Kisah Nabi Musa Bertemu Malaikat Maut, Ini yang Terjadi
Kisah Nabi Musa 'alaihissalam bertemu Malaikat Maut termasuk di antara kisah-kisah hikmah para Nabi. Kisah ini salah satu tanda kebesaran Allah yang patut kita renungi.
Dalam satu kajian Gus Musa Muhammad menceritakan kisah ini dari Kitab Bidayah wan Nihayah (Awal dan Ahir) karya Ibnu Katsir. Nama Ibnu Katsir ini dalam khazanah keislaman cukup populer. Nama lengkapnya Imad ad-Din Abu al Fida Ismail Ibn Amar Ibn Katsir Ibn Zara' al Bushra ad-Damasyqi.
Beliau lahir di Mijdal, Basrah (Irak) bagian Timur, pada Tahun 700 H dan wafat pada ari Kamis 26 Sya'ban Tahun 774 H. Dalam bab tarikh karya beliau yang monumental "Bidayah wan Nihayah" terekam riwayat Rasulullah SAW bercerita tentang kisah para Nabi-nabi terdahulu di hadapan para sahabat-sahabat beliau.
Dikisahkan dari Abu Hurairah mendengar bahwa Rasulullah SAW berkisah: "Suatu hari Malaikat Maut diutus kepada Nabi Musa. Ketika menemuinya, (Nabi Musa) memukul matanya. Maka Malaikat Maut kembali kepada Rabbnya dan berkata: "Engkau mengutusku kepada hamba yang tidak menginginkan mati".
Maka Allah mengembalikan matanya seraya berfirman: "Kembalilah dan katakan kepadanya agar dia meletakkan tangannya di atas punggung seekor lembu jantan, yang pengertiannya setiap bulu lembu yang ditutupi oleh tangannya berarti umurnya satu tahun."
Nabi Musa 'alaihissalam bertanya: "Wahai Rabb, setelah itu apa? Allah berfirman: "Kematian". Maka Nabi Musa berkata: "Sekaranglah waktunya". Kemudian Nabi Musa memohon kepada Allah agar mendekatkannya dengan Tanah yang suci (Al-Muqaddas) dalam jarak sejauh lemparan batu."
Abu Hurairah berkata, kemudian Rasulullah bersabda: "Seandainya aku ke sana, pasti akan aku tunjukkan kepada kalian keberadaan kuburnya yang ada di pinggir jalan di bawah tumpukan pasir merah".
Dalam redaksi Hadis lain: "Malaikat Maut datang kepada Nabi Musa dan berkata, "Penuhilah panggilan Tuhanmu!" Namun spontan, Nabi Musa menampar mata Malaikat hingga bola matanya terpecah. Akhirnya, Malaikat Maut kembali kepada Allah dan menyampaikan, "Sesungguhnya Engkau telah mengutusku menemui hamba yang tidak menginginkan kematian. Akibatnya, mataku terpecah."
Kemudian, Allah segera mengembalikan penglihatannya dan berfirman: "Kembalilah kepada hamba-Ku dan sampaikan padanya, apakah engkau terus menginginkan kehidupan? Jika engkau masih menginginkannya, letakkanlah tanganmu pada punggung sapi jantan. Satu bulu yang tertutupi tanganmu, maka engkau akan hidup satu tahun."
Musa bertanya: "Lalu apa setelah itu?" Allah menjawab, "Tetaplah engkau akan meninggal." Musa berkata lagi, "Wahai Tuhanku, sekarang kupilih kematian itu dalam waktu dekat."
Kemudian Nabi Musa menyampaikan keinginannya, "Matikanlah aku dekat Tanah Suci (Baitul Maqdis) sedekat lemparan batu." Terakhir, Rasulullah menambahkan, "Demi Allah, andai aku berada di sisinya, niscaya akan aku perlihatkan kepada kalian kuburannya berada di pinggir jalan, tepatnya pada gundukan pasir." (HR Al-Bukhari)
Berkaitan dengan kematian para Nabi, Rasulullah SAW mengatakan bahwa para Nabi tidaklah diwafatkan hingga diperlihatkan kepada mereka tempatnya di surga lalu dipersilakan oleh Allah untuk memilih apakah masih tetap ingin tambahan hidup di dunia atau ingin diwafatkan.
Bahkan, berkenaan dengan hal ini, Sayyidah 'Aisyah pernah mendengar Rasulullah berucap saat sakit terakhirnya, "Ya Allah, kupilih al-Rafiq al-'Ala (surga)."
Dari ucapan itu, Aisyah tahu bahwa al-Rafiq al-'Ala itu lebih baik, makanya beliau memilih itu. Allah berfirman dalam Al-Qur'an:
قُلْ لَّاۤ اَمۡلِكُ لِنَفۡسِىۡ ضَرًّا وَّلَا نَفۡعًا اِلَّا مَا شَآءَ اللّٰهُؕ لِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌؕ اِذَا جَآءَ اَجَلُهُمۡ فَلَا يَسۡتَـاخِرُوۡنَ سَاعَةً وَّلَا يَسۡتَقۡدِمُوۡنَ
Artinya: "Katakanlah (Muhammad), "Aku tidak kuasa menolak mudarat maupun mendatangkan manfaat kepada diriku, kecuali apa yang Allah kehendaki." Bagi setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun." (QS Yunus ayat 49)
Kesimpulan yang dapat dipetik dari kisah ini bahwa sebelum nyawa para Nabi dicabut, mereka diberi pilihan antara terus hidup atau berpindah kepada rahmatullah, sebagaimana Nabi Musa diberi pilihan. Sayyidah Aisyah telah mendengar Rasulullah SAW bersabda pada waktu beliau sakit menjelang wafatnya, "Ya Allah, Rafiqul A'la." Aisyah mengerti bahwa beliau diberi pilihan maka beliau memilih.
Adapun kisah Nabi Musa menampar Malaikat Maut hingga rusak matanya, menunjukkan bahwa kedudukan Musa sangat mulia di sisi Allah. Kalau saja bukan karena kemuliaan Nabi Musa di hadapan Allah, mungkin Malaikat akan membalasnya dengan keras. Semoga kisah ini bermanfaat.
Referensi:
Bidayah wan Nihayah
(rhs)Rusman Hidayat Siregar
No comments:
Post a Comment