Kisah Perampok yang Bertobat dan Menjadi Ulama Besar
Tak ada yang menyangka kalau perampok yang ditakuti pedagang ini menjadi seorang ulama dan muhaddis besar pada Abad ke-2 Hijriyah. Kisah ini terjadi pada masa Khalifah Harun Al-Rasyid.
Begitulah apabila Allah berkehendak dan memberikan hidayah kepada seseorang. Jangankan perampok, seorang musyrik yang memusuhi Islam pun bisa menjadi sahabat setia Nabi berkat rahmat-Nya yang Maha Pemurah.
Syaikh Muhammad bin Abu Bakar Ushfury menceritakan kisah ini dalam kitabnya Al-Mawaizh Al-Usfuriyah. Beliau bernama Fudhail bin 'Iyadh (wafat 187 H). Dulunya dikenal seorang perampok yang keluar mencari mangsa dari satu daerah ke daerah lain.
Pada suatu malam, ketika sedang beraksi merampok orang-orang, ia meletakkan kepalanya di atas pangkuan pelayannya. Tiba-tiba dari kejauhan terlihat segerombolan orang. Ketika mereka mulai dekat dengan Fudhail, mereka berhenti dan berkata: "Fudhail ada di sana bersama anak-anak buahnya. Apa yang harus kita lakukan?"
Mereka akhirnya berpencar menjadi tiga kelompok. Salah satu kelompok dari mereka bekata: "Aku akan memanahnya dari sini. Jika anak panah mengenainya maka kita akan meneruskan perjalanan dan jika tidak mengenainya maka kita akan kembali pulang."
Kemudian orang pertama dari mereka memanah sambil membaca Firman Allah:
اَلَمۡ يَاۡنِ لِلَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡ تَخۡشَعَ قُلُوۡبُهُمۡ لِذِكۡرِ اللّٰ
Artinya: "Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah..." (QS. Al-Hadid Ayat 16)
Kemudian Fudhail berteriak keras dan jatuh tersungkur pingsan. Pelayannya mengira Fudhail terkena anak panah. Kemudian pelayannya segera memeriksa apakah betul Fudhail terkena anak panah. Setelah Fudhail tersadar dari pingsan, ia berkata: "Panah Allah telah mengenaiku".
Kemudian orang kedua dari germobolan itu memanahkan anak panah ke arah Fudhail sambil membaca firman Allah:
فَفِرُّوۡۤا اِلَى اللّٰهِؕ اِنِّىۡ لَـكُمۡ مِّنۡهُ نَذِيۡرٌ مُّبِيۡنٌۚ
Artinya: "Maka segeralah kembali (mentaati) Allah. Sungguh aku adalah seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untuk kalian." (QS Az-Zariyat Ayat 50)
Kemudian Fudhail berteriak keras lebih keras daripada teriakan pertama. Pelayannya segera memeriksa kondisi Fudhail apakah terkena anak panah. Kemudian Fudhail berkata: "Hai pelayanku! Panah Allah telah mengenaiku."
Kemudian orang ketiga dari mereka melepaskan anak panah ke arah Fudhail sambil membaca firman Allah berikut:
وَاَنِيۡبُوۡۤا اِلٰى رَبِّكُمۡ وَاَسۡلِمُوۡا لَهٗ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ يَّاۡتِيَكُمُ الۡعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنۡصَرُوۡنَ
Artinya: "Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)." (QS. Az-Zumar Ayat 54)
Mendengar itu, Fudhail berteriak keras lebih keras daripada teriakan pertama dan kedua. Kemudian ia berkata kepada anak buahnya: "Sadarlah dan bertaubatlah kalian semua! Sesunggguhnya aku kecewa atas kezaliman merampok yang telah aku jalani selama ini. Rasa takut kepada Allah telah masuk ke dalam hatiku. Aku tidak akan merampok lagi."
Fudhail bin Iyad pun pergi menuju Mekkah. Ketika ia telah sampai di tempat yang dekat dengan Nahrawan, Khalifah Harun Al-Rasyid menemuinya dan berkata: "Hai Fudhail! Aku telah memimpikan sebuah mimpi bahwa seolah-olah ada yang menyeru dengan suara keras dengan seruan, "Sesungguhnya Fudhail telah takut kepada Allah. Ia telah memilih mengabdikan dirinya kepada-Nya. Terimalah ia!"
Kemudian Fudhail berteriak keras dan berkata: "Ya Allah! Dengan kemuliaan-Mu dan kesombongan- Mu, Engkau mencintai seorang hamba pendosa yang telah jauh dari-Mu selama 40 tahun."
Demikian sekelumit kisah Fudhail bin Iyadh yang bertobat dari perbuatan merampoknya. Allah memberinya Hidayah dengan memasukkan rasa takut ke dalam hatinya.
Menjadi Ulama Besar
Setelah bertobat, Fudhail bin 'Iyadh menekuni ilmu agama dan akhirnya menjadi seorang ulama dan muhaddits besar yang hidup pada abad kedua. Banyak ulama besar mengambil ilmu dari beliau di antaranya Syaikh At-Tsauri, Ibnu Uyainah, Yahya Al-Qatan, Ibnul Mubarak, Imam Syafi'i, Al-Humaidi.
Beliau dilahirkan di Samarkand. Tumbuh besar di Kota Abyurd dan menulis riwayat-riwayat hadits di Kota Kufah dan bermukim di Mekkah hingga wafat pada Tahun 187 Hijriyah atau 803 Masehi.
Syaikh Fudhail menimba ilmu dari beberapa ulama di antaranya Syaikh Sulaiman at-Tamimi, Humaid at Thawil, Yahya al-Anshari, Ja'far Shadiq, Atha bin Saib, Mujalin bin Said, Sufyan at-Tsauri.
Berikut salah satu Nasihat beliau yang terkenal:
” لو أن لي دعوةً مستجابةً ما صيرتها إلا في الإمامِ . قيل له : وكيف ذلك يا أبا علي ؟ قال : متى ما صيرتها في نفسي لم تحزني ، ومتى صيرتها في الإمامِ فصلاحُ الإمامِ صلاحٌ العبادِ والبلادِ
Artinya: "Andai aku punya doa mustajab maka doa tersebut akan kupakai untuk mendoakan penguasa." Mengapa demikian wahai Abu Ali?" demikian tanggapan sebagian orang. Jawaban Al-Fudhail: "Jika doa mustajab itu kupakai untuk diriku sendiri, aku tidak akan mendapatkan balasan. Namun, jika kupakai untuk mendoakan penguasa maka baiknya penguasa akan berdampak kebaikan bagi rakyat dan negeri." (Hilyah Al-Auliya', 8:91, Abu Nu’aim Al-Ashfahani)
(rhs)Rusman H Siregar
No comments:
Post a Comment