Respons Jin saat Mendengar Ayat Fabiayyi Alaa-i Robbikuma Tukadzdziban
Suatu ketika di hadapan sahabat, Rasulullah SAW membaca surat Ar-Rahman sampai selesai. "Mengapa kalian saya lihat kok diam saja?" tanya Rasulullah SAW. Selanjutnya beliau mengatakan, "Sungguh respons jawaban bangsa jin lebih baik daripada kalian."
Ibnu Katsir dalam tafsirnya meriwayatkan sebuah hadis dari Jabir yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW keluar menemui para sahabatnya, lalu membacakan kepada mereka surat Ar-Rahman dari permulaan hingga akhirnya, dan mereka hanya diam saja.
Bersabdalah beliau SAW, "Sesungguhnya aku telah membacakannya kepada jin di malam perjumpaan dengan jin. Dan mereka mempunyai jawaban yang lebih baik daripada kalian. Karena setiap kali bacaanku sampai pada firman-Nya: 'Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ' (Ar-Rahman: 13) maka mereka menjawabnya dengan jawaban, 'Tiada sesuatu pun dari nikmat-Mu, wahai Tuhan kami, yang kami ingkari; bagi-Mu segala puji'."
31 Kali
Pada Al-Qur'an surat Ar-Rahman setelah menyebutkan satu persatu nikmat dan anugerah yang telah diberikan kepada jin dan manusia, Allah bertanya (istifham taqriri) dengan kalimat" Fabiayyi Alaa-i Robbikuma Tukadzdziban. Ayat ini diulang sampai 31 kali dalam satu surat dengan redaksi yang sama persis.
فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ
"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"
Nah, saat Nabi Muhammad SAW membacakan surat Ar-Rahman itu kepada para sahabat, mereka terdiam. Tidak ada jawaban. Oleh karena itu, Nabi menyindir mereka dengan membandingkan respons jawaban bangsa jin ketika dibacakan ayat tesebut.
Dalam Tafsir Jalalain disebutkan Rasulullah SAW bersabda, "Mengapa kalian saya lihat kok diam saja? Sungguh respons dan jawaban bangsa jin lebih baik dari pada kalian. Saya tidak membacakan kepada mereka ayat ini dari mulai 'maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?' kecuali mereka menjawabnya: Tak ada satupun dari nikmat-nikmat-Mu yang kami dustakan Wahai Tuhan kami, Segala Pujian hanya milik-Mu."
Hal yang sama juga dijelaskan Imam Suyuthi dalam Tafsir Ad-Durul Mantsur. Ibnu Umar ra mengatakan sungguh Rasulullah SAW telah membacakan surat Ar-Rahman kepada para sahabatnya, mereka terdiam. Kemudian beliau berkata: “Mengapa aku mendengar jin lebih baik dari pada kalian dalam hal jawabannya kepada Tuhannya?”
Tidak aku baca firman ِ Allah, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” kecuali mereka menjawabnya: Tak ada satupun dari nikmat-nikmat-Mu yang kami dustakan Wahai Tuhan kami, Segala Pujian hanya milik-Mu.
Dua riwayat di atas inti jawaban dari bangsa jin sama, hanya saja yang pertama menggunakan redaksi النِّعَم bentuk jamak dari kata النِّعْمَة, sedangkan yang kedua dengan redaksi آلَاء jamak dari اْلإِلَى dan اْلإِلْيُyang artinya sama, yaitu kenikmatan.
Belajar dari jawaban jin tersebut, Syaikh Nawawi Al-Bantani dalam tafsirnya Marah Labid (II/476) menyebutkan, disunnahkan bagi orang yang mendengar ayat ini menjawab dengan mengatakan:
وَلَا بِشَيْءٍ مِنْ نِعَمِكَ رَبَّنَا نُكَذِّبُ فَلَكَ الْحَمْدُ
Dengan demikian, maksud utama Al-Qur’an berupa mentadabburi dan memahami isinya dapat tercapai. Karena, dia merasa sedang diajak bicara oleh Tuhannya, sehingga dia menjawab apa yang ditanyakan oleh-Nya.
Apalagi konteks ayat ini sedang menanyakan dalam rangka menetapkan dan mengingatkan nikmat-nikmat yang telah diberikan oleh-Nya, tentu yang paling tepat adalah menjawabnya sebagai bentuk pengakuan.
Hanya saja, tulis Ibnu Katsir, terkait hadis dari Ibnu Jarir tersebut, Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib, ia tidak mengenalnya melainkan hanya melalui hadis Al-Walid ibnu Muslim, dari Zuhair ibnu Muhammad.
Sedangkan hadis dari Ibnu Umar, Al-Hafiz Al-Bazzar telah meriwayatkan hadis ini melalui Amr ibnu Malik dengan sanad yang sama. Kemudian ia mengatakan bahwa "kami tidak mengenal hadis ini diriwayatkan dari Nabi SAW, melainkan hanya melalui jalur ini dengan sanad yang seperti tersebut."
(mhy)Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment