Menelisik Kiasan dalam Surat Al-A’raf Ayat 40 hingga Unta Masuk ke Lubang Jarum
Di dalam Al-Qur'an surat Al-A’raf ayat 40 Allah SWT menyampaikan ungkapan “hingga unta masuk ke lubang jarum”; hatta yaliju al-jamalu fi sammi al-khiyath. Kalangan mufassir menerjemahkan ungkapan itu sebagai sesuatu yang mustahil. Unta yang besar memasuki lubang jarum yang amat kecil, tentu sesuatu yang mustahil.
Allah berfirman:
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا وَٱسْتَكْبَرُوا۟ عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَٰبُ ٱلسَّمَآءِ وَلَا يَدْخُلُونَ ٱلْجَنَّةَ حَتَّىٰ يَلِجَ ٱلْجَمَلُ فِى سَمِّ ٱلْخِيَاطِ ۚ وَكَذَٰلِكَ نَجْزِى ٱلْمُجْرِمِينَ
Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. [ QS Al A’raf : 40]
Tafsir Al-Muyassar, Tafsir Al-Mukhtashar, dan Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah menerjemahkan kecuali apabila unta sudah bisa memasuki lubang jarum adalah "satu hal yang mustahil terjadi."
Sedangkan Syaikh Dr Muhammad Sulaiman Al Asyqar dalam tafsir "Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir" menafsirkan Allah menyebutkan kalimat ‘lubang jarum’ karena ia sangat sempit. "Adapun makna (الجمل) yakni unta jantan, dan pendapat lain mengatakan yakni tali tebal yang terbuat dari kulit pohon," ujarnya.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di dalam Tafsir as-Sa'di menjelaskan firman-Nya tentang penduduk neraka ”dan tidak pula mereka masuk surga , hingga unta masuk” yaitu unta yang sudah dikenal ”ke lubang jarum” yakni sehingga unta yang merupakan binatang bertubuh besar masuk ke lubang jarum yang merupakan lubang tersempit.
"Ini merupakan ungkapan mengingatkan sesuatu dengan sesuatu yang mustahil, yakni sebagaimana unta mustahil dapat masuk ke dalam lubang jarum, maka orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah juga mustahil masuk surga," ujarnya.
At-Thabari menafsirkan hal yang tak jauh berbeda. Allah tidak akan membukakan pintu-pintu langit dan surga bagi mereka yang tidak saja mendustakan, menyombongkan diri, dan mereka yang tidak beriman. Sebab yang demikian itu adalah kemustahilan. Dalam Tafsir Al-Jalalayn dikatakan ungkapan itu adalah kiasan bahwa hal itu tidak mungkin terjadi.
Ungkapan ini juga muncul di dalam sebuah hadis shahih diriwayatkan Imam Muslim. Sahabat ‘Ammar bin Yasir berkata:
Saya diberitahu oleh Hudzaifah dari Nabi SAW, [Hudzaifah] berkata – bersabda Nabi SAW: ‘Di kalangan sahabatku ada dua belas orang munafik. Di antara mereka ada delapan orang yang tidak akan masuk surga (hingga ada seekor unta yang dapat masuk ke dalam lubang jarum). Delapan orang di antara mereka pasti akan tertimpa Dubailah, sedangkan yang empat lagi aku tidak hafal apa yang dikatakan Syu’bah tentang mereka."
Ungkapan Semisal
Ungkapan semisal dapat kita temukan dalam Alkitab Nasrani, yakni di dalam Injil sinoptik. Maksud dari sinoptik adalah tiga dari Injil yang empat; Lukas, Matius, dan Markus, tanpa Injil Yohanes. Sebagaimana diketahui, empat Injil itu termasuk ke dalam Perjanjian Baru.
Ungkapan itu muncul di antaranya di dalam Markus 10:25: Lebih mudah seekor unta melewati lubang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Kemudian dalam Matius 19:24: Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Juga dalam Lukas 18:25: Sebab lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Dalam Injil sinoptik yang disusun pada abad 1 M itu, sebagaimana ungkapan di dalam surah Al-A’raf ayat 40, ungkapan hingga unta masuk lubang jarum juga mengisyaratkan kemustahilan.
Bedanya, surah Al-A’raf ayat 40 menyebutkan akan kemustahilan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah, menyombongkan diri, dan tidak beriman untuk memasuki pintu-pintu langit, yaitu surga. Adapun di dalam Injil sinoptik, ungkapan itu mengisyaratkan pentingnya hidup “zuhud”. Sebab, mustahil orang yang melimpah ruah hartanya untuk masuk ke Kerajaan Allah.
Ternyata ungkapan semisal juga dapat kita temui dalam tradisi Yudaisme. Hanya saja ia tidak terdapat dalam 39 kitab kanon yang disebut dengan Perjanjian Lama. Ia “hanya” muncul dalam Talmud.
Dalam Talmud Berakhot 55b:21 misalnya, disebutkan bahwa seseorang bernama Abba ben Joseph bar Ḥama (280 – 352 M) yang lahir di kota ibukota Persia, Ctesiphon, mengatakan bahwa ketika orang tertidur, mimpi yang ia lihat hanyalah lintasan pikiran yang memasuki tidurnya orang tersebut. Ia berkata: karena seseorang tidak diperlihatkan pohon palem terbuat dari emas atau seekor gajah masuk melalui lubang jarum di dalam mimpi.
Masih dari Talmud, dalam Bereishit Rabbah 1 disebutkan: Jika labu memiliki lubang sekecil mata jarum, semua udaranya akan keluar; namun meskipun manusia dibentuk dengan banyak rongga dan lubang, napasnya tidak keluar melalui mereka. Hanya saja ungkapan semisal di dalam Talmud tidak menggunakan unta melainkan gajah.
Menariknya, salah seorang periwayat israiliyat dari generasi tabi’in bernama Ka’b al-Ahbar pernah menggunakan ungkapan semisal. Apabila kita menelisik tafsir Ibnu Katsir surah At Taubah 115, disebutkan bahwa Ka’b al-Ahbar mengatakan; tidak ada suatu tempat sebesar lubang jarum pun dari bumi ini melainkan padanya terdapat malaikat yang ditugaskan menjaganya dan melaporkan pengetahuan hal tersebut kepada Allah.
Ibnu Abbas dan Abu Hurairah mengambil sejumlah riwayat dari seorang tabi’in yang dahulu pemeluk Yudaisme tersebut. Fakta bahwa ungkapan “lubang jarum” keluar dari lisan Ka’b al-Ahbar menegaskan bahwa memang dirinya dekat dengan literatur dan tradisi Yudaisme.
Akan tetapi kesamaan ini dapat menjadi celah klaim plagiarisme Al-Quran. Bisa jadi, Ka’b “diduga” sebagai sumber Yudaisme yang menjadi media praktik plagiarisme tersebut. Sebab, salah satu asumsi dasar teori plagiarisme Al-Qur'an adalah kesamaan menunjukkan adanya penjiplakan.
Tampaknya, ungkapan “masuk lubang jarum” atau yang semisal dengan itu memang masyhur di tengah masyarakat berbahasa Semit sejak abad 1 M hingga abad 7 M, baik itu di Syam, wilayah Persia (reportase Talmud Babilonia), maupun Jazirah Arab. Meski memiliki perbedaan, makna dari ungkapan itu seragam yakni mengisyaratkan kemustahilan.
Black Hole
Ir Bambang Pranggono dalam buku "Percikan Sains dalam Al-Quran" jutru menyebut bukan hal mustahil seekor unta masuk ke dalam lubang jarum. Mantan Dekan Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung ini menjelaskan, terungkapnya teori lubang hitam (black hole) di ruang angkasa memungkinkan hal tersebut.
Lubang hitam adalah objek di ruang angkasa yang dibungkus oleh sesuatu yang disebut dengan event horizon. Menurut pakar Astrofisika Karl Schwarschild, apapun yang masuk melintasi batas itu akan meluncur ke dalam dan tidak akan kembali lagi.
Bambang mengungkap, seorang penulis buku science ruang angkasa yang sekarang menjadi konsultan NASA, Timothy Ferris, sempat menjelaskan, semakin mendekati dasar lubang, gravitasi akan semakin kuat menyedot.
Ferris menganalogikan, apabila kaki masuk duluan, maka kepala akan tertinggal. Dia pun mengungkapkan, apabila unta masuk ke sana, maka akan terulur menjadi sebesar jarum.
Black hole adalah bintang yang setelah proses termonuklirnya padam, runtuh ke dalam karena kekuatan gravitasinya sendiri. Cahaya pun tersedot, tidak bisa keluar dan menjadi gelap dan hitam. Ruang angkasa pun dilubangi karena terbentuknya black hole.
Menurut Bambang, lubang hitam ini pun sudah diceritakan Allah dalam surah At Thariq ayat 1-3. "Demi langit dan yang datang pada malam hari, tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu? Yaitu bintang yang cahayanya melubangi."
(mhy) Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment