Kisah Perjalanan Haji Evlia Celebi Tahun 1672, Mimpi Bertemu Nabi Muhammad SAW
Perjalanan Celebi dicatat dalam Seyahetname ("Buku Perjalanan") dan merupakan campuran dari peristiwa aktual dan beberapa yang melampaui batas kredibilitas.
Tentang hajinya, Celebi melakukan perjalanan menyusuri pantai Anatolia hingga ke Yerusalem sebelum bergabung dengan kafilah haji di Suriah.
Sebagai seorang bangsawan Turki, Celebi memiliki akses ke pejabat senior Utsmani, serta pemimpin suku setempat, termasuk Sharif Makkah.
Perjalanannya ke Makkah merupakan bagian dari kafilah Utsmaniyah yang bersenjata lengkap. Pasukan ini diperlukan untuk mencegah bandit mengganggu para peziarah yang melakukan perjalanan melalui medan gurun.
Ketika akhirnya sampai di Makkah, musafir Utsmani memberikan gambaran yang kaya tentang adat istiadat dan orang-orang di kota itu.
"Orang-orang Makkah berkulit gelap, beberapa dari mereka kemerahan atau kecoklatan, dengan mata seperti kijang, ucapan manis, wajah bulat, menjaga nasihat mereka sendiri, tuan-tuan keturunan Hashemite murni," tulisnya tentang penduduk kota suci, yang katanya kebanyakan bekerja sebagai pedagang.
Rute Haji
Lahir di Istanbul dari keluarga kaya dan berpengaruh pada 1611, Celebi meninggalkan catatan perjalanan pribadinya. Ia antara lain meninggalkan catatan berharga tentang rute ziarah haji dan jalur stasiun antara Damaskus dan Makkah.
Di dalamnya tergambarkan pengalamannya bepergian melalui berbagai desa dan kota di sepanjang rute haji dengan biaya dari Sultan Mehmet IV.
Pada 2 Maret 1671, Celebi meninggalkan Damaskus menuju Makkah dengan karavan haji. Dia menulis 10 catatan perjalanan yang menggambarkan Balkan, Rusia, Rumelia, Austria, Kaukasus, Suriah, Palestina, Armenia, Mesir, Sudan, dan Hijaz.
Sejak zaman Sultan Suleiman yang Agung, yang secara hukum menetapkan hadiah dan uang dikeluarkan dari perbendaharaan Suriah pada 77 kepala suku untuk melindungi kafilah haji, para syekh dari suku-suku tertentu dengan 40 ribu hingga 50 ribu untanya menunggu kedatangan karavan peziarah ini.
Penggambaran Celebi yang gamblang ini bisa dibayangkan pengaturan kafilah haji dari sebuah kamp yang didirikan untuk digunakan selama beberapa hari, atau digunakan untuk istirahat dan persinggahan air.
Dari catatan itu juga diketahui pada tengah malam terompet akan berbunyi untuk mengumumkan keberangkatan karavan. Pengepakan, pemuatan dan penempatan unta, kuda, dan bagal memakan waktu sepanjang malam, yang mana mereka bergerak saat fajar.
Keamanan menjadi perhatian utama Amir Al Haj, atau komandan karavan. Mereka disebut akan mengorganisasi perlindungan militer yang terdiri dari 5.120 janisari bersenjata dan terorganisasi dengan baik untuk mengusir serangan Badui.
Dibawa pula unit kavaleri 2000 penunggang kuda, 200 pria pemberani bersenjata, dua pembawa bendera Tatar, 300 pembawa obor dan 30 musisi. Rencana perjalanan Celebi dari Damaskus ke Qatrana menggambarkan Kiswa, Qala'at Sinamayn, Zara'a dan Khan Tarkhana.
Selain serangan yang sering terjadi, para peziarah juga diceritakan harus menghadapi bencana alam dan unsur-unsurnya lainnya.
“Ada khamsin (badai angin panas dan berpasir) yang mencekik dan badai pasir yang menyilaukan di akhir musim semi (Mei) dan musim gugur (September-Oktober). Tetapi banjir bandang musim dingin lebih berbahaya dan melumpuhkan, akibat hujan tiba-tiba dan melimpah meningkatkan laju aliran wadi,” ucap Dauphin.
Yang paling berbahaya adalah Ngarai Balqa, bentangan lima kilometer yang biasanya memakan waktu tiga jam untuk dilalui. Dalam kondisi hujan tanpa henti dan banjir dari wadi yang tergenang air yang dihadapi para peziarah, perjalanan memakan waktu 10 jam.
Masih dalam catatannya, Celebi juga menggambarkan adegan yang penuh dengan kekacauan, yang mana kuda, bagal, unta dan keledai tenggelam di lumpur.
Aspek penting lainnya dari catatan Celebi tentang Haji adalah deskripsinya tentang elemen komersial dari ziarah.
Meskipun tidak menolak untuk melebih-lebihkan, akunnya mencakup pembelian hingga 50.000 unta untuk ziarah oleh peziarah Damaskus dari suku Arab, yang juga membeli barang dari para peziarah.
"Orang-orang suku Arab juga menjadi kaya dan datang ke sini setahun sekali bersama istri dan anak-anak mereka untuk membeli barang-barang berharga," catat Celebi.
(mhy)Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment