Kisah Sahabat Nabi Paling Kaya, Masuk Surga dengan Merangkak
Kisah sahabat Nabi yang satu ini dikenal tajir melintir. Harta Kekayaannya tak pernah habis walupun setiap hari dikeluarkannya di jalan Allah.
Beliau adalah Abdurrahman bin 'Auf radhiyallahu 'anhu, sahabat Nabi paling dermawan dan paling kaya di masa Rasulullah SAW. Abdurrahman termasuk di antara 10 sahabat Nabi yang dijamin masuk surga lewat lisan Nabi Muhammad SAW.
Gus Musa Muhammad dalam satu kajiannya menceritakan, ketika perniagaannya berkembang pesat, Abdurrahman diberi anjuran oleh Rasulullah SAW : "Wahai Abdurrahman, kamu sekarang menjadi orang kaya dan kamu akan masuk surga dengan merangkak. Pinjamkanlah hartamu kepada Allah agar lancar kedua kakimu." (HR Hakim)
Masuk Surga dengan Merangkak
Kecintaan Abdurrahman bin Auf kepada Rasulullah SAW ditunjukkannya dalam beragam cara. Dalam hal kedermawanan, Beliau bersaing dengan Utsman bin Affan untuk membiayai pasukan Islam dan membantu kaum muslimin. Rasulullah SAW berdoa: "Semoga Allah memberkahimu dalam apa yang kamu tahan dan kamu berikan."
Dalam sebuah Hadis dikabarkan bahwa Abdurrahman termasuk dalam 10 orang yang dijamin surga-Nya. Rasulullah bersabda saat memasuki rumah Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu 'anha: "Wahai Aisyah, inginkah engkau mendengar kabar gembira?" Aisyah menjawab: "Tentu wahai Rasulullah." Lalu Baginda bersabda: "Ada 10 orang yang mendapat kabar gembira masuk surga, yaitu: Ayahmu (Abu Bakar), Umar masuk surga, Utsman masuk surga, Ali masuk surga, Thalhah masuk surga, Az-Zubair masuk surga, Sa'ad bin Abi Waqqash masuk surga, Said bin Zaid masuk surga, Ubaidah bin Jarrah masuk surga, Abdurrahman bin Auf masuk surga."
Lebih lanjut dikatakan, Abdurahman bin Auf adalah sahabat yang paling terakhir masuk surga karena lamanya masa yang digunakan untuk menghisab beliau. Seperti riwayat dari Aisyah yang pernah mendengar Rasullullah SAW bersabda: "Kulihat Abdurrahman bin 'Auf masuk surga dengan perlahan-lahan (merangkak)!" (HR Al-Bukhari)
Ketika ajal menjelang, Abdurrahman masih memikirkan bagaimana agar setiap hartanya berfaedah bagi kemajuan Islam. Ia berwasiat agar setiap Muslim peserta Perang Badar yang masih hidup diberi 400 Dinar dari hartanya. Adapun totalnya adalah 100 orang, Abdurrahman juga berwasiat agar sebagian besar hartanya diperuntukkan bagi ummahat al-mukminin, yakni janda-janda Nabi. Terhadap hal ini, Aisyah mendoakan kebaikan baginya.
Berdoa Meminta Jadi Orang Miskin
Pernah suatu hari ketika para sahabat berkumpul, Abdurrahman bin Auf mendengar sabda Rasulullah SAW bahwa kelak setelah dibangkitkan dan dihitungnya amal perbuatan manusia semasa hidup. Orang yang kaya akan lebih lama menjalani perhitungan amal dibanding orang yang miskin dan saya sungguh bersama orang-orang fakir dan miskin.
Sejenak Abdurrahman bin Auf merenung dan berkata dalam hati, "Saya tidak mau berlama-lama saat Yaumul Hisab karena kekayaan yang saya miliki." Abdurrahman bin Auf mengangkat tangan lantas berdoa: "Ya Allah, jadikanlah hamba-Mu ini orang yang miskin, agar kelak dapat selalu bersama Rasulullah."
Ketika berita tentang para sahabat yang mau berhijrah ke Kota Madinah sampai ke Abdurrahman bin Auf, sontak banyak harta bendanya dihibahkan ke mereka yang akan hijrah. Namun bukannya malah habis, kekayaan Abdurrahman malah bertambah banyak lantaran usaha dagangnya semakin ramai. Melihat kekayaan semakin berlipat ganda, Abdurrahman bin Auf berjalan mondar-mandir karena gamang dan gusar. "Bagaimana caranya agar harta benda yang saya miliki habis dan tidak tersisa?"
Sesudah perang Tabuk, tumbuhan kurma siap panen yang ditinggalkan para sahabat menjadi busuk dan harganya anjlok. Kabar ini menyebar ke seantero Madinah dan sampai ke telinga Abdurrahman bin Auf. Mendengar kabar itu, Abdurrahman bin Auf menjual semua harta bendanya kemudian membuat pengumuman yang isinya, "Semua penduduk Kota Madinah yang buah kurmanya busuk akan dibeli sesuai dengan harga buah kurma yang normal."
Sejurus kemudian warga Madinah berbondong-bondong menjual kurma busuk kepada Abdurrahman bin Auf. Semua kurma busuk warga kota Madinah dibeli oleh Abdurrahman bin Auf, hartanya pun habis tanpa sisa dan jatuh miskin. Lantas berkata dalam hati "Alhamdulillah, doaku dikabulkan oleh Allah."
Sehari kemudian, datang utusan dari negeri Yaman ke Madinah. Utusan ini menyebar pengumuman bahwa sedang mencari buah kurma busuk yang akan digunakan obat. Buah kurma busuk akan dibeli dengan harga 10 kali lipat dari harga buah kurma di pasaran. penduduk negeri Yaman sedang dilanda wabah penyakit perut yang tidak seperti biasanya.
Menurut pemeriksaan tabib, wabah tersebut akan cepat sembuh jika diobati dengan buah kurma busuk. Warga penduduk Madinah yang membaca edaran pengumuman, memberitahu utusan agar lekas pergi ke rumah Abdurrahman bin Auf. Di sanalah tempatnya buah kurma yang busuk.
Tanpa pikir panjang, utusan raja tersebut mengetuk pintu rumah Abdurrahman bin Auf lalu menjelaskan wabah apa terjadi di negeri Yaman. Semua kurma-kurma busuk yang kemarin dibeli Abdurrahman bin Auf diangkut dan dibeli 10 kali lipat. Abdurrahman bin Auf semakin kaya raya. Jumlah kekayaannya belum ada yang menandingi karena kurma yang seharusnya tidak laku malah terjual dengan nominal harga fantastis.
Abdurrahman bin 'Auf meninggal dunia pada usia 75 tahun. Jasadnya disholatkan Imam Khalifah Utsman bin Affan. Pemakaman Baqi Madinah menjadi tempat peristirahatan terakhir salah seorang yang terjamin masuk surga ini. (Rijal Haula Al-Rasul)
Abdurahman bin Auf yang jelas-jelas dijamin surga saja dikabarkan Rasulullah masuk surga secara berlahan (merangkak) sebab hartanya, padahal beliau mendapatkan hartanya dari jalan yang Halal "حلال". Lantas bagaimana dengan kita yang belum mendapatkan "guaranteed" (jaminan) masuk suga?
Setelah kita meninggal maka kelak kita akan ditanya tentang 5 perkara. Saking lamanya sampai Rasulullah mengabarkan peristiwa itu dalam sebuah Hadis. Dari Ibnu Mas’ud dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda: "Tidak akan bergerak tapak kaki anak Adam pada hari Kiamat, hingga ia ditanya tentang 5 perkara, yaitu umurnya untuk apa dihabiskannya, masa mudanya kemana dipergunakannya, hartanya darimana ia memperolehnya dan kemana dibelanjakannya, ilmunya sejauh mana diamalkan?" (HR at-Tirmudzi)
ثم لتسألن يومئذ عن النعيم
Tsumma latus 'alunna yauma idzin 'anin-na'iim.
Artinya: "Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)." (QS. At-Takatsur ayat 8)
d/742065/70/abdurrahman-bin-auf-pedagang-handal-yang-ahli-ibadah-1649833467">Abdurrahman Bin Auf, Pedagang Handal yang Ahli Ibadah
(rhs)Rusman Hidayat Siregar
No comments:
Post a Comment