SEJARAH Perang Zallaqah: Kemenangan di Bulan Ramadhan
KAUM Muslimin meyakini bulan Ramadhan merupakan bulan kemenangan sebagaimana janji Allah SWT. Para ahli sejarah pun mencatat, berbagai kemenangan perang kaum Muslimin terjadi di bulan tersebut.
Salah satunya adalah Perang Zallaqah (orang Barat menyebutnya The Battle of Sagrajas) yang berlangsung di Spanyol. Perang yang terjadi pada hari Jumat setelah Subuh bulan Ramadhan 459 H/23 Oktober 1086 M dinamakan seperti itu karena berada di tanah yang licin.
Tanah itu menjadi begitu licin akibat banyaknya darah yang tumpah sehingga membuat para tentara tergelincir. Saking banyaknya darah yang menggenang, medan perang sampai berwarna merah.
Perang Zallaqah merupakan penentu bagi bertahannya Islam di Andalus lebih dari 250 tahun kemudian. Sebuah momentum yang strategis.
Sebelum Perang Zallaqah, eksistensi Islam di Spanyol benar-benar berada di ambang kehancuran. Salah satu penyebabnya adalah karena perang saudara di antara kerajaan-kerajaan kecil Islam.
Akibatnya, kekuatan Islam terpecah belah. Situasi negeri-negeri Islam begitu genting.
Di tengah perselisihan itu, Raja Alfonso VI dari Kerjaan Castilian bersama pasukan salibis berhasil meruntuhkan satu persatu benteng kaum Muslimin dari utara Spanyol. Dalam kondisi terpecah belah, umat Islam menjadi lebih mudah untuk ditaklukkan.
Kondisi ini mendorong para pemimpin Islam di selatan Andalus untuk menyudahi perselisihan. Mereka sepakat meminta bantuan kepada Yusuf bin Tasyfin, pemimpin Daulah al-Murabithun yang saat itu berpusat di Maroko.
Ibnu Tasyfin yang berusia 79 tahun segera memenuhi panggilan jihad tersebut. Bersama 17 ribu pasukan, Ibnu Tasyfin menyeberangi selat Gibraltar.
Sekitar 5 ribu pasukan ditempatkan di Algeciras sebagai pasukan jaga untuk mengantisipasi jika menelan kekalahan nantinya. Sementara 12 ribu pasukan lainnya ikut bersamanya ke medan perang.
Berkumpullah sekitar 30 ribu pasukan Muslim, masing-masing dari Murabithun, Granada, Cordova, dan Badajoz. Sedangkan pasukan Alfonso berjumlah sekitar 80 ribu orang.
Siasat Licik Salibis
Pasukan Islam bergerak menuju Sevilla. Mereka begitu bersemangat karena sebelumnya, Imam Agung Cordova, Imam al-Faqih Ahmad bin Ramilah al-Qurthuby, bermimpi bertemu Rasulullah ﷺ. Dalam mimpinya, Rasulullah konon berkata: “Kalian pasti menang, dan engkau akan bertemu denganku.”
Sang imam juga ikut dalam pertempuran. Beliau akhirnya syahid.
Sebelum perang dimulai, Ibnu Tasyfin mengirimkan surat kepada Alfonso. Isinya adalah tawaran opsi dengan tiga pilihan.
Ibnu Tasyfin menulis dalam suratnya: “Aku mendengar bahwa Anda berdoa supaya dianugerahi kapal yang banyak agar bisa menyeberangi lautan menuju daerah kami. Kini kami datang kepadamu, dan engkau akan tahu sendiri akibat dari doamu itu. Dan aku, wahai Alfonso, menawarkan opsi padamu: masuk Islam, membayar jizyah, atau perang? Saya beri Anda waktu tiga hari.”
Mendapat surat tersebut, Alfonso menjawab: “Aku memilih perang. Apa jawabmu?”
Ibnu Tasyfin membalikkan surat tersebut dan menulis balasannya di kertas yang sama: “Jawabannya adalah apa yang akan kau lihat dengan mata kepalamu, bukan apa yang kau dengar dengan telingamu. Keselamatanlah bagi yang mengikuti petunjuk.”
Alfonso kembali membalasnya, namun dengan bahasa berisi siasat: “Besok adalah hari Jumat, hari rayanya orang Islam dan kami tidak ingin berperang di hari rayanya orang Islam. Sabtu adalah hari raya orang Yahudi, sementara dalam pasukan kami ada prajurit yang beragama Yahudi. Adapun Ahad adalah hari raya kami, bagaimana kalau perangnya kita tunda hingga hari Senin?”
Ibnu Tasyfin menangkap adanya siasat licik dalam surat Alfonso. Pasukan Muslim tidak boleh lengah.
Dipersiapkanlah prajurit sebagaimana rencana awal. Jarak kamp pasukan salibis hanya sekitar 3 mil dari kamp pasukan Muslim.
Dugaan Ibnu Tasyfin terbukti. Ternyata benar bahwa pasukan salibis begitu licik. Alfonso dan pasukannya menyerang secara tiba-tiba di pagi buta, tidak peduli dengan hari apapun itu.
Beruntung pasukan Muslim senantiasa dalam kondisi siap siaga. Serangan itu disambut dengan penuh semangat. Sungguh di luar dugaan Alfonso, yang mengira pasukan Muslim bisa diperdaya.
Berlangsunglah peperangan sengit di padang hijau sejak Subuh hingga waktu Ashar. Atas izin Allah SWT, akhirnya Alfonso dan prajuritnya berhasil dikepung. Kemenangan pun berhasil diraih oleh kaum Muslimin.
Dari jumlah 80 ribuan pasukan salibis, hanya tersisa 450 pasukan berkuda. Alfonso turut lari bersama sisa pasukannya yang kesemuanya dalam keadaan terluka.
Dari 450 pasukan tersebut, hanya 100 pasukan berkuda yang selamat hingga Toledo. Yang lainnya mati dalam perjalanan melarikan diri.
Ini merupakan kemenangan yang luar biasa bagi umat Islam. Kemenangan di bulan Ramadhan, tatkala kaum Muslimin sedang berpuasa.
Dalam waktu yang singkat, Sultan Yusuf bin Tasyfin berhasil menguasai seluruh Spanyol. Umat Islam berhasil diselamatkan. Setelah itu, Dinasti Murabitun di Spanyol mampu eksis sejak 1090 sampai 1147 Masehi.*/Bahrul Ulum, Suara Hidayatullah
No comments:
Post a Comment