepadanya. "Janganlah kamu terlalu bangga dengan apa yang telah kamu peroleh," ujar kaumnya kepada Qarun.
Dengan sombong Qarun menjawab nasihat itu. "Aku tidak memerlukan nasihatmu, karena sesungguhnya Allah memberiku kekayaan ini sebab Dia mengetahui bahwa aku berhak mendapatkannya dan sebab kecintaan-Nya kepadaku."
Ada yang menyebut Qarun berprofesi sebagai seorang ahli kimia. Namun Ibnu Katsir mengatakan pendapat ini lemah. "Sesungguhnya ilmu kimia itu sendiri merupakan ilmu reaksi, bukan ilmu yang menyangkut mengubah sesuatu menjadi benda lain, karena sesungguhnya yang dapat melakukan hal itu hanyalah Allah semata Allah SWT," ujar Ibnu Katsir.
Sebagian ulama yang lain menyebut, Qarun adalah seseorang yang mengetahui Ismul A'zam, lalu ia berdoa kepada Allah dengan menyebut Ismul A'zam tersebut. Akhirnya ia menjadi orang yang banyak hartanya.
Ibnu Katsir mengatakan Allah SWT menyanggah pengakuan Qarun yang mengatakan bahwa Allah memperhatikan dirinya, karena itu Allah memberinya banyak harta.
أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا
Dan apakah ia tidak mengetahui bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak mengumpulkan harta? (QS Al-Qashash: 78)
Sehubungan dengan tafsir ayat ini Imam Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengemukakannya dengan takwil yang baik, ia mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Qarun berkata, "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.” ( QS Al-Qashash : 78)
Bahwa seandainya bukan karena rida Allah kepada diriku dan pengetahuannya tentang keutamaanku, tentulah Dia tidak akan memberiku semua harta ini.
Lalu Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam membacakan firman-Nya: Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? (Al-Qashash: 78), hingga akhir ayat.
(mhy)Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment