Ekspedisi Sallam Tardjuman Menemukan Tembok Yakjuj dan Makjuj
Tembok Yakjuj dan Makjuj (يأجوج ومأجوج) memang masih misteri. Namun ada satu kisah menarik tentang penemuan lokasi tembok yang pernah dibangun Raja Dzulqarnain tersebut. Salah satunya mimpi Khalifah Abbasiyah, Al-Watsiq dan ekspedisi Syaikh Sallam Tardjuman.
Yakjuj dan Makjuj adalah dua suku (bangsa) perusak yang akan muncul di akhir zaman. Keluarnya Yakjuj dan Makjuj merupakan satu dari 10 tanda Kiamat besar yang pernah disabdakan Nabi Muhammad SAW. Mereka adalah golongan manusia keturunan Yafits bin Nuh 'alahissalam, nenek moyang bangsa Turk. Yakjuj dan Makjuj tidak akan mati kecuali melahirkan keturunan seribu orang atau lebih.
Catatan ekspedisi Sallam Al-Tardjuman ini sangat menarik dan diceritakan dalam Kitab Nuzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq karya Al-Syarif Al-Idrisi. Sallam Al-Tardjuman adalah orang yang diutus Al-Watsiq Billah (Khalifah ke-9 Dinasti Abbasiyah 842-847 M) mencari tembok mencari tembok Yakjuj dan Makjuj itu.
Khalifah Al-Watsiq Billah (wafat 232 H) bermimpi bahwa dinding pembatas yang mengurung dua suku barbar itu telah hancur dan jebol. Karena mimpi itulah ia mengutus sebuah tim ekspedisi yang dipimpin oleh Sallam Al-Tardjuman. Syaikh Sallam ini dikenal sebagai pengembara asal Turki.
Berikut kisah ekspedisi Sallam Tardjuman dikutip dari "Catatan Yakjuj Makjuj" yang bersumber dari Nuzhat Al-Musytaq karya Al-Idrisi. Ibnu Khurradadhbih adalah seorang yang mencatat kata-kata yang didiktekan Sallam, yang berisi catatan perjalanan, perintah Khalifah, dan laporan Sallam kepada Khalifah. Catatan Ibnu Khurradadhbih ini telah dibukukan dengan judul Kitab al-Masalik w'al Mamalik yang diterjemahkan ke bahasa Inggris dengan judul "Book of Routes and Kingdom" dan diceritakan pula dalam "Gog and Magog in Early Eastern Christian and Islamic Sources; Sallam's Quest for Alexander's Wall" karya Emeri van Donzel dan Andrea Schmidt.
Ekspedisi Sallam Al-Tardjuman
Dalam Kitab Nuzhat al-Musytaq itu diceritakan, Khalifah al-Watsiq membekali Sallam dengan 5.000 Dinar ditambah 10.000 Dirham sebagai uang tambahan dan 50 pemuda berbadan kuat. Khalifah juga memberikan kepada pemuda yang menemani Sallam masing-masing 1.000 Dirham dan biaya hidup selama setahun.
Selain itu, Khalifah juga memerintahkan agar rombongan ekspedisi menyesuaikan pakaian mereka dengan pakaian penduduk yang hendak didatangi. Khalifah juga memberikan 200 ekor keledai untuk membawa perlengkapan dan air.
Rombongan Sallam berangkat dari Samarra (Irak) menuju Armenia. Di situ ia menemui Ishaq bin Ismail, penguasa Armenia. Dari Armenia ia berangkat lagi ke arah utara ke daerah-daerah Rusia. Ia membawa surat dari Ishaq ke penguasa Sarir, lalu ke Raja Lan, lalu ke penguasa Faylan (nama-nama daerah ini tidak dikenal sekarang). Penguasa Faylan mengutus lima penunjuk jalan untuk membantu Sallam sampai ke pegunungan Yakjuj-Makjuj.
27 hari Sallam mengarungi puing-puing daerah Basjarat. Ia kemudian tiba di sebuah daerah luas bertanah hitam berbau tidak enak. Selama 10 hari, Sallam melewati daerah yang menyesakkan itu. Ia kemudian tiba di wilayah berantakan, tak berpenghuni. Penunjuk jalan mengatakan kepada Sallam bahwa daerah itu adalah daerah yang dihancurkan oleh Yakjuj dan Makjuj.
Selama 6 hari, berjalan menuju daerah benteng. Daerah itu berpenghuni dan berada di balik gunung tempat Yakjuj Makjuj berada. Sallam kemudian pergi menuju pegunungan Yakjuj Makjuj. Sesampainya di kawasan Igu, di situ ia melihat pegunungan yang terpisah lembah. Luas lembah sekitar 150 meter. Lembah ini ditutup tembok berpintu besi sekitar 50 meter.
Di sana, Sallam mendapati tembok tersebut telah retak. Dia sempat mencungkil bagian tembok yang retak itu dengan pisau, mengambil sebagian serpihannya, untuk diperlihatkan kepada Khalifah al-Watsiq.
Gambaran Sallam tentang tembok dan pintu besi itu disebutkan dengan detail dalam Kitab Nuzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq hal 934 -938. Al-Idrisi juga menceritakan bahwa menurut cerita Sallam penduduk di sekitar pegunungan biasanya memukul kunci pintu besi 3 kali dalam sehari.
Setelah itu mereka menempelkan telinganya ke pintu untuk mendengarkan reaksi dari balik pintu. Ternyata, mereka mendengar gema teriakan di sekitarnya. Hal itu menunjukkan bahwa di balik pintu betul-betul ada makhluk jenis manusia yang konon Yakjuj Makjuj itu.
Syarif al-Idrisi juga menceritakan bahwa Sallam pernah bertanya kepada penduduk sekitar pegunungan, apakah ada yang pernah melihat Yakjuj Makjuj. Mereka mengaku pernah melihat gerombolan orang di atas tembok penutup. Lalu angin badai bertiup melemparkan mereka. Penduduk melihat tubuh mereka sangat kecil.
Setelah itu, Sallam pulang melalui Taraz (Kazakhstan), kemudian Samarkand (Uzbekistan), lalu Kota Ray (Iran), dan kembali ke istana al-Watsiq di Surra Man Ra'a (Samarra), Iraq. Ia kemudian menceritakan dengan detail hasil penelitiannya kepada Khalifah.
Total waktu perjalanan Sallam, menurut catatan al-Idrisi, berlangsung selama 28 bulan. Perjalanan mencari tembok memakan waktu 16 bulan, sedangkan perjalanan kembali memakan waktu 12 bulan. Sedangkan total waktu tempuh perjalanan Sallam menurut perkiraan Emeri van Donzel dan Andrea Schmidt adalah 6.281 Km. Selain itu, ekspedisi ini juga memakan korban yang tak sedikit.
Laporkan Hasil Temuan
Sallam tiba kembali di Samarra dan melaporkan temuannya kepada Khalifah al-Watsiq. Tak lama setelah ekspedisi itu, Kahlifah Al-Watsiq wafat dalam usia muda, yaitu 32 tahun.
Berjarak sekitar 60 tahun sejak perjalanan Sallam, Khalifah Abbasiyah ke-18, Al-Muqtadir (908-932 M), juga mengirimkan ekspedisi ke utara menuju ke Kerajaan Bulgar di daerah Volga (sekarang masuk wilayah Rusia). Ekspedisi ini dipimpin oleh Ahmad Ibnu Fadlan pada tahun 921 M sebagai respons atas permintaan bantuan mereka, dan juga untuk mendakwahkan Islam. Ibnu Fadhlan memberikan laporan sangat menarik tentang keadaan wilayah di utara kekhalifahan Islam itu berikut ciri-ciri masyarakatnya.
Literatur perjalanan ini dikarang langsung Ahmad ibn Fadhlan yang menjadi perwakilan dari Khalifah Dinasti Abbasiyah Al-Muqtadir Billah (295 H) untuk memenuhi permintaan penguasa wilayah Slavic (Shaqalibah) yang bernama Al-Musy ibn Bulthuwar (versi Arab) yang ingin mengerti lebih jauh tentang agama Islam dan syariatnya. Sekaligus meminta Dinasti Abbasiyah untuk membangunkan benteng maupun masjid di wilayahnya.
Rombongan perwakilan terdiri dari Ahmad ibn Fadhlan bersama beberapa ahli fiqh, ahli perjalanan dan rombongan pengawalnya, yang bertolak dari Baghdad pada bulan Shafar 309 H. Dan perjalanan ditempuh selama kurang lebih 3 tahun.
Salah satu cerita menarik dalam perjalanannya itu, dia mengidentifikasi orang-orang yang posturnya setinggi pohon kurma, bermata biru, berkulit putih, berambut kemerahan. Dia mendapat informasi bahwa orang-orang tersebut adalah Yakjuj dan Makjuj.
Lokasi Tembok Yakjuj dan Makjuj
Dari ekspedisi Sallam Tardjuman dan Ibnu Fadhlan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dinding yang dibangun Dzulqarnain itu bukanlah mitos belaka. Tembok itu memang nyata adanya. Para ahli sejarah menyimpulkan bahwa letak tembok Yakjuj dan Makjuj itu berada di Ngarai Darial di dekat Sungai Terek Georgia. Ngarai sendiri diartikan sebagai sebuah lembah yang memiliki sisi dinding pegunungan yang terjal.
Untuk mencapai lembah itu hanya ada satu jalan yang mengarah ke sana. Lorong ini dibangun oleh Tentara Georgia dan dipugar kembali oleh Rusia Tahun 1850-an. Sejak dulu, Lorong Dariel ini dikenal untuk tujuan menjelajah dan disebut sebagai Gerbang Alan atau Gerbang Caucasia. Ada juga yang menyebutnya dengan Gerbang Liberia.
Para sejarawan menemukan dinding yang cukup sempit di Bukit Qawqaz atau Pegunungan Kaukasus. Keadaan bukit itu sangat curam dan membentang dari Laut Hitam hingga Laut Qazwain. Bukit Darial secara umum belum terusik oleh manusia. Kondisinya masih utuh dan mempunyai bentuk berlapis-lapis.
Kondisi alam Bukit Qawqaz ini adalah daerah sempit dan curam yang membentang luas antara Laut Qazwain dan Laut Hitam dengan panjang kira-kira 1.200 Km. Di daerah itu terdapat satu timbunan tinggi yang terbuat dari besi bercampur tembaga. Itulah timbunan besi yang menyumbat lubang besar yang ada di sana. Penduduk dekat wilayah itu juga takut untuk mengusik tempat itu karena pernah mendengar cerita turun temurun tentang keberadaan kaum perusak itu (Yakjuj dan Makjuj).
(rhs)
Rusman Hidayat Siregar
No comments:
Post a Comment