Kisah Nabi Musa Tak Sengaja Membunuh Orang Mesir dan Menikahi Putri Nabi Syuaib
Nabi Musa diutus untuk menyelamatkan Bani Israil dari kekezaman Fir'aun Raja Mesir. Kisah Nabi Musa dalam Al-Qur'an diceritakan dalam 30 surat. Para ahli tafsir menghitung, nama Nabi Musa disebut 136 kali dalam Al-Qur'an.
Salah satu kisah Nabi Musa yang fenomenal yaitu ketika beliau tak sengaja membunuh orang Mesir dan kemudian menikah dengan putri Nabi Syuaib 'alaihissalam dalam masa pelariannya.
Kisah ini diceritakan oleh Ach Khatib (Institut Ilmu Keislaman Annuqayah Sumenep) dalam Jurnalnya "Implementasi Nilai-nilai Profetik pada Kisah Nabi Musa dalam Al-Qur'an".
Tak Sengaja Membunuh Orang Mesir
Dikisahkan dalam satu perjalanan, Nabi Musa memasuki Kota Memphis. Di kota ini, Nabi Musa menjumpai dua orang yang sedang berkelahi. Satu orang berasal dari Bani Israil dan satunya lagi adalah orang Mesir yang kebetulan rakyat Fir'aun. Kal itu beliau belum diangkat menjadi Nabi.
Musa pun menolong kaum Bani Israil itu dengan meninju orang Mesir tersebut. Sebenarnya Nabi Musa tidak bermaksud membunuh orang Mesir itu, tapi Qadarullah orang Mesir itu mati. Tak bisa dibayangkan bagaimana kuatnya Musa bisa membunuh orang Mesir itu hanya dengan meninju saja.
Terbunuh oleh pukulan Musa, beliau sadar dan menyesali perbuatannya. Musa segera memohon ampunan Allah atas dosa yang baru saja dilakukannya itu. Beliau pun menjadi sangat awas khawatir diketahui oleh pemerintah yang menyebabkannya berurusan dengan masalah hukum.
Musa tidak menyangka kalau persitiwa itu diketahui oleh penguasa setempat. Penguasa setempat pun melakukan rapat koordinasi untuk menjatuhlan sanksi kepada Musa. Singkat cerita, tidak ada jalan lain bagi Musa kecuali harus pergi dari Kota Memphis.
Musa pun pergi menuju Madyan. Pelariannya ke Madyan dilakukan dalam suasana mencekam penuh kehati-hatian karena menghindari pengejaran dari penguasa Kota Memphis yang hendak menangkap dan memberinya sanksi.
Beliau terus memohon petunjuk kepada Allah mengenai pelariannya ke Madyan itu. Al-Qur'an menceritakan kisahnya dalam Surat Al-Qashash ayat 15-22.
Nabi Musa Menikah
Sebagai seorang pelarian, Musa tidak memiliki tujuan jelas hendak kemana ia pergi di Madyan tersebut. Dalam keadaan yang membingungkan itu, Musa mendapati sebuah sumur tempat meminumkan ternak masyarakat Madyan dan melihat antrean yang panjang.
Banyak peternak bergiliran mengambil air untuk memberi minum ternaknya di sumur itu. Tampaklah dua gadis yang menunggu dari kejauhan dengan ternaknya yang banyak di belakang para pengembala lain yang antre di sekitar sumur. Musa mendatangi dua gadis yang tampak pemalu itu. Ternyata dua gadis ini adalah putri dari Nabi Syu'aib 'alaihissalam.
Setelah pulang, dua gadis itu menyampaikan kepada Musa bahwa ayahnya sudah tua sehingga tidak bisa menyertai mereka untuk antre di sumur tersebut. Sehingga mereka harus menunggu para penggembala lain selesai, barulah mereka mengambil air dari sumur itu untuk memberi minum hewan ternak mereka.
Musa pun membantu kedua gadis itu. Beliau mengambilkan air minum untuk ternak kedua gadis tersebut. Musa kembali berteduh di suatu tempat dan berdoa agar Allah memberinya pertolongan atas memenuhi kebutuhannya.
فَسَقَى لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّى إِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ
Artinya: "Maka dia (Musa) memberi minum (ternak) kedua perempuan itu, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa, 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan (makanan) yang Engkau turunkan kepadaku." (Surat Al-Qashash ayat 24)
Ternyata dua gadis yang telah ditolongnya itu menceritakan kebaikan pemuda penolong (Nabi Musa) kepada ayah mereka Nabi Syu'aib. Tak lama kemudian, Nabi Musa dipanggil ke rumah Nabi Syua'ib.
Putri Nabi Syu'aib mengusulkan kepada ayahnya agar mempekerjakan Musa karena beliau adalah sosok yang Al-Qawiyyul Amin. Pujian atau gelar kepada Nabi Musa ini diartikan dengan orang yang kuat lagi dapat dipercaya.
Nabi Syuaib pun mengajak Musa berbincang-bincang. Beliau mengutarakan keinginannya untuk menikahkan Musa dengan salah seorang putrinya. Sebagai mahar perkawinan ini, Musa harus bekerja menggembalakan kambing selama delapan tahun. Kalau Musa menyanggupi bekerja sepuluh tahun maka itu lebih baik.
Ini adalah tawaran yang amat simpatik dan melegakan hati Musa, sebagai seorang pelarian yang ingin menghindarkan diri dari maut. Berikut kisahnya diabadikan dalam Al-Qur'an. "Dia (Syuaib) berkata, "Sesungguhnya aku bermaksud ingin menikahkan engkau dengan salah seorang dari kedua anak perempuanku ini, dengan ketentuan bahwa engkau bekerja padaku selama delapan tahun dan jika engkau sempurnakan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) darimu, dan aku tidak bermaksud memberatkan engkau. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang baik." (QS. Al-Qasas Ayat 27)
Setelah sepuluh tahun bekerja menyempurnakan perjanjian dengan Nabi Syuaib, Musa pun memohon ijin untuk kembali ke Mesir dan mengajak serta istrinya. Nabi Syu'aib pun mengijinkannya.
Kemudian terjadilah pengangkatan Nabi Musa menjadi Nabi dan dibekali dengan sejumlah mukjizat. Pengangkatan Musa sebagai Nabi terjadi di Bukit Tursina. Demikian sekelumit kisah Nabi Musa dalam pelariannya hingga menikah dengan putri Nabi Syuaib yang dalam riwayat dikenal sangat pemalu dan selalu menjaga dirinya ('iffah).
(rhs)Rusman Hidayat Siregar
No comments:
Post a Comment