Keberanian Imam Said bin Musayib kepada Penguasa Zalim
Sebuah kisah luar biasa tentang keberanian Imam Sa'id bin Musayib rahimahullah kepada penguasa zalim yang ditakuti pada masanya. Imam Said (15-94 Hijriyah) dikenal sebagai ulama Tabiin pada masa Dinasti Umayyah.
Beliau Ahli hadits dan fiqih dari Madinah dan termasuk salah seorang dari Tujuh Fuqaha Madinah. Pengasuh Ma'had Subulana Bontang Kalimantan Timur, Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq menceritakan kisah Imam Said ketika berhadapan dengan penguasa zalim paling ditakuti di masa Dinasti Umayyah, Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi (wafat 95 H atau 714 Masehi).
Para ulama menggambarkan sosok Hajjaj bin Yusuf ini sebagai algojo dan penguasa bertangan besi di masa Dinasti Umayyah. Dia merangkap gubernur wilayah Kuffah (Iraq) yang dikenal sebagai salah satu diktator bengis dalam sejarah peradaban Islam. Namanya selalu lekat dengan penumpahan darah kaum muslim.
Dikisahkan dalam Kitab Bidayah wa Nihayah (9/119-120) karya Imam Ibnu Katsir, suatu waktu Hajjaj sholat berjamaah di masjid dan berada persis di samping Imam Sa'id bin Musayib. Ternyata dalam sholat, Hajjaj bangkit (berdiri) sebelum Imam bangkit, dan ia juga sujud sebelum Imam sujud.
Setelah mengucap salam, Sa'id langsung memegang erat-erat ujung selendang Hajjaj tanpa berkata apapun sambil ia terus merampungkan dzikir setelah sholat. Sedangkan Hajjaj terus-menerus menarik selendangnya berupaya melepaskan diri.
Hingga akhirnya Said bin Musayib selesai dari dzikirnya, lalu menghadapkan wajahnya ke Hajjaj dan menghardiknya:
يا سارق يا خائن؛ تصلِّي هذه الصَّلاة؛ لقد هممتُ أن أضربَ بهذا النَّعْل
Artinya "Hai pencuri! penghianat! Seperti inikah sholatmu? Sungguh, aku ingin sekali menampar wajahmu dengan alas kakiku ini!"
Diperlakukan sedemikian rupa Hajaj bin Yusuf yang terkenal garang dan bertangan besi hanya terdiam lalu beranjak pergi.
Setelah beberapa tahun Hajjaj kembali mengunjungi Madinah dan masuk ke Masjid Nabawi. Di sana ia menjumpai Imam Sa'id bin Musayib sedang mengajar di dalam masjid.
Ia mendekatinya dan berkata kepada Imam Said: "Engkau yang mengajar di majelis ini?"
Orang-orang begitu melihat Hajjaj langsung ketakutan dan mengkhawatirkan keselamatan Said bin Musayib. Namun Said justru berdiri dan memukul dada Hajjaj bin Yusuf sambil berkata: "Iya, memang kenapa?" Hajjaj kemudian menjawab:
فجزاك الله من معلم ومؤدِّب خيراً؛ ما صلَّيْتُ بعدَك صلاةً إلا وأنا أذكر قولك ثم قام ومضى
Artinya: "Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan, wahai Guru dan pengajar kebaikan. Tidaklah aku sholat setelah kejadian yang lampau itu, melainkan aku selalu teringat dengan ucapanmu."
Diceritakan, ketika Hajjaj berkuasa di masa kepemimpinan Khalifah Abdul Malik bin Marwan, tidak ada yang berani berurusan dan berhadapan dengannya. Baik itu kalangan elit, ulama apalagi masyarakat awamnya. Namun tidak demikian dengan sang imam, beliau memperlakukan penguasa durjana Bani Umayyah itu seperti kucing rumahan.
Imam Said bin Musayib memang dikenal sebagai ulama yang menjag jarak dengan penguasa. Ustaz Ahmad Syahrin menceritakan suatu hari Khalifah kelima Dinasti Ummayyh Abdul Malik bin Marwan (berkuasa 685-705) mendengar bahwa Sa'id bin Musayib sedang membutuhkan uang karena tertimpa sebuah musibah.
Ia mengirimkan 30.000 Dirham (setara Rp2,1 Miliar) kepada sang imam. Namun Imam Said justru menolaknya dan mengatakan kepada utusan istana kalimat yang tajam:
لا حاجة لي فيها ولا في بني مروان حتى ألقى الله، فيحكم بيني وبينهم
Artinya: "Saya tidak membutuhkan uang ini dan juga tidak membutuhkan bantuan dari Bani Marwan, hingga saya bertemu Allah dan mengadili antara saya dan mereka."
Demikian sekelumit kisah keberanian Imam Said bin Musayib saat berhadapan dengan penguasa zalim yang berkuasa pada masa Dinasti Umayyah.
(rhs)Rusman H Siregar
No comments:
Post a Comment