Teladan Fatima al-Fihri, Muslimah Pendiri Universitas Tertua di Dunia
Fatima al-Fihri mendirikan perguruan tinggi tertua di dunia dinamakan Universitas Al-Qarawiyyin, mendahului Oxford University, Cambridge University dan Harvard
Annisa Maulidia Alfian
BERKEMBANGNYA ilmu pengetahuan hingga bisa dirasakan saat ini tidak terlepas dari peran cendekiawan muslim di dunia. Salah satunya yaitu Fatima al-Fihri, ia adalah seorang muslimah yang lahir dari keluarga pedagang dan sangat menghargai pendidikan.
Fatima al-Fihri lahir pada tahun 841, dan mendirikan komplek Al-Qarawiyyin pada tahun 859. Komplek ini menjadi pusat pendidikan dan ilmu pengetahuan yang didalamnya juga terdapat sebuah masjid bernama Al-Qarawiyyin.
Fatima al-Fihri berhasil mendirikan perguruan tinggi tertua di dunia yang dinamakan Universitas Al-Qarawiyyin, bahkan mendahului universitas-universitas terkenal seperti Oxford University yang dibuka pada tahun 1167, Cambridge University tahun 1209, Harvard University tahun 1636 dan lainnya.
Saat pertama didirikan, Universitas Al-Qarawiyyin berfokus pada pengajaran ilmu agama dan Al-Qur’an, yang mana kedua hal ini secara resmi diadakan di universitas untuk pertama kali. Setelah beberapa waktu dan mengalami perkembangan, kurikulum pelajarannya semakin beragam dengan pelajaran Bahasa Arab, Kedokteran, Astronomi dan Matematika.
Universitas ini juga mulai memberikan gelar kepada lulusannya. Pada abad pertengahan, universitas ini merupakan pusat intelektual yang berkuasa dan berjaya, serta menjadi tempat kunjungan para kaum intelektual dari berbagai belahan dunia.
Termasuk Paus Sylvester II untuk pertama kalinya mempelajari angka Arab dan membawanya ke Eropa. Berbagai cendekiawan menuntut ilmu di tempat ini, dan menyampaikan ilmunya ke seluruh dunia barat hingga membuka jalan bagi periode Renaisans Eropa.
Fatima al-fihri termasuk menjadi bagian dari murid yang menghadiri berbagai kelas pelajaran. Hingga saat ini, ijazahnya masih terpajang di perpustakaan Universitas Al-Qarawiyyin dalam bentuk ukiran di panel kayu.
Perpustakaan universitas in merupakan salah satu perpustakaan tertua di dunia yang memiliki lebih dari 4000 manuskrip. Beberapa peninggalan diantaranya adalah Injil dalam Bahasa Arab dari abad ke-12 dan Al-Qur’an dari abad kesembilan yang ditulis dengan aksara Kufah pada kulit unta.
Apabila saat ini berbagai universitas memiliki tradisi menggunakan toga saat perayaan wisuda, maka Fatima Al-Fihri lah pelopor utamanya. Banyak tradisi terkait pendidikan tinggi yang menjadi warisan Fatima hingga dapat dirasakan oleh generasi saat ini di berbagai wilayah.
Universitas yang didirikan oleh Fatima al-Fihri pada periode berikutnya berada di bawah naungan para sultan dan berbagai dinasti silih berganti. Pada periode dari abad ke-13 hingga ke-14, pada masa pemerintahan Dinasti Marinid, universitas memiliki koleksi manuskrip dan buku yang kaya, seperti Al-Muwatta dari Imam Malik, yang ditulis pada perkamen kulit kijang, ‘Sirra’ oleh Ibn Ishak, kemudian transkrip asli karya Ibnu Haldun oleh Al-‘Ibar dan banyak lainnya.
Kartografer terkenal abad XII Muhammad al-Idrisi tinggal di Fez, sehingga diasumsikan bahwa dia juga salah satu dosen di universitas ini, dan beberapa sejarawan menyatakan bahwa Gerber dari Auvergne juga dididik di sana di universitas bergengsi dan dikenal luas itu, ahli tata bahasa Flemish abad keenam belas, dan orientalis dan ahli matematika Belanda abad ketujuh belas Jacob Van Gool juga dididik di Universitas Universitas Al-Qarawiyyin.
Dari cendekiawan Muslim terkenal, Universitas Al-Qarawiyyin telah melahirkan nama-nama mahasiswa atau pengajar yang terkenal, seperti Ibn Rushayd al-Sabti, Muhammad Ibn al-Hajj al-Abdari al-Fasi ulama dari mazhab Maliki dan seorang teolog ulung, Abu Imran Yaqub al-Fasi seorang ulama Maliki dari asal Sufi, Joannes Leo Africanus seorang penulis perjalanan dan ahli geografi terkenal, Muhammad al-Idrisi seorang kartografer, ahli geografi dan Egyptologist, Abu Bakr ibn al-Arabi seorang pengacara, komentator Al-Qur’an dan Hadits.
Ad-Din ibn al-Khatib seorang penyair, penulis, sejarawan fisikawan, politikus, dan kemudian gubernur Granada. Selanjutnya Nur ad-Din al-Bitruji astronom terkenal di dunia, Sidi Ali ibn Harzihim seorang cendekiawan sufi besar dan promotor ajaran Ghazali di bagian dunia Muslim saat itu, dan alumni yang sangat luar biasa dari universitas ini adalah Ibn Khaldun, seorang “bapak” sosiologi, ahli sejarah, ahli ekonomi, ahli demografi.
Selain melahirkan tokoh-tokoh cendikiawan terkenal yang memberikan sejarah pada peradaban Islam. Masjid Al-Qarawiyyin yang berdiri megah dan masih menjadi salah satu yang terbesar di dunia karena daya tampungnya menampung sekitar 10.000 jamaah. Masjid ini juga menjadi pusat peradaban ilmu-ilmu agama yang menjadi sejarah di dunia Islam.
Fatima Al-Fihri sebagai tokoh Muslimah yang berjasa atas dakwah agama dan pendidikan patut menjadi teladan untuk Muslimah masa kini. Fatima menjadi bukti bahwa perempuan juga bisa menjadi pelopor bahkan memberikan pengaruh yang besar di peradaban dunia.
Sosok nya yang tangguh, tidak kenal menyerah dan memiliki ide-ide kreatif yang disalurkan untuk kepentingan bangsa dan negara. Kegigihannya dalam menuntut ilmu memberikan pancaran cahaya pada dunia Pendidikan.
Beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk meneladani Fatima Al-Fihri adalah kesungguhannya dalam menuntut ilmu pengetahuan. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah ﷺ yang artinya “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim” (HR Ibnu Majah).
Menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh tidak hanya mendapatkan keteladanan Fatima Al-Fihri, sekaligus menjalankan hadits rasul. Karena setiap umat muslim diperintahkan untuk menuntut ilmu dan memanfaatkan ilmu tersebut di jalan yang sesuai dengan syariat.
Langkah kedua yang bisa dilakukan untuk meneladani Fatima Al-Fihri adalah menjadi seseorang yang bermanfaat bagi umat. Kemampuan dan pengetahuan yang kita miliki harus disalurkan untuk hal-hal yang membawa maslahah.
Baik kemampuan yang bersifat materi maupun non materi. Menyalurkan kemampuan mulai dari hal kecil sampai hal yang besar seperti mengamalkan sunnah nabi, membantu orang yang sedang kesulitan, bahkan mewakafkan harta untuk kepentingan agama.
Langkah ketiga dalam meneladani Fatima Al-Fihri yaitu dengan menyadari bahwa ilmu pengetahuan merupakan gerbang untuk menguasai berbagai hal. Seperti hadits Rasulullah ﷺ yang artinya: “Barangsiapa yang hendak menguasai dunia maka hendaklah ia menguasai ilmu. Barangsiapa yang menginginkan akhirat hendaklah ia menguasai ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat), hendaklah ia menguasai ilmu (HR Ahmad).”
Dapat dilihat melalui rekam jejak Universitas Al-Qarawiyyin yang didirikan oleh Fatima Al-Fihri, berkat jasanya melahirkan cendekiawan hebat dan tersebar di seluruh dunia.
Cendekiawan tersebut memiliki bidang keahlian masing-masing yang membuat namanya terukir dalam sejarah ilmu pengetahuan. Bahkan periode Renaisans Eropa dibuka melalui penyebaran ilmu pengetahuan yang semakin pesat.
Selain langkah-langkah di atas, langkah keempat yang bisa dilakukan untuk meneladani sosok Fatima Al-Fihri melakukan hal-hal baik dengan menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat.
Bisa dilihat dari cara Fatima Al-Fihri yang mendirikan universitas dan masjid sekaligus dalam suatu komplek, hal ini menunjukkan bahwa hal kehidupan dunia tidak terlepas dari aktivitas spiritual yang menjadi wadah kita untuk mendapatkan kehidupan akhirat yang baik.
Aktivitas duniawi harus diseimbangkan dengan kehidupan akhirat kita kelak, jangan pernah mengesampingkan ibadah wajib dan sunnah karena sudah terfokus pada aktivitas duniawi. Karena pada akhirat nanti, semua amal kita akan dihisab oleh Allah, dan hasil hisab tersebutlah yang akan menentukan nasib kita di akhirat.
Ilmu pengetahuan adalah pintu kita untuk menjelajahi dan menguasai dunia, kehidupan tanpa ilmu pengetahuan bagaikan menjelajahi kegelapan tanpa lentera, tidak ada petunjuk arah yang mampu mengantarkan pada tujuan yang ingin dicapai. Demikianlah kisah inspiratif dari sosok Fatima Al-Fihri dan beberapa hal yang bisa kita teladani darinya.
Semoga bisa menjadi penyemangat bagi para muslim dan muslimah untuk berlomba-lomba dalam kebaikan dan memberi manfaat bagi banyak orang. Sehingga amal shalih yang kita lakukan menjadi amal jariyah yang pahalanya tidak terputus sekalipun kita telah meninggalkan dunia.*
Mahasiswa S2 Kajian Wilayah Timur Tengah dan Islam, Universitas Indonesia
No comments:
Post a Comment