Karya Jamsyid Giatsuddin Al-Kasyi dalam Dunia Matematika
Hasil karya yang bisa kita nikmati sampai sekarang dari buah tangan Jamsyid Giatsuddin Al-Kasyi ialah cara penulisan angka perpuluhan (dengan menggunakan tanda nol).
DINASTI Abbasiyah, merupakan masa jayanya ilmu pengetahuan. Kejayaan pada masa itu adalah banyaknya tokoh ilmuwan muslim bermunculan, salah satunya ilmuwan muslim Jamsyid Giatsuddin Al-Kasyi.
Jamsyid Giatsuddin Al-Kasyi merupakan salah satu dari beberapa ilmuwan muslim yang terkenal pada masa abbasiyah, beliau merupakan seorang ilmuwan yang menjadi pelopor peletak dasar aritmatika atau ilmu hitung.
Al-Kasyi atau Al-Qasyani ialah panggilan atau sapaan untuk seorang ahli dalam bidang matematik yang sangat masyhur pada zamannya atau masanya lebih tepatnya pada masa dinasti abbasiyah, orang tersebut ialah Jamsyid Giatsuddin Al-Kasyi.
Jamsyid lahir tahun 1380 pada akhir abad ke-14 M di kota Kashan yang berada di Iraq Tengah. Pada waktu itu Kashan sedang dikuasai oleh Tamerlane atau bisa disebut dengan Timur.
Pada tahun 1405 Timur meninggal dan digantikan oleh putranya yaitu Shah Rokh, sehingga situasi pada saat itu mengalami perubahan dan menjadi lebih baik dari sebelumnya. (Wahyu Murtiningsih 2010:129)
Pada waktu itu, ilmu sains sangat digemari banyak orang, hal ini menjadi daya tarik bagi Shah Rokh dan juga istrinya yaitu seorang putri Turki bernama Goharshad. Akhirnya mereka berdua pun mengeluarkan kebijakan untuk mendorong istana mereka agar mempelajari dan memperdalam keilmuan mereka dalam bidang apapun.
Dengan kebijakan yang telah dibuat membuat era kekuasaan Shah Rokh menjadi salah satu era dimana banyak bermunculan prestasi ilmiah. Momentum seperti inilah yang cocok bagi Al Kasyi untuk mengembangkan potensi dirinya atau karirnya sebagai salah satu matematikawan terbesar di seluruh penjuru dunia.
Setelah delapan tahun masa kepemimpinannya, Ulugh Begh putra dari Shah Rokh mendirikan atau membangun sebuah institusi pada tahun 1409 yang kelak menjadi universitas terkemuka di Samarkand. Karena keberadaan institut ini di tengah tengah kota atau di ibukota kerajaan Ulugh Beg maka banyak para siswa dari seluruh Timur Tengah dan sekitarnya berbondong bondong untuk masuk ke institut ini.
Ulugh Beg juga ikut andil bagian dengan mengumpulkan banyak ilmuwan dan matematikawan dari Timur Tengah. Kesempatan ini pula tidak akan disia siakan oleh Al Kasyi, di istana Ulugh Beg beliau menyumbang sebagian besar pengetahuannya kepada ummatnya pada tahun 1414, menciptakan karya terbaiknya.
Al Kasyi juga sedang berproses membuat bukunya yang berjudul “Risalah Al Watar Wal Jaib” artinya “Risalan Tentang Akord dan Sinus” dan salah satu karyanya yang terkenal yaitu Maktubu Miftahil Hisab. Kemungkinan Al Kasyj meninggal pada tanggal 22 Juni 1429 di Samarkhan (Uzbekistan).
Ada beberapa teori konspirasi atas kematian sang matematikawan. Salah satunya muncul dari beberapa sarjana, mereka yakin bahwa Ulugh Beg telah memesan pembunuhannya, karena beliau melawan para teolog islam. (Wikipedia, “Jamsyid Giatsuddin Al-Kasyi”.
Jasa-Jasa Al-Kasyi
Al-KasyƬ menjadi seorang ilmuwan yang paling berpengaruh pada masa itu. Karena penemuan beliau dianggap sebagai penemuan ilmiah yang sangat penting di bidang matematika. Al-Kasyi sendiri disebut sebagai ilmuwan peletak dasar aritmatika atau ilmu hitung yang dilakukan atas dasar slide. (Rahma Indina Harbani, 5 Ilmuwan Muslim Masa Abbasiyah, Ada Peletak Dasar Matematika).
Dalam keberhasilannya menciptakan pecahan desimal beliau menggunakan angka nol dalam proses perhitungannya. Al-Kasyi juga merupakan ilmuwan pertama yang menggunakan angka nol.
Al-Kasyi juga ahli dalam bidang astronomi. Beliau juga berhasil membuat suatu alat yang fungsinya bisa untuk menentukan letak bintang, mengetahui bagaimana gerhana terjadi, mengetahui jarak suatu benda dari bumi dan lain sebagainya yang berhubungan langsung dengan astronomi.
Penggambaran peredaran bulan dan juga bintang mercury pertama kali dikemukakan oleh Jamsyid Giatsuddin Al-Kasyi dalam salah satu bukunya yang berjudul “Thabaq Al-Manathiq”.
Pada suatu moment Al-Kasyi sangat berterima kasih kepada sang sultan Timurid dan juga Ulugh Beg sang ahli matematika dan astronom, yang telah mengundang atau mengajak Al-Kasyi untuk datang dan bekerja di observatoriumnya dan universitasnya yang pada waktu itu terkenal dengan ajaran teologinya.
Al-Kasyi berhasil membuat tabel sinus yang berjumlah empat digit sexagesimal, akurasi atau ketepatan untuk setiap derajat dan juga perbedaan menitnya. Beliau pun membuat tabel yang memiliki keterkaitan dengan perubahan antara sistem koordinat pada bola langit, misalnya transformasi dari sistem koordinat ekliptika ke sistem koordinat ekuator. (O’Connor, John J.; Robertson, Edmund F., “Ghiyath al-Din Jamshid Mas’ud al-Kashi”, MacTutor History of Mathematics archive, University of St Andrews).
Hasil karya yang bisa kita nikmati sampai sekarang dari buah tangan Jamsyid Giatsuddin Al-Kasyi ialah cara penulisan angka perpuluhan (dengan menggunakan tanda nol). Angka yang kita kenali pada saat ini seperti halnya pecahan dan juga puluhan merupakan buatan dari sarjana sarjana muslim yang dipakai juga oleh dunia barat sejak saat abad 17 M.
Kasr dalam aritmatika muslim yang awalnya berbahasa Arab kini diterjemahkan kedalam bahasa Latin menjadi fraktio lalu berubah lagi kedalam istilah Inggris yaitu fraction. Cara penulisan angka pecahan tidak hanya dilakukan oleh ilmuwan muslim saja, akan tetapi para ilmuwan dari baratpun ikut dalam hal penulisan ini beberapa dari mereka antara lain: Nacci dan Abraham Benezra (sarjana yahudi) dan dari kaum muslim yaitu Al-Hasan Abu Kamal (Abad ke-11 M).
Cara penulisan angka pecahan contohnya seperti 2/3, 7/8, 28/9 dan lain sebagainya, seperti saat ini, adalah salah satu karya dari sarjana sarjana muslim yang sekarang kita warisi. Ada juga peran seorang sarjana Barat bernama Vieta yang lebih dikenal dengan sebutan Bapak Angka Perpuluhan (Bapak Desimal) karena penulisan sejarah matematika disebarkan di Eropa pada tahun 1579 M abad 17-18 saja.
Pecahan desimal merupakan praktik komputasi umum yang bisa diteliti atau ditinjau kembali pada pamflet Flemish De Thiende, awal diterbitkan pada tahun 1585 di Leyden, diterjemahkan juga kedalam bahasa Prancis, La Disme, oleh matematikawan Flemish Simon Stevin kisaran pada waktu 1548-1620, lalu ia berpindah tempat di Belanda Utara.
Tak bisa disangkal bahwa pecahan desimal juga digunakan oleh orang orang China berabad-abad sebelum Stevin dan astronom Persia Al-Kasyi dengan mudahnya menggunakan pecahan desimal dan seksagesimal yang juga terdapat pada bukunya “Kunci untuk aritmatika” (Samarkand, awal abad kelima belas).
Artikel ini, hanya membahas salah satu ilmuwan matematika yaitu Jamsyid Giatsuddin Al-Kasyi. Faktanya, masih banyak para ilmuwan muslim yang ahli di bidang matematika dan tidak kalah banyak juga ilmuwan muslim yang ahli di bidang lain misalnya di bidang fisika, kimia, biologi, kedokteran, filsafat, dan lain sebagainya.
Untuk umat muslim di penjuru dunia, mari kita jadikan sejarah dari Al-Kasyi dan ilmuwan muslim lainnya sebagai salah satu inspirasi dan motivasi bahwasanya kita sebagai seorang muslim bisa juga menjadi ilmuwan penemu konsep, terutama konsep matematika seperti para ilmuwan terdahulu.*/Mahmud Allam, mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
No comments:
Post a Comment