Kejayaan Armada Laut Islam
Armada laut Utsmani yang dikenal tangguh, mampu mengalahkan kekuatan Kaisar Romawi
KETIKA Islam mulai berkembanga, para pemimpin Islam berfikir keras menyebarkan dakwah Islam di luar Jazirah Arab. Tentu saja untuk mencapai wilayah tersebut dibutuhkan angkatan laut yang mumpuni.
Keinginan tersebut mulai terwujud pada masa kekhalifahan Mu’amiyah. Mu’awiyah tercatat sebagai pendiri armada angkatan laut Islam.
Ia pernah menjabat sebagai Gubernur Suriah, ketika kekhalifahan Islam dipimpin oleh khalifah rasyidah ketiga, Ustman bin Affan. Selama itu pula Mu’awiyah mampu membentuk lima puluh armada laut yang tangguh.
Pada saat itu, kekaisaran Romawi memiliki armada angkatan laut yang hebat dan kuat di Laut Tengah. Mereka menjadi salah satu kekuatan militer terkuat di dunia pada zamannya.
Maka, umat Muslim berpikir bagaimana caranya melawan kekuatan angkatan laut Romawi itu. Untuk melawan kekuatan angkatan laut tersebut, kaum Muslimin mulai mempelajari teknik perkapalan, navigasi dengan astronomi maupun kompas, dan mesiu.
Mereka mempelajari navigasi dengan serius karena diperlukan untuk menuntun arah kapal ke tempat yang dituju. Makin teliti seorang navigator dalam menentukan posisinya di tengah laut, berdasarkan peredaran matahari, bulan, atau bintang, makin tinggi pula akurasi perhitungan waktu dan tempat yang dituju.
Karena itu tidak heran jika armada laut Islam dikenal sangat efektif. Mereka mampu menyerang musuh dengan tepat pada sasarannya.
Selain itu ketelitian tersebut juga bisa digunakan untuk menentukan jumlah pasukan dan persiapan logistik yang diperlukan selama perjalanan.
Dalam waktu bersamaan umat Islam juga mempelajari ilmu astronomi. Ilmu ini bermanfaat untuk navigasi dalam upaya menjangkau negeri-negeri yang jauh dari wilayah kekuasaan Islam.
Selain itu ilmu tersebut juga dibutuhkan untuk menentukan arah kiblat ketika kapal berada di tengah laut.
Setelah ilmu-ilmu tersebut dikuasai, barulah kaum Muslimin membentuk pasukan perang yang kuat dengan bekal pengetahuan perbintangan yang mumpuni.
Pada akhirnya mereka menyatakan perang terhadap Romawi yang menguasai Laut Tengah. Dalam persaingan itu, umat Islam berhasil menguasai Laut Tengah bagian timur, yakni Cyprus sekitar tahun 30 H (649 M), dan Rhodes pada tahun 52 H (672 M).
Kira-kira 40 tahun kemudian, armada angkatan laut Islam di seluruh Laut Tengah menjelma menjadi kekuatan yang tak terkalahkan hingga dua abad berikutnya. Pasukan ekspedisi dari Afrika Utara menduduki Sisilia pada tahun 211 H (837 M).
Angkatan laut tersebut berhasil masuk ke wilayah pantai Italia dan Prancis Selatan.
Masa Turki Ustmani
Tradisi membangun kekuatan di laut terus berlangsung pada masa kekhalifahan Islam berikutnya. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya berbagai alat yang mendukung perkembangan tersebut, khususnya dalam teknologi navigasi.
Misalkan, umat Islam berhasil membuat kompas magnit dengan 32 titik. Sejarah mencatat, pada abad ke-11 M para pelaut Muslim sudah menggunakan kompas Marinir yang dikenal sangat akurat.
Selain itu, teknologi navigasi lainnya yang dikembangkan peradaban Islam untuk mengarungi lautan dan menjelajahi dunia adalah Baculus yang berfungsi sebagai kemudi, tangkai, serta simbol kekuasaan.
Dalam dunia navigasi, Baculus merupakan teknologi yang digunakan untuk astronomi nautica. Teknologi ini asli dikembangkan peradaban Spanyol Muslim yang berpusat di Cordoba.
Karena itu tak heran jika kekuatan armada laut umat Islam diakui dunia. Hal ini kemudian dibuktikan oleh kekhalifahan Turki Utsmani.
Armada laut Utsmani yang dikenal tangguh, mampu mengalahkan kekuatan Kaisar Romawi. Ketika itu armada laut Utsmani menyusur selat Bosporus menuju Konstantinopel.
Sebanyak 70 buah kapal terpaksa diseret ke darat sejauh 5 km untuk kemudian dilayarkan lagi di laut. Romawi memang memasang rantai-rantai besar yang menghalangi perjalanan laut.
Pada malam itu meriam-meriam Turki menyalak dengan dahsyatnya. Seiring kegoncangan dalam benteng, masuklah tentara Islam menyerbu.
Pertempuran pecah di laut dan juga di benteng. Pagi Subuh, 29 Mei 1453 M jatuhlah Konstantinopel ke tangan kaum muslimin pada tahun 1453.
Sejak itu, pemerintahan Ustmani mulai menjadikan Istanbul, ibu kota Turki Utsmani sebagai pusat pelayaran.
Bahkan, Sultan Muhammad II pun menetapkan lautan dalam Golden Horn sebagai pusat industri dan gudang persenjataan maritim. Dia juga mengangkat komandan angkatan laut, Hamza Pasha, untuk membangun industri dan gudang persenjataan laut.
Kesultanan Ustmani juga membuat sebuah kapal di Gallipoli Maritime Arsenal. Dengan komando Gedik Ahmed Pasha (tahun 1480 M).
Ia memperkokoh basis kekuatan lautnya di Istanbul. Maka tak heran, jika marinir Turki mendominasi Laut Hitam dan menguasai Otranto.
Pada era kekuasaan Sultan Salim I (1512 M-1520 M), Kesultanan Turki Ustmani memodifikasi pusat persenjataan maritim di Istanbul. Salim I berambisi menciptakan negara yang kuat, tangguh di darat dan laut.
Ia bertekad memiliki angkatan laut yang besar dan kuat untuk menguasai lautan.
Pembangunan dan perluasan pusat persenjataan maritim pun dilakukan dari Galata sampai ke Sungai Kagithane di bawah pengawasan Laksamana Cafer. Pembangunan dan perluasan ini rampung pada tahun 1515 M. Proyek besar ini menyedot dana hingga sekitar 50 ribu koin.
Selain mengembangkan pusat persenjataan Maritim Istanbul, Sultan Salim I juga memerintahkan membuat beberapa kapal laut berukuran besar. Selang beberapa tahun kemudian, sebanyak 150 unit kapal selesai dibuat.
Dengan kekuatan yang dahsyat itu, Sultan Salim I pernah mengatakan, “Jika Scorpions (pasukan Kristen) menempati laut dengan kapalnya, jika bendera Paus dan raja-raja Prancis serta Spanyol berkibar di Pantai Trace, itu semata-mata karena toleransi kami.”
Dengan memiliki armada kapal laut terbesar di dunia pada abad ke-16 M, Turki Ustmani telah menguasai Laut Mediterania, Laut Hitam, dan Samudera Hindia. Tak heran, bila kemudian Turki Ustmani kerap disebut sebagai kerajaan yang bermarkas di atas kapal laut.
Ambisi Sultan Salim I menguasai lautan akhirnya tercapai. Gagasan Sultan Salim I ini terus dikembangkan oleh sultan-sultan berikutnya.
Berkat kehebatannya, Turki Ustmani sempat menjadi adikuasa yang disegani bangsa-bangsa di dunia, baik di darat maupun di laut.*/Bahrul Ulum, Suara Hidayatullah
No comments:
Post a Comment